Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Thursday, November 15, 2018

Cerita Legenda Buaya Perompak

Scud Story ialah Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal kisah Legenda  Cerita Legenda Buaya Perompak
Scud Story ialah Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal kisah Legenda Buaya Perompak Cerita Rakyat dari Lampung, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Dahulu kala, Sungai Tulang Bawang sangat populer dengan keganasan buayanya. Setiap nelayan yang melewati sungai itu harus selalu berhati-hati. Begitupula penduduk yang sering mandi dan mencuci di tepi sungai itu. Menurut cerita, sudah banyak insan yang hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Pada suatu hari, bencana yang mengerikan itu terulang kembali. Seorang gadis manis rupawan yang berjulukan Aminah tiba-tiba hilang ketika sedang mencuci di tepi sungai itu. Anehnya, walaupun warga sudah berhari-hari mencarinya dengan menyusuri tepi sungai, tapi tidak juga menemukannya. Gadis itu hilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sepertinya ia sirna bagaikan ditelan bumi. Warga pun berhenti melaksanakan pencarian, alasannya menganggap bahwa Aminah telah mati dimakan buaya.

Sementara itu, di sebuah daerah di dasar sungai tampak seorang gadis tergolek lemas. Ia ialah si Aminah. Ia gres saja tersadar dari pingsannya. “Ayah, Ibu, saya ada di mana? gumam Aminah setengah sadar memanggil kedua orangtuanya. Dengan sekuat tenaga, Aminah bangun dari tidurnya. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari bahwa dirinya berada dalam sebuah gua. Yang lebih mengejutkannya lagi, ketika ia melihat dinding-dinding gua itu dipenuhi oleh harta benda yang tak ternilai harganya. Ada permata, emas, intan, maupun pakaian indah-indah yang memancarkan sinar berkilauan diterpa cahaya obor yang menempel di dinding-dinding gua. “Wah, sungguh banyak pelengkap di daerah ini. Tapi, milik siapa ya?” tanya Aminah dalam hati.

Baru saja Aminah mengungkapkan rasa kagumnya, tiba-tiba terdengar sebuah bunyi lelaki menggema. “Hai, Gadis rupawan! Tidak usah takut. Benda-benda ini ialah milikku.” Alangkah terkejutnya Aminah, tak jauh dari tempatnya duduk terlihat kurang jelas seekor buaya besar merangkak di sudut gua. “Anda siapa? Wujud anda buaya, tapi kenapa sanggup berbicara ibarat manusia?” tanya Aminah dengan perasaan takut. “Tenang, Gadis cantik! Wujudku memang buaya, tapi bersama-sama saya ialah insan ibarat kamu. Wujudku sanggup bermetamorfosis insan ketika purnama tiba.,” kata Buaya itu. “Kenapa wujudmu bermetamorfosis buaya?” tanya Aminah ingin tahu. “Dulu, saya terkena kutukan alasannya perbuatanku yang sangat jahat. Namaku dulu ialah Somad, perampok ulung di Sungai Tulang Bawang. Aku selalu merampas harta benda setiap saudagar yang berlayar di sungai ini. Semua hasil rampokanku kusimpan dalam gua ini,” terang Buaya itu. “Lalu, bagaimana jikalau Anda lapar? Dari mana Anda memperoleh makanan?” tanya Aminah. “Kalau saya butuh makanan, harta itu saya jual sedikit di pasar desa di tepi Sungai Tulang Bawang ketika bulan purnama tiba. Tidak seorang penduduk pun yang tahu bahwa saya ialah buaya jadi-jadian. Mereka juga tidak tahu kalau saya telah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu menghubungkan gua ini dengan desa tersebut,” ungkap Buaya itu.

Tanpa disadarinya, Buaya Perompak itu telah membuka belakang layar gua daerah kediamannya. Hal itu tidak disia-siakan oleh Aminah. Secara seksama, ia telah menyimak dan selalu akan mengingat semua keterangan yang berharga itu, semoga suatu ketika kelak ia sanggup melarikan diri dari gua itu. “Hai, Gadis Cantik! Siapa namamu?” tanya Buaya itu. “Namaku Aminah. Aku tinggal di sebuah dusun di tepi Sungai Tulang Bawang,” jawab Aminah. “Wahai, Buaya! Bolehkah saya bertanya kepadamu?” tanya Aminah “Ada apa gerangan, Aminah? Katakanlah!” jawab Buaya itu. “Mengapa Anda menculikku dan tidak memakanku sekalian?” tanya Aminah heran. “Ketahuilah, Aminah! Aku membawamu ke daerah ini dan tidak memangsamu, alasannya saya suka kepadamu. Kamu ialah gadis manis nan rupawan dan lemah lembut. Maukah Engkau tinggal bersamaku di dalam gua ini?” tanya Buaya itu.

Mendengar pertanyaan buaya itu, Aminah jadi gugup. Sejenak, ia melongo dan termenung. “Ma… maaf, Buaya! Aku tidak sanggup tinggal bersamamu. Orangtuaku niscaya akan mencariku,” jawab Aminah menolak. Agar Aminah mau tinggal bersamanya, buaya itu berjanji akan memberinya hadiah perhiasan. “Jika Engkau bersedia tinggal bersamaku, saya akan menunjukkan semua harta benda yang ada di dalam gua ini. Akan tetapi, jikalau kau menolak, maka saya akan memangsamu,” ancam Buaya itu.

Aminah terkejut mendengar bahaya Buaya itu. Namun, hal itu tidak membuatnya putus asa. Sejenak ia berpikir mencari jalan semoga dirinya sanggup selamat dari terkaman Buaya itu. “Baiklah, Buaya! Aku bersedia untuk tinggal bersamamu di sini,” jawab Aminah setuju. Rupanya, Aminah mendapatkan undangan Buaya itu semoga terhindar dari acamana Buaya itu, di samping sambil menunggu waktu yang sempurna semoga sanggup melarikan diri dari gua itu.

Akhirnya, Aminah pun tinggal bersama Buaya Perompak itu di dalam gua. Setiap hari Buaya itu memberinya pelengkap yang indah dan mewah. Tubuhnya yang montok ditutupi oleh pakaian yang terbuat dari kain sutra. Tangan dan lehernya dipenuhi oleh pelengkap emas yang berpermata intan.

Pada suatu hari, Buaya Perompak itu sedikit lengah. Ia tertidur pulas dan meninggalkan pintu gua dalam keadaan terbuka. Melihat keadaan itu, Aminah pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. “Wah, ini kesempatan baik untuk keluar dari sini,” kata Aminah dalam hati. Untungnya Aminah masih mengingat ihwal kisah Buaya itu bahwa ada sebuah terowongan yang menghubungkan gua itu dengan sebuah desa di tepi Sungai Tulang Bawang. Dengan sangat hati-hati, Aminah pun keluar sambil berjingkat-jingkat. Ia sudah tidak sempat berpikir untuk membawa harta benda milik sang Buaya, kecuali pakaian dan pelengkap yang masih menempel di tubuhnya.

Setelah beberapa ketika mencari, Aminah pun menemukan sebuah terowongan yang sempit di balik gua itu dan segera menelusurinya. Tidak usang kemudian, tak jauh dari depannya terlihat sinar matahari memancar masuk ke dalam terowongan. Hal itu menunjukan bahwa sebentar lagi ia akan hingga di verbal terowongan. Dengan perasaan was-was, ia terus menelusuri terowongan itu dan sesekali menoleh ke belakang, alasannya khawatir Buaya Perompak itu terbangun dan membututinya. Ketika ia hingga di verbal terowongan, terlihatlah di depannya sebuah hutan lebat. Alangkah senangnya hati Aminah, alasannya selamat dari bahaya Buaya Perompak itu. “Terima kasih Tuhan, saya telah selamat dari bahaya Buaya Perompak itu,” Aminah berucap syukur.

Setelah itu, Aminah segera menyusuri hutan yang lebat itu. Setelah beberapa jauh berjalan, ia bertemu dengan seorang penduduk desa yang sedang mencari rotan. “Hai, Gadis! Kamu siapa? Kenapa berada di tengah hutan ini seorang diri?” tanya penduduk desa itu. “Aku Aminah, Tuan!” jawab Aminah. Setelah itu, Aminah pun menceritakan semua bencana yang dialaminya hingga ia berada di hutan itu. Oleh alasannya merasa iba, penduduk desa itu pun mengantar Aminah pulang ke kampung halamannya. Sesampai di rumahnya, Aminah pun menunjukkan penduduk desa itu hadiah sebagian pelengkap yang menempel di tubuhnya sebagai ucapan terima kasih.

Akhirnya, Aminah pun selamat kembali ke kampung halamannya. Seluruh penduduk di kampungnya menyambutnya dengan gembira. Ia pun menceritakan semua bencana yang telah menimpanya kepada kedua orangtuanya dan seluruh warga di kampungnya. Sejak itu, warga pun semakin berhati-hati untuk mandi dan mencuci di tepi Sungai Tulang Bawang.

Keterangan singkat ihwal Cerita Legenda Buaya Perompak
Buaya Perompak ialah seekor buaya jadi-jadian yang dulu pernah menghuni Sungai Tulang Bawang, Provinsi Lampung, Indonesia. Buaya jadi-jadian ini populer sangat ganas. Konon, sudah banyak insan yang menjadi korban keganasan buaya itu.

Pesan Moral Cerita Legenda Buaya Perompak adalah : Janganlah mengambil hak milik orang lain, itu ialah perbuatan yang tercela, ibarat halnya perbuatan perompak.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan kisah dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik yaitu mencakup Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Previous
Next Post »

Post a Comment