Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Saturday, November 17, 2018

Abu Nawas Menipu Tuhan

Scud Story ialah Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal Hikayat Abu Naw Abu Nawas Menipu Tuhan
Scud Story ialah Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal Hikayat Abu Nawas Menipu Tuhan, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Abu Nawas sebetulnya ialah seorang ulama yang alim. Tak begitu mengherankan bila Abu Nawas memiliki murid yang tidak sedikit. Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas menyampaikan begini dan begitu. Suatu dikala ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama. Orang pertama mulai bertanya, “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” “Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil.” jawab Abu Nawas. “Mengapa?” kata orang pertama. “Sebab lebih gampang diampuni oleh Tuhan.” kata Abu Nawas. Orang pertama puas lantaran ia memang yakin begitu.

Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” “Orang yang tidak mengerjakan keduanya.” jawab Abu Nawas. “Mengapa?” kata orang kedua. “Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan.” kata Abu Nawas. Orang kedua pribadi sanggup mencerna balasan Abu Nawas.

Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang iebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” “Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar.” jawab Abu Nawas. “Mengapa?” kata orang ketiga. “Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu.” jawab Abu Nawas. Orang ketiga mendapatkan aiasan Abu Nawas.

Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas. Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya. “Mengapa dengan pertanyaan yang sama sanggup menghasilkan balasan yang berbeda?” “Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati.” “Apakah tingkatan mata itu?” tanya murid Abu Nawas. “Anak kecil yang melihat bintang di langit. la menyampaikan bintang itu kecil lantaran ia hanya memakai mata.” jawab Abu Nawas mengandaikan. “Apakah tingkatan otak itu?” tanya murid Abu Nawas. “Orang cendekia yang melihat bintang di langit. la menyampaikan bintang itu besar lantaran ia berpengetahuan.” jawab Abu Nawas. “Lalu apakah tingkatan hati itu?” tanya murid Abu Nawas. “Orang cendekia dan mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap menyampaikan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar bila dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah.”

Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama sanggup menghasilkan balasan yang berbeda. la bertanya lagi. “Wahai guru, mungkinkah insan sanggup menipu Tuhan?” “Mungkin.” jawab Abu Nawas. “Bagaimana caranya?” tanya murid Abu Nawas ingin tahu. “Dengan merayuNya melalui kebanggaan dan doa.” kata Abu Nawas “Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru.” pinta murid Abu Nawas “Doa itu ialah : llahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa’alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil ‘adhimi.

Sedangkan arti doa itu ialah : Wahai Tuhanku, saya ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi saya tidak akan berpengaruh terhadap panasnya api neraka. Oleh lantaran itu terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.



Previous
Next Post »

Post a Comment