Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Saturday, October 6, 2018

9 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Isi, Dan Gambarnya

Kerajaan Sriwijaya yaitu kerajaan besar yang kekuasaannya meliputi lintas samudera. Kerajaan bercorak Budha yang bangun semenjak kala ke 6 sampai kala ke 11 Masehi ini keberadaannya dibuktikan oleh sumber-sumber sejarah menyerupai gosip dari China dan beberapa peninggalan prasasti. Berikut ini tim penulis Blog secara khusus akan membahas sumber-sumber sejarah tersebut terutama yang terkait dengan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Silakan disimak!

Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya yaitu kerajaan besar yang kekuasaannya meliputi lintas samudera 9 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Isi, dan Gambarnya

1. Prasasti Ligor

Prasasti Ligor ditemukan di Nakhon Si Thammarat, Thailand Selatan. Pahatannya ditulis di kedua sisi. Sisi pertama disebut prasasti ligor A, isinya menjelaskan perihal kegagahan raja Sriwijaya, raja dari segala raja dunia yang telah mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara. Sisi kedua disebut prasasti Ligor B, isinya menjelaskan perihal derma gelar Visnu Sesawarimadawimathana pada Sri Maharaja yang berasal dari keluarga Sailendravamsa.

2. Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah yaitu sebuah prasasti yang ditemukan di sebuah pinggiran rawa di desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Prasasti yang ditulis memakai bahasa Melayu Kuno beraksara Pallawa ini tersusun atas 13 baris kalimat. Isinya menjelaskan perihal kutukan atas orang-orang yang tidak tunduk pada kekuasaan Sriwijaya. Diperkirakan dari bentuk aksaranya, salah satu prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya ini diperkirakan berasal dari kala ke 7 Masehi.

Kerajaan Sriwijaya yaitu kerajaan besar yang kekuasaannya meliputi lintas samudera 9 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Isi, dan Gambarnya

3. Prasasti Hujung Langit

Prasasti Hujung Langit yaitu prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung. Sama menyerupai prasasti lainnya, prasasti ini juga ditulis memakai bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa. Susunan pesan dalam prasasti ini tidak cukup terang sebab tingkat keausan batunya sangat tinggi. Akan tetapi, sehabis diidentifikasi prasasti ini diperkirakan berasal dari tahun 997 Masehi dan isinya menjelaskan perihal derma tanah sima.

4. Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur ditemukan di pesisir Pulau Bangka sebelah Barat. Prasasti yang ditulis memakai bahasa Melayu Kuno beraksara Pallawa ini ditemukan pada Desember 1892 oleh J.K. van der Meulen. Isinya menjelaskan perihal kutukan bagi siapa saja yang membantah titah dari kekuasaan kemaharajaan Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya yaitu kerajaan besar yang kekuasaannya meliputi lintas samudera 9 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Isi, dan Gambarnya

5. Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu yaitu sekumpulan prasasti yang ditemukan di sekitar bak Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang. Prasasti-prasasti ini berisi perihal kutukan pada mereka yang melaksanakan perbuatan jahat di kedatuan Sriwijaya. Kini, prasasti-prasasti ini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

6. Prasasti Kedukan Bukit

Pada tanggal 29 November 1920, M. Batenburg menemukan sebuah watu bertulis di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang-Sumatera Selatan. Prasasti berukuran 45 × 80 cm ini ditulis memakai bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa. Isinya menceritakan bahwa seorang utusan Kerajaan Sriwijaya berjulukan Dapunta Hyang telah mengadakan sidhayarta (perjalanan suci) memakai perahu. Dalam perjalanan yang disertai 2.000 pasukan tersebut, ia telah berhasil menaklukan daerah-daerah lain.  Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia.

7. Prasasti Talang Tuwo

Di kaki Bukit Seguntang tepian utara Sungai Musi, Louis Constant Westenenk –seorang residen Palembang pada tanggal 17 November 1920 menemukan sebuah prasasti. Prasasti Talang Tuwo –begitu kemudian disebut- yaitu sebuah prasasti yang berisi doa-doa dedikasi. Prasasti ini menggambarkan bahwa anutan Budha yang dipakai Sriwijaya pada masa itu yaitu anutan Mahayana. Ini dibuktikan dari digunakannya kata-kata khas anutan Budha Mahayana menyerupai bodhicitta, vajrasarira, annuttarabhisamyaksamvodhi, dan mahasattva.

Kerajaan Sriwijaya yaitu kerajaan besar yang kekuasaannya meliputi lintas samudera 9 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Isi, dan Gambarnya

8. Prasasti Leiden

Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya yaitu Prasasti Leiden. Prasasti ini ditulis di sebuah lempeng tembaga dan ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Tamil. Saat ini prasastu Leiden berada di Musium Belanda. Isinya menceritakan kekerabatan baik antara dinasti Chola dari Tamil dengan dinasti Sailendra dari Sriwijaya, India Selatan.

Kerajaan Sriwijaya yaitu kerajaan besar yang kekuasaannya meliputi lintas samudera 9 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Isi, dan Gambarnya

9. Prasasti Karang Birahi

Prasasti Karang Brahi ditemukan oleh Kontrolir L.M. Berkhout pada tahun 1904 di tepian Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Merangin-Jambi. Sama menyerupai prasasti Telaga Batu, Prasasti Palas Pasemah, dan Prasasti Kota Kapur, prasasti ini menjelaskan perihal kutukan pada mereka yang berbuat jahat dan tidak setia pada sang Raja Sriwijaya.

Nah, demikianlah isi 9 prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya beserta gambarnya yang berhasil ditemukan sampai ketika ini. Sebetulnya bukti sejarah keberadaan kerajaan Sriwijaya di masa lampau sangat terbatas. Bagi Anda yang mungkin sekarang tinggal di kawasan kekuasaan kerajaan Sriwijaya di masa lalu, cobalah untuk lebih jeli lagi melihat batu-batu besar di sekitar lingkungan Anda. Siapa tahu batu-batu itu berisi pahatan huruf pallawa dan dapat menjadi bukti gres peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya dari masa lalu.

Previous
Next Post »

Post a Comment