Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Cara Mengasuh Anak Yang Baik Dan Benar

Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel wacana Tips Cara Mengasuh Anak Yang Baik Dan Benar, Fokus, dan Logika Balita, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu juga Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Orang bau tanah perlu berguru menerapkan teladan pengasuhan yang positif pada anak semoga sanggup membentuk abjad positif anak di masa depan. Ilmu pengasuhan ini sanggup Anda peroleh dari banyak sekali sumber, menyerupai seminar atau artikel di majalah dan buku-buku. Pada dasarnya, ada enam pilar penting dalam pengasuhan anak, demikian berdasarkan Hanny Muchtar Darta, ketika peluncuran sekaligus bedah bukunya, Six Pillars of Positive Parenting, di arena Islamic Book Fair, Istora Senayan, Jakarta, Selasa (8/3/2011). Hal ini yang belum diketahui orangtua pada umumnya.

"Tanpa disadari, masih banyak orangtua yang menerapkan teladan asuh atau pendekatan negatif dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Sebagai orangtua saya mengusahakan untuk belajar. Saya berguru untuk belum dewasa saya, termasuk mempelajari enam pilar dalam mendidik anak-anak. Ini juga berdasarkan langsung saya sebagai orangtua," ungkap Hanny.

Kemitraan atau kolaborasi antara ayah dan ibu (partnership parenting)
Orangtua harus berguru bekerja sama dengan baik, terutama dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada anak. Jangan hingga ada perbedaan pendapat dalam mengajarkan kedisplinan dan norma-norma kehidupan. Dengan demikian, anak akan mematuhi bimbingan orangtua alasannya melihat baik ayah maupun ibunya setuju memperlihatkan pandangan yang sama.

Belailah, bicaralah, bermain, dan berpikir (4B)
Hanny memaparkan hasil penelitian Dr Harold Voth, psikiater dari Kansas, Amerika, mengenai unsur belaian. Berapa kali belaian yang Anda berikan pada anak setiap harinya akan memengaruhi tumbuh-kembangnya. Misalnya, empat belaian pada anak dalam sehari bisa menciptakan anak selalu survive. Delapan belaian sehari sanggup mendukung masa tumbuh anak. Sedangkan 12 belaian akan menciptakan anak sehat secara fisik maupun emosi. Fungsi belaian ini pun berlaku bagi pasangan suami-istri. Belaian bisa mengusir depresi, menciptakan kita infinit muda, tidur lebih nyenyak, dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Kemudian Hanny menganjurkan orangtua untuk menjalin komunikasi dengan anak. Komunikasi sanggup dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan membacakan buku untuk anak dan menanyakan pendapatnya mengenai isi buku itu.

Selain ngobrol, orangtua juga harus menyempatkan waktu untuk mengajak anak bermain dengan melibatkan fisik. Pada kesempatan bermain, tugas ayah jauh lebih besar untuk mengajak anak melaksanakan acara menyerupai olahraga maupun melaksanakan permainan lain. Tak hanya bermain secara fisik, anak juga harus diajarkan bermain dengan memakai ekspos pikiran. Hal ini membantu anak untuk mengelola alam pikirannya. Latihan berpikir juga membantu anak mengomunikasikan apa yang dipikirkannya alasannya belum tentu pikiran anak dan orangtua sama.

Kedisiplinan, dan terapkan aturan secara konsisten
Aturan tidak harus selalu dibentuk oleh orangtua. Contohnya dalam menyepakati jam belajar. Anak dan orangtua bisa berdiskusi, berapa jam yang diperlukan anak untuk mengulang pelajaran sekolahnya. Orangtua memperlihatkan cinta kasih tetapi tetap dengan ketegasan.

Memahami emosi negatif anak semenjak dini
Ketika anak kita sedih dan menangis, tanyakan mengapa ia sedih, atau apa yang membuatnya menangis. Kita coba pahami perasaan anak untuk memperbaiki emosi-emosi negatifnya," ujar Hanny.

Gaya bahasa positif semoga anak sehat secara fisik dan emosional
Pada bab ini, Hanny mengutip pernyataan dari Task Force for Personal and Social Responsibilities di Amerika yang menjelaskan bahwa setiap harinya orang mendengarkan 432 kata dan kalimat negatif, dan hanya 32 kata dan kalimat positif. Sebanyak 80 persen kata-kata tersebut menyakitkan, memperlihatkan efek psikologis yang buruk, dan tidak memotivasi orang untuk bangkit. Sisanya, 20 persen orang bertahan meskipun mendengar kata-kata tersebut. Oleh alasannya itu, orangtua perlu berguru untuk tidak murka secara berlebihan, apalagi mengancam anak.

Terapkan teladan asuh tanpa hukuman
Ternyata eksekusi saja tidak menciptakan anak bisa melaksanakan perubahan positif. Orangtua sepatutnya memperlihatkan kebebasan pada anak, bukan dalam arti kebebasan penuh, melainkan membiarkannya menentukan konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya. Dengan demikian anak bisa memetik pelajaran atas apa yang sudah dilakukannya. Selain memaparkan wacana pilar-pilar pengasuhan anak, buku ini juga membeberkan hasil penelitian para jago dan serangkaian cerita-cerita wacana keluarga.


Previous
Next Post »

Post a Comment