Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Wednesday, September 7, 2016

Runutan Program Pada Prosesi Ijab Kabul Etika Sunda

kali ini akan membahas program prosesi  pernikahan moral Sunda, yang di dalamnya begitu kaya akan petatah-petitih dan lambang-lambang sebagai bekal untuk mengarungi biduk rumah tangga supaya tercipta rumah tangga yang tentram, sejahtera dan senantiasa diliputi kebahagiaan. Dan inilah runutan dari upacara sakral pada prosesi  pernikahan moral Sunda: 

1. Neundeun Omong 
Neundeun omong secara bahasa Indonesia bermakna Menaruh omongan. Pengertiannya yaitu pihak keluarga dari calon mempelai laki-laki (biasanya yaitu orang yang dituakan di keluarga pihak calon mempelai laki-laki) tiba ke rumah pihak keluarga calon mempelai perempuan untuk memberikan pesan bahwa pada hari yang ditentukan akan tiba keluarga dari pihak calon mempelai laki-laki untuk melamar calon mempelai wanita. Tapi, di beberapa daerah, untuk ritual Neundeun Omong ini yaitu dengan cara saling mengirim bingkisan berupa barang-barang tertentu menyerupai masakan dan sebagainya.  

2. Narosan (Lamaran) 
Narosan dalam bahasa Indonesia berarti menanyakan. Pada ritual Narosan ini, pihak keluarga dari calon mempelai laki-laki tiba lagi ke rumah keluarga calon mempelai perempuan untuk kali kedua. Proses narosan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya ketika program neunden omong. Berbeda dengan program neunden omong, pada program ini pihak keluarga calon mempelai laki-laki tiba dengan jumlah yang lebih banyak serta membawa barang-barang tertentu  seperti  lemareun, pakaian perempuan, cincin meneng, dan beubeur tameuh (ikat pinggang kaum perempuan yang biasanya digunakan untuk melilit perut sehabis melahirkan). Barang-barang tersebut tentunya mempunyai arti masing-masing. Pembicaraan pada program narosan ini lebih banyak membahas acara-acara kedepan yang berafiliasi dengan program pernikahan. 

3. Tunangan 
Selang beberapa hari atau ahad sehabis program narosan, kemudian dilanjutkan dengan program tunangan. Tunangan ini sendiri, berbeda dengan ritual modern yang saling bertukar cincin, untuk program tunangan di moral Sunda, barang yang dipertukarkan yaitu beubeur tameuh (ikat pinggang kaum perempuan yang biasanya digunakan untuk melilit perut sehabis melahirkan). Beubeur tameuh ini mempunyai makna sebagai tanda adanya ikatan lahir batin antara kedua belah pihak. 

4. Seserahan 
Kalau program seserahan ini digelar, itu artinya upacara pernikahan yang akan dilaksanakan sudah memasuki hitungan hari, yakni antara 3 hingga 7 hari sebelum upacara pernikahan digelar. Pada program seserahan ini, calon mempelai laki-laki tiba ke rumah calon mempelai perempuan dengan membawa barang-barang keperluan rumah tangga menyerupai uang, baju, peralatan rumah tangga, dan lain sebagainya, untuk nantinya digunakan sebagai bekal awal dalam menjalankan biduk rumah tangga.  

5. Ngaras 
Ngaras yaitu prosesi menjelang pernikahan, yakni prosesi untuk calon mempelai perempuan meminta maaf dan doa restu kepada kedua orang renta dengan cara sungkem dan membasuh kaki kedua orang tua. Pada prosesi ini biasanya akan sangat menguras emosi dan air mata, alasannya yaitu inilah proses dimana detik-detik sang anak akan melepas masa lajangnya dan memulai kehidupannya sendiri. 

6. Ngibakan (Siraman) 
Ngibakan atau ngebakan yaitu asal kata dari ibak yang berarti mandi. Jadi, secara bahasa ngibakan bermakna memandikan. Prosesi ngibakan biasanya dilakukan antara 2 – 3 hari menjelang pernikahan dan mengandung makna untuk membersihkan diri dari segala kotoran baik lahir maupun batin yang melekat pada badan kedua calon mempelai sebelum melangsungkan pernikahan. 

7. Ngeuyeuk Sereuh 
Ngeuyeuk sereuh berasal dari ngaheuyeuk yang berarti mengolah. Biasanya program ini dilakukan bersamaan dengan prosesi seserahan. Acara ini biasanya dihadiri oleh kedua calon mempelai dengan keluarga bersahabat yang dilaksanakan pada malam hari sebelum dilakukan prosesi kesepakatan nikah. Prosesi ini dipimpin oleh nini pangeuyeuk (Juru rias). Kedua calon mempelai meminta restu kepada orang renta masing-masing. Lewat prosesi ini, orang renta memperlihatkan nasehat-nasehat lewat lambang benda-benda yang disertakan dalam program prosesi. 

8. Akad Nikah 
Seperti akad nikah pada program pernikahan umumnya, prosesi ijab kabul kedua mempelai dilakukan pada hari yang telah disepakati bersama dan bertempat di rumah kediaman mempelai wanita. Pada program sebelum ijab kabul dilaksanakan, rombongan keluarga mempelai laki-laki tiba ke rumah kediaman mempelai perempuan sambil membawa barang-barang yang nantinya akan digunakan dalam program ijab kabul yakni mas kawin dan peralatan-peralatan lain untuk seserahan.  

9. Saweran 
Untuk program saweran sendiri  adalah dilakukan beberapa ketika sehabis ijab kabul selesai. Dan menyerupai yang kita tahu bersama, pada program ini dari kedua keluarga (baik mempelai laki-laki maupun mempelai wanita) beramai-ramai melaksanakan saweran dengan diiringi lantunan kidung dari juru sawer. Isi kidung itu sendiri biasanya berupa nasihat-nasihat untuk mengarngi biduk rumah tangga supaya rumah tangga yang dibangun diliputi rasa tentram dan kemakmuran. Kata saweran sendiri dalam bahasa Sunda merujuk pada benda di atap rumah tempat jatuhnya air hujan. Dan alat-alat saweran dinamakan bokor, yang didalamnya berupa uang logam untuk melambangkan kemakmuran, bulir beras yang melambangkan ketenangan dan permen untuk melambangkan manisnya kehidupan berumah tangga. 

10. Meuleum Harupat 
Dalam program meuleum harupat ini bermakna sebagai pepeling bahwa tiap-tiap insan dalam berumah tangga akan ada masa dimana problem tiba sebagai ujian dalam berumah tangga, untuk itu dengan adanya meuleum harupat ini sebagai nasihat bahwa ketika problem itu tiba harus dipecahkan secara bersama-sama. Meuleum harupat sendiri dalam bahasa Indonesia bermakna mengkremasi harupat, yakni bab dari tumbuhan aren yang gampang terbakar dan gampang sekali patah. Prosesi acaranya sendiri untuk meuleum harupat ini yaitu pertama-tama mempelai laki-laki memegang batang harupat, kemudian pengantin perempuan mengkremasi dengan lilin hingga menyala. Harupat yang telah menyala kemudian di masukkan ke dalam kendi berisi air yang di pegang mempelai wanita, untuk kemudian diangkat lantas di buang jauh-jauh. 

Demikianlah serangkaian upacara perkawinan moral Sunda yang begitu kaya akan petatah-petitih dan perlambang sebagai bekal untuk mengarungi biduk rumah tangga supaya tercipta rumah tangga yang tentram, sejahtera dan senantiasa diliputi kebahagiaan.

Previous
Next Post »

Post a Comment