Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, December 23, 2016

Panduan Cara Unik Budidaya Oyong Atau Gambas Berbuah Lebat


Gambas atau oyong atau emes (Luffa acutangula, suku labu-labuan atau Cucurbitaceae), ialah komoditi sayuran minor. Penanamannya biasanya dilakukan di pekarangan atau pecahan ladang yang tidak dipakai untuk tanaman lain. Gambas dipanen buahnya ketika masih muda dan diolah sebagai sayur. Gambas atau oyong atau emesmasih sekerabat dengan belustru (Luffa aegyptica).

Tanaman ini termasuk dalam famili Cucurbitaceae, berasal dari India, namun telah menyesuaikan diri dengan baik di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Bagian yang sanggup dimakan dari tanaman ini ialah buah muda, kegunaan lainnya antara lain serat bunga karangnya (bagian dalam buah tua) dipakai untuk sabut, daunnya dipakai untuk lalab atau sanggup juga dipakai untuk obat bagi penderita demam.

Syarat Tumbuh
Tanaman oyong merupakan tanaman setahun dan tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, sanggup ditanam di sawah atau di tegalan. Tanaman ini termasuk tanaman memanjat/merambat. Tanaman oyong membutuhkan iklim kering, dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang musim. Lingkungan tumbuh yang ideal bagi tanaman oyong ialah di kawasan yang bersuhu 18-24°C, dan kelembaban 50-60%.

Tanaman oyong toleran terhadap banyak sekali jenis tanah, hampir semua jenis tanah cocok ditanami oyong. Untuk mendapat hasil yang optimal, tanaman ini membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik, serta memiliki pH 5,5-6,8. Tanah yang paling ideal bagi budidaya oyong ialah jenis tanah liat berpasir, contohnya tanah latosol, aluvial, dan podsolik merah kuning (PMK).

Varietas 
Varietas yang dianjurkan ialah San-C, Ping-Ann, Miriam, san-C No. 2 (asal Known You Seed, Taiwan), dan Samson. Kebutuhan benih tiap hektar berkisar 5-10 kg. 

Pembuatan Benih 
Untuk memproduksi benih sendiri sanggup dilakukan dengan melaksanakan panen oyong kurang lebih 110 hari sesudah semai (di dataran tinggi) ditandai dengan buah yang telah berwarna coklat, kering, dan bijinya berwarna hitam. Buah dipotong melintang, bijinya dikeluarkan, dibungkus kertas dan dikeringkan hingga kadar air 8%. Biji disimpan dalam stoples yang tertutup rapat yang telah diisi desikan berupa arang atau bubuk sekam. 

Persemaian
Oyong diperbanyak dengan biji. Benih oyong sanggup ditanam eksklusif di lapangan dengan memakai para-para atau teralis untuk tempat merambatnya sulur. Apabila rambatan belum siap dan persediaan benih terbatas, benih sanggup disemaikan dulu memakai kantung plastik hitam yang berdiameter 5 cm yang diisi 2 benih/kantung. Media yang dipakai untuk persemaian berupa media pupuk kandang dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1:1. Bibit sanggup dipindah ke lapangan pada umur 15-21 hari atau sesudah berdaun 3-5 helai.

Pengolahan Tanah 
Sistem lubang tanam 
Tanah dicangkul hingga gembur. Kemudian dibentuk lubang tanam dengan ukuran 200 cm x 60 cm atau 200 cm x 100 cm. Masukkan pupuk kandang 1-2 kg/lubang tanam. 

Sistem bedengan 
Tanah dicangkul hingga gembur, kemudian dibentuk bedengan dengan ukuran lebar 260 cm, panjang diadaptasi dengan keadaan lahan, tinggi ±30 cm, dan jarak antar bedengan ± 60 cm. Lubang tanam dibentuk dengan ukuran 200 x 60 cm atau 200 x 100 cm kemudian masukkan pupuk kandang 1-2 kg/lubang tanam. 

Sistem guludan 
Tanah dicangkul hingga gembur, buat guludan selebar 60 cm, tinggi 30 cm, dan panjang diadaptasi dengan keadaan lahan dengan jarak antar guludan ± 140 cm, kemudian masukkan pupuk kandang 1-2 kg/lubang tanam. 

Penanaman dan pemupukan 
Benih ditanam secara eksklusif atau melalui pesemaian. Bila ditanam secara langsung, masukkan biji oyong sebanyak 2-3 butir tiap lubang tanam, kemudian tutup dengan tanah setebal 1-1,5 cm. 
Selama satu demam isu tanam, dilakukan pemupukan dengan pupuk buatan NPK (16:16:16) 300 kg + Urea 100 kg per hektar. Pemupukan dilakukan pada ketika tanam, 2, 4, 6 dan 8 ahad sesudah tanam dengan takaran masing–masing seperlima takaran dari total takaran yang dianjurkan. 
Pemasangan rambatan atau para–para dilakukan ketika tanaman berumur 10-15 hari sesudah tanam. Para–para sanggup berbentuk abjad A, setengah lengkung, lengkungan atau persegi panjang. 

Pemeliharaan 
Pemeliharaan tanaman oyong yang biasa dilakukan ialah pemangkasan daun, apabila daun terlalu rimbun, penyiraman dan penyiangan. 

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman oyong antara lain kumbang daun, ulat grayak, ulat tanah, lalat buah, bau daun, embun tepung, antraknos, layu basil dan virus mosaik. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Bila harus memakai pestisida, gunakan pestisida yang relatif kondusif sesuai rekomendasi dan penggunaan pestisida hendaknya sempurna dalam pemilihan jenis, dosis, volume semprot, waktu aplikasi, interval aplikasi serta cara aplikasinya. 

Panen dan Pascapanen 
Pemanenan oyong sanggup dilakukan berulang-ulang. Panen pertama dilakukan pada ketika tanaman berumur 40-70 hari sesudah tanam. Ciri-ciri umum buah oyong yang siap dipanen antara lain ialah buah berukuran maksimum, tidak terlalu tua, belum berserat, dan gampang dipatahkan. Produksi oyong setiap tanaman mencapai 15-20 buah dan 8-12 ton per hektar. 
Buah oyong gampang rusak sehingga pengemasan yang baik sangat dibutuhkan untuk memperpanjang daya simpan, terutama bila untuk pengiriman jarak jauh. Pada suhu 12-160C, buah oyong sanggup disimpan hingga 2-3 minggu.

Previous
Next Post »

Post a Comment