Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Bunga Kemuning

Scud Story yakni Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal dongeng Bunga Ke Bunga Kemuning
Scud Story yakni Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal dongeng Bunga Kemuning Legenda Rakyat Riau, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Pada suatu masa, hiduplah sepuluh orang putri raja yang sangat cantik-cantik. Ibu mereka sudah usang meninggal dan ayah mereka, sang raja, begitu sibuk dengan urusan kerajaannya sehingga mereka hampir tidak punya waktu untuk berkumpul bersama. Akibatnya putri-putri ini menjadi pembangkang dan manja, kecuali sang putri bungsu, putri Kuning. Ya, mereka memang diberi nama dengan nama warna. Ada putri Jambon, putri Hijau, putri merah merona, putri nila dan lain-lain. Barangkali dulu sang ibu berharap anak-anaknya akan memberi banyak warna di kehidupan ini. Sayang, sang ibu keburu meninggal sehingga tidak sempat mendidik mereka sengan baik.

Kesepuluh putri ini selalu menggunakan pakaian dan suplemen yang sewarna dengan nama mereka. Putri Merah selalu menggunakan warna merah, demikian juga putri-putri lainnya.

Sementara kakak-kakaknyabermalas-malasan dan menciptakan keonaran, putri Kuning menghabiskan waktu dengan membantu inang-inangnya, atau membaca buku, dan atua merawat kebun bunga kesayangannya. Kakak-kakaknya sering mengejeknya.
“Heh lihat tuh si Kuning! Sepertinya beliau pantas ya jadi pelayan. Mana ada seorang putri yang belepotan lumpur begitu,” kata putri Jambon yang disambut gelak tawa yang lain.
Putri Kuning tidak pernah mengindahkan usikan mereka. “Biarlah, lama-lama juga capai sendiri,” pikir putri Kuning.

Suatu hari raja harus pergi ke negeri tetangga di sebrang lautan. Dia sengaja mengumpulkan putri-putrinya malam itu untuk berpamitan.
“Nak, ayah akan pergi jauh. Mungkin sebulan lagi ayah gres kembali. Kalian mau ayah belikan apa?” tanyanya.
“Oh, saya mau kalung dan gelang gres ayah! Jangan lupa liontinnya harus rubi yang besar ya!” kata putri Merah merona.
“Aku mau kain sutera yang banyak ayah,” kata putri Jingga.
Semua putri berebut menyebutkan permintaannya, hanya putri Kuning saja yang tidak berdiam diri dan hanya mendoakan supaya ayahnya pulang dengan selamat.

Sepeninggal sang raja, kakak-kakak putri kuning semakin malas saja. Kegiatan mereka sehari-hari hanya bersolek, makan dan bermain. Para dayang dibuatnya sibuk melayani mereka.

Sementara itu putri Kuning menghabiskan waktunya dengan merawat kebun bunga istana yang merupakan daerah favorit ayahnya. Memang saking sibuknya para pelayan istana meladeni kemauan kakak-kakaknya, kebun istana menjadi terbengkalai.
“Wah kita punya pelayan gres tuh!” teriak putri Nila sambil menunjuk putri Kuning.
“Hei pelayan, nanti kalau sudah beres, sekalian sapuin kamar saya ya hahahaha…” teriak putri hijau.
Kesembilan kakaknya tertawa mengejek sampai perut mereka sakit.
“Ah, saya bosan! Lebih asyik kayaknya kalau kita jalan-jalan di luar istana daripada nonton orang sok baik itu!” ajak putri Nila yang pribadi disetujui yang lainnya.
Mereka pun berlalu meninggalkan putri Kuning yang hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka. Akhirnya sebulan kemudian ayah mereka pulang membawa buah tangan yang mereka tunggu. Mereka sibuk berebut mencari pesanan mereka, dan hanya putri kuning yang ingat mengucapkanselamat tiba dan memeluk ayahnya. “Anakku, maafkan ayahmu ini nak! Aku tidak dapat menemukan suplemen yang berwarna kuning untukmu. Hanya kalung permata hijau ini yang ayah belikan untukmmu,” kata raja. “Ah sudahlah ayah. Keselamatan ayah jauh lebih penting daripada oleh-oleh. Lagipula kalung ini juga bagus dan harmonis dengan baju kuningku,” hibur putri Kuning sambil mengecup kening ayahnya dengan sayang.

Esoknya ketika kesepuluh putri ini berkumpul. Putri hijau tiba-tiba menyadari bahwa putri Kuning menggunakan kalung berwarna hijau.
“Hei, kau kok pakai kalung warna hijau? Seharusnya kalung itu milikku alasannya yakni namaku putri Hijau,” katanya.
“Maaf kak, kalung ini ayah sendiri yang berikan, jadi ini kalungku!” ujar putri Kuning.

Putri Hijau tidak bahagia dan merasa berhak mempunyai kalung hijau itu, maka beliau menghasut saudaranya yang lain.
“Si Kuning itu sudah keterlaluan, beliau niscaya sudah memaksa ayah memperlihatkan kalung hijau itu untuknya. Padahal kalau ayah mau memperlihatkan hadiah padanya, niscaya kalungnya berwarna kuning dong!” katanya.
“Hmm beliau memang semakin menyebalkan akhir-akhir ini, lihat saja tingkahnya yang sok rajin, niscaya beliau Cuma ingin mengesankan ayah saja, supaya lebih disayang,” kata putri Jambon.
“Ayo kita kasih beliau pelajaran, supaya kapok,” kata putri Jingga.
“Ayo…!” kata yang lain.

Diam-diam mereka menangkap putri Kuning ketika berada di kebun istana dan menyiksanya. Tanpa sengaja salah seorang putri memukul kepala putri Kuning dengan keras sehingga beliau tewas seketika. Mereka semua resah dan takut. Akhirnya putri Jambon memutuskan untuk mengubur putri Kuning sebelum kematiannya diketahui orang lain. Putri Kuning pun dikuburkan di tengah kebun bunga istana. Kalung hijaunya pun ikut dikuburkan alasannya yakni ayahnya niscaya curiga jikalau putri Hijau memakainya.

Raja heran, alasannya yakni seharian ini beliau tidak melihat putri Kuning yang biasanya senantiasa menemaninya jikalau ia telah selesai dengan kiprah kerajaannya. Raja sudah mencari ke kamarnya, ke kebun istana, ke danau, tapi putri Kuning tetap tidak kelihatan. Dia menyuruh para pelayan untuk mencarinya. Namun berbulan-bulan putri Kuning tidak diketemukan. Sementara kakak-kakaknya mengaku tidak tahu menahu soal hilangnya adik mereka. Raja sangat bersedih kehilangan putri kesayangannya.

Suatu hari ketika raja termangu di kebun istana, dilihatnya ada tanaman gres di tengah kebunnya.
“Oh tanaman apa ini? Alangkah indahnya. Daunnya bundar dan hijau menyerupai kalung putriku. Bunganya juga kekuningan dan sangat wangi. Bunga ini mengingatkanku pada putriku yang hilang. Baiklah saya akan menamai bunga ini bunga Kemuning,” kata raja.

Bunga ini tetap tumbuh di kebun istana dan menemani sang raja sampai tamat hayatnya. Bunganya yang bacin sering digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dapat digunakan untuk menciptakan kotak-kotak yang indah dan kulitnya digunakan untuk menciptakan bedak. Seperti halnya putri Kuning, bunga kemuning juga selalu memperlihatkan kebaikan bagi orang-orang di sekitarnya.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu mencakup Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.

Previous
Next Post »

Post a Comment