Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Thursday, June 8, 2017

Kisah Debu Nawas Kiprah Mustahil

Kisah Abu Nawas "Tugas Mustahil"

 Kata istrinya ia bersarna seorang Pendeta dan seorang Ahli Yoga sedang melaksanakan pengemba Kisah Abu Nawas Tugas Mustahil
cerita-singkat-lucu-kisah-abu-nawas" target="_blank">Cerita Singkat Lucu

Abu Nawas belum kembali. Kata istrinya ia bersarna seorang Pendeta dan seorang Ahli Yoga sedang melaksanakan pengembaraan suci. Padahal dikala ini Baginda amat membutuhkan pemberian Abu Nawas. Beberapa hari terakhir ini Baginda merencanakan membangun istana di awang-awang. Karena sebagian dari raja-raja negeri sahabat telah membangun bangunan-bangunan yang luar biasa.

Baginda tidak ingin menunggu Abu Nawas iebih usang lagi. Beliau mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk mencari Abu Nawas. Mereka tidak berhasil menemukan Abu Nawas kerena Abu Nawas ternyata sudah berada di rumah ketika mereka gres berangkat.

Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Baginda amat riang. Saking gembiranya ia mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar menukar cerita-cerita lucu, kemudian Baginda mulai mengutarakan rencananya.

"Aku sangat ingin membangun istana di awang-awang semoga saya Iebih populer di antara raja-raja yang lain. Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud, wahai Abu Nawas?"

"Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini Paduka yang mulia." kata Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda.

"Kalau berdasarkan pendapatmu hal itu tidak tidak mungkin diwujudkan maka saya serahkan sepenuhnya kiprah ini kepadamu." kata Baginda puas.

Abu Nawas terperanjat. la menyesal telah menyampaikan kemungkinan mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali.

Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang lebih berat bagi Abu Nawas kecuali kiprah yang diembannya sekarang. Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun sudah merupakan hal yang tidak mungkin dikerjakan. Hanya Tuhan saja yang bisa melakukannya. Begitu gumam Abu Nawas.

Hari-hari berlalu ibarat biasa. Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali memikirkan bagaimana menciptakan Baginda merasa yakin jika yang dibangun itu benar-benar istana di langit. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung-hubungkan. Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya. Sampai ia ingat bahwa dulu ia pernah bermain layang-layang.

Dan inilah yang menciptakan Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan waktu lagi. la bersama beberapa kawannya merancang layang-layang raksasa berbentuk persegi empat. Setelah rampung gres Abu Nawas melukis pintu-pintu serta jendela-jendela dan ornamen-ornamen lainnya.

Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan layang-layang raksasa itu dari suatu kawasan yang dirahasiakan.

Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa, penduduk negeri gempar.

Baginda Raja girang bukan kepalang. Benarkah Abu Nawas berhasil membangun istana di langit? Dengan tidak sabar ia didampingi beberapa orang pengawal bergegas menemui Abu Nawas.

Abu Nawas berkata dengan bangga. "Paduka yang mulia, istana pesanan Paduka telah rampung."

"Engkau benar-benar andal wahai Abu Nawas." kata Baginda memuji Ab Nawas.

"Terima kasih Baginda yang mulia." kata Abu Nawas "Lalu bagaimana caranya saya ke sana?" tanya Baginda. "Dengan tambang, Paduka yang mulia." kata Abu Nawas.

"Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat." kata Baginda tidak sabar.

"Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu. Sehingga seorang mitra hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun." kata Abu Nawas.

"Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?" tanya Baginda.

"Dengan memakai sayap Paduka yang mulia." kata Abu Nawas dengan bangga.

"Kalau begitu buatkan saya sayap supaya saya bisa terbang ke sana." kata Baginda.

"Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi." kata Abu Nawas menjelaskan.

"Engkau berani menyampaikan saya abnormal sepertimu?" tanya Baginda sambil melotot.

"Ya, Baginda. Kurang lebih ibarat itu." jawab Abu Nawas tangkas.

"Apa maksudmu?" tanya Baginda lagi.

"Baginda tahu bahwa membangun istana di awang-awang yaitu pekerjaan yang tidak mungkin dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjakannya. Sedangkan hamba juga tahu bahwa pekerjaan itu tidak mungkin dikerjakan, Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk logika itu." kata Abu Nawas berusaha meyakinkan Baginda.

Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambi memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang.

"Sebenarnya siapa diantara kita yang gila?" tanya Baginda mulai jengkel.

"Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku." jawab Abu Nawas tanpa ragu.
Kisah Abu Nawas Lainnya => cerita-singkat-lucu-kisah-abu-nawas" target="_blank">Isi Hati Sang Gadis

Previous
Next Post »

Post a Comment