Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Kisah Sunan Muria

Scud Story ialah Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal Kisah Sunan Mur Kisah Sunan Muria
Scud Story ialah Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal Kisah Sunan Muria, Kisah Wali Songo, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Asal Usul Sunan Muria
Beliau ialah putera Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said. Seperti ayahnya, dalam berdakwah ia memakai cara halus, menyerupai mengambil ikan tidak hingga mengeruhkan airnya. Itulah cara yang ditempuh untuk menyiarkan agama Islam di sekitar Gunung Muria. Tempat tinggal ia di gunung Muria yang salah satu puncaknya berjulukan Colo. Letaknya disebelah utara kota Kudus. Sasaran dakwah ia ialah para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Beliau lah satu-satu wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk memberikan Islam. Dan ia pula yang membuat tembang Sinom dan Kinanti.

Sakti Mandraguna
Bahwa Sunan Muria itu ialah wali yang sakti, berpengaruh fisiknya sanggup dibuktikan dengan letak padepokannya yang terletak di atas gunung. Menuju ke makam Sunan Muria pun perlu tenaga ekstra alasannya berada diatas bukit yang tinggi. Bayangkanlah, bila sunan Muria dan isterinya atau dengan muridnya setiap hari harus naik turun guna berbagi agama Islam kepada penduduk setempat, atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hal itu tidak sanggup dilakukannya tanpa adanya fisik yang kuat. Soalnya menunggang kuda mustahil sanggup dilakukan untuk mencapai tempat tinggal Sunan Muria. Harus dengan jalan kaki. Itu berarti Sunan Muria mempunyai kesaktian yang tinggi, demikian pula dengan murid-muridnya.

Bukti bahwa Sunan Muria ialah guru yang sakti mandraguna sanggup ditemukan dalam kisah perkawinan dengan Dewi Roroyono. Dewi Roroyono ialah puteri Sunan Ngerang, yaitu seorang ulama yang disegani masyarakat alasannya ketinggian ilmunya, tempat tinggalnya di Juana. Demikian saktinya Sunan Ngerang ini sehingga Sunan Muria dan Sunan Kudus sampai-sampai mencar ilmu kepada beliau.

Pada suatu hari Sunan Ngerang mengadakan syukuran atas usia Dewi Roroyono yang genap 20 tahun. Murid-muridnya diundang semua. Seperti : Sunan Muria, Sunan Kudus, Adipati Pathak Warak, Kapa dan Adiknya Gentiri. Tetangga dekat jua diundang, demikian pula snak kadang yang dari jauh. Setelah tamu berkumpul Dewi Roroyono dan adiknya Dewi Roro Pujiwati keluar menghidangkan masakan dan minuman. Keduanya ialah dara-dara yang anggun jelita. Terutama Dewi Roroyono yang telah berusia 20 tahun, bagaikan bunga yang sedang mekar-mekarnya.

Bagi Sunan Kudus dan Sunan Muria yang sudah berbekal ilmu agama sanggup menahan pandangan matanya sehingga tidak terseret oleh godaan setan. Tapi seorang murid Sunan Ngerang yang lain yaitu Adipati Pathak Warak memandang Dewi Roroyono dengan mata tidak berkedip melihat kecantikan gadis itu. Sewaktu menjadi cantrik atau murid Sunan Ngerang, yaitu ketika Pthak Warak belum menjadi seorang Adipati, Roroyono masih kecil, belum nampak benar kecantikannya yang mempesona, kini gadis itu benar-benar membuat Adipati Pathak Warak tergila-gila. Sepasang matanya hampir melotot memandangi gadis itu terus menerus.

Karena dibakar api asmara yang menggelora, Pathak Warak tidak tahan lagi. Dia menarik hati Roroyono dengan ucapan-ucapan yang tidak pantas. Lebih-lebih sesudah lelaki itu bertindak kurang ajar. Tentu saja Roroyono merasa aib sekali, lebih-lebih ketiak lelaki itu berlaku kurang didik dengan memegangi bagian-bagian tubuhnya yang tak pantas disentuh. Si gadis naik pitam, nampan berisi minuman yang dibawanya sengaja ditumpahkan ke pakaian sang adipati.

Pathak Warak menyumpah-nyumpah, hatinya murka sekali diperlakukan mirip itu. Apalagi dilihatnya para tamu undangan menertawakan kekonyolan itu, diapun semakin malu. Hampir saja Roroyono ditamparnya kalau tidak ingat bahwa gadis itu ialah puteri gurunya. Roroyono masuk kedalam kamarnya, gadis itu menangis sejadi-jadinya alasannya dipermalukan oleh Pathak Warak. Malam hari tamu-tamu dari dekat sudah pulang ketempatnya masing-masing. Tamu dari jauh terpaksa menginap di rumah Sunan Ngerang, termasuk Pathak Warak dan Sunan Muria. Namun hingga lewat tengah malam Pathak Warak belum sanggup memejamkan matanya.

Pathak Warak kemudian bangun dari tidurnya. Mengendap-ngendap ke kamar Roroyono. Gadis itu diserepnya sehingga tidak sadarkan diri, kemudian melalui genteng Pathak Warak masuk dan membawa lari gadis itu melalui jendela. Dewi Roroyono dibaw alari ke Mandalika, wilayah Keling atau Kediri. Setelah Sunan Ngerang mengetahui bahwa puterinya diculik oleh Pathak Warak, maka ia berikrar siapa saja yang berhasil membawa puterinya kembali ke ngerang akan dijodohkan dengan puterinya itu dan bila perempuan akan dijadikan saudara Dewi Roroyono. Tak ada yang menyatakan kesanggupannya. Karena semua orang telah maklum akan kehebatan dan kekejaman Pathak Warak. Hanya Sunan Muria yang bersedia memnuhi harapan Sunan Ngerang.

Saya akan berusaha mengambil Diajeng Dewi Roroyono dari tangan Pathak Warak, kata Sunan Muria. Tetapi ditengah perjalan Sunan Muria bertemu dengan Kapa dan Gentiri, adik seperguruan yang lebih dulu pulang sebelum program syukuran berakhir. Kedua orang itu merasa heran melihat Sunan Muria berlari cepat menuju arah kawasan Keling.

Mengapa kakang tampak tergesa-gesa? Tanya Kapa. Sunan Muria kemudian menceritakan penculikan Dewi Roroyono yang dilakukan oleh Pathak Warak. Kapa dan Gentiri sangat menghormati Sunan Muria sebagai saudara seperguruan yang lebih tua. Keduanya lantas menyatakan diri untuk membantu Sunan Muria merebut kembali Dewi Roroyono.

Kakang sebaiknya pulang ke Padepokan Gunung Muria. Murid-murid kakang sangat membutuhkan bimbingan. Biarlah kami berusaha merebut diajeng Dewi Roroyono kembali. Kalau berhasil kakang tetap berhak mengawininya, kami hanya sekedar membantu, kata kapa. Aku masih sanggup untuk merebutnya sendiri, ujar Sunan Muria. Itu benar, tapi membimbing orang memperdalam agama Islam lebih penting, percayalah pada kami. Kami niscaya sanggup merebutnya kembali, kata kapa ngotot.

Sunan Muria kesudahannya meluluskan undangan adik seperguruannya itu. Rasanya tidak lezat menolak seseorang yang hendak berbuat baik. Lagi pula ia harus menengok para santrinya di padepokan Gunung Muria. Untuk merebut Dewi Roroyono dari tangan Pathak Warak, Kapa dan Gentiri ternyata minta sumbangan seorang Wiku Lodhang Datuk di pulau Sprapat yang dikenal sebagai tokoh sakti yang jarang tandingannya. Usaha itu berhasil. Dewi Roroyono dikembalikan ke Ngerang.

Hari berikutnya Sunan Muria hendak ke Ngerang. Ingin mengetahui perkembangan perjuangan Kapa dan Gentiri. Ditengah jalan ia bertemu dengan Adipati Pathak Warak. Hai Pathak Warak berhenti kau, hardik Sunan Muria. Pathak Warak yang sedang naik kuda terpaksa berhenti alasannya Sunan Muria menghadang didepannya. Minggir!! Jangan menghalangi Jalanku, hardik Pathak Warak. Boleh, asal kamu kembalikan Dewi Roroyono ! Goblok!! Dewi Roroyono sudah dibawa Kapa dan Gentiri!! Kini saya hendak mengejar mereka!! Umpat Pathak Warak. Untuk apa kamu mengejar mereka? Merebutnya kembali! Jawab Pathak Warak dengan sengit.

Kalau begitu langkahi dulu mayatku, Dewi Roroyono telah dijodohkan denganku, ujar Sunan Muria sambil pasang kuda-kuda. Tanpa basa bau Pathak Warak melompat dari punggung kuda. Dia merangkak ke arah Sunan Muria dengan jurus-jurus cakar harimau. Tapi dia bukan tandingan putera Sunan Kalijaga yang mempunyai segudang kesaktian. Hanya dalam beberapa kali gebrakan, Pathak Warak telah jatuh atau roboh di tanah dalam keadaan fatal. Seluruh kesaktiannya lenyap dan ia menjadi lumpuh, tak bisa untuk bangun berdiri apalagi berjalan.

Sunan Muria kemudian meneruskan perjalanan ke Juana. Kedatangannya disambut bangga oleh Sunan Ngerang. Karena Kapa dan entiri telah bercerita jujur bahwa mereka sendirilah yang memaksa mengambil alih kiprah Sunan Muria mencari Dewi Roroyono, maka Sunan Ngerang pada kesudahannya menjodohkan Dewi Roroyono dengan Sunan Muria. Upacara janji nikah pun segera dilaksanakan. Kapa dan Gentiri yang berjasa besar itu diberi hadiah tanah di desa Buntar. Dengan hadiah itu keduanya sudah menjadi orang kaya yang hidupnya serba berkecukupan. Sedang Sunan Muria memboyong isterinya ke Padepokan Gunung Muria. Mereka hidup Bahagia, alasannya merupakan pasangan yang ideal.

Tidak demikian halnya dengan Kapa dan Gentiri. Sewaktu membawa Dewi Roroyono dari keling ke Ngerang agaknya mereka terlanjur terpesona oleh kecantikan perempuan jelita itu. Siang malam mereka tidak bisa tidur. Wajah perempuan itu senantiasa terbayang. Namun alasannya perempuan itu sudah diperisteri abang seperguruannya mereka tak sanggup berbuat apa-apa lagi. Hanya penyesalan yang menghujam didada. Mengapa mereka dulu terburu-buru memperlihatkan jasa baiknya. Betapa enaknya Sunan Muria, tanpa bersusah payah kini menikmati kebahagiaan bersama gadis yang mereka dambakan. Inilah nasihat fatwa agama supaya lelaki diharuskan menahan pandangan matanya dan menjaga kehotmatan (kemaluan) mereka.

Andaikata Kapa dan Gentiri tidak memandang terus menerus kearah wajah dan badan Dewi Roroyono yang indah itu niscaya mereka tidak akan terpesona dan tidak terjerat oleh iblis yang memasang perangkap pada pandangan mereka. Kini Kapa dan Gentiri benar-benar telah dirasuki iblis. Mereka bertekad hendak merebut Dewi Roroyono dari tangan Sunan Muria. Mereka telah setuju untuk menimbulkan perempuan itu sebagai isteri bersama secara bergiliran. Sungguh keji rencana mereka. Gentiri berangkat lebih dahulu ke Gunung Muria. Namun ketika ia hendak melakukan niatnya dipergoki oleh murid Sunan Muria, terjadilah pertempuran dahsyat. Apalagi ketika Sunan Muria keluar menghadapi Gentiri, suasana menjadi semakin panas. Akhirnya gentiri tewas menemui ajalnya di puncak Gunung Muria.

Kematian Gentiri cepat tersebar ke aneka macam daerah. Tapi tidak membuat surut niat Kapa. Kapa cukup cerdik. Dia tiba ke gunung Muria secara rahasia dimalam hari. Tak seorangpun yang mengetahuinya. Kebetulan pada ketika itu Sunan Muria dan beberapa murid pilihannya sedang bepergian ke Demak Bintoro. Kapa menyerep murid-murid Sunan Muria yang cendekia rendah, yang ditugaskan menjaga Dewi Roroyono. Kemudian yang dengan mudahnya Kapa menculik dan membawa perempuan impiannya itu ke pulau sprapat.

Pada ketika yang sama, sepulangnya dari Demak Bintoro. Sunan Muria bermaksud mengadakan kunjungan kepada Wiku Lodhang Datuk di pulau Sprapat. Ini biasanya dilakukannya dekat dengan pemeluk agama lain bukanlah suatu dosa. Terlebih sang Wiku itu pernah meneolongnya merebut Dewi Roroyono dari Pathak Warak. Seperti fatwa Sunan Kalijaga yang bisa hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain dalam suatu negeri. Lalu ditunjukkan adat Islam yang mulia dan agung. Bukannya berdebat ihwal perbedaan agama itu sendiri. Dengan menerapkan ajaran-ajaran adat yang mulia itu nyatanya banyak pemeluk agama lain yang pada kesudahannya tertarik dan masuk Islam secara sukarela.

Ternyata, kedatangan Kapa ke pulau Sparapat itu tidak disambut baik oleh Wiku Lodhang Datuk. Memalukan! Benar-benar nista perbuatanmu itu! Cepat kembalikan isteri kakang seperguruanmu sendiri itu! Hardik Wiku Lodhang Datuk dengan marah. Bapa Guru ini bagaiman, bukakah saya ini muridmu? Mengapa tidak kamu bela? Protes Kapa. Sampai matipun saya takkan sudi membela kebejatan akal pekerti walau pelakunya itu muridku sendiri ! Perdebatan antara guru dengan murid itu berlangsung lama. Tanpa mereka sadari Sunan Muria sudah hingga ditempat itu. Betapa terkejutnya Sunan Muria melihat isterinya sedang tergolek ditanah dalam keadaan terikat kaki dan tangannya. Sementara Kapa dilihatnya sedang tabrak lisan dengan gurunya yaitu Wiku Lodhang Datuk. Begitu mengetahui kedatangan Sunan Muria, Kapa Langsung melancarkan serangan dengan jurus-jurus maut. Wiku Lodhang Datuk menjauh, melangkah menuju Dewi Roroyono untuk membebaskan belenggu yang dilakukan Kapa. Bersamaan dengan selesainya sang Wiku membuka tali yang mengikat badan Dewi Roroyono. Tiba-tiba terdengar jeritan keras dari lisan Kapa.

Ternyata serangan dengan pengerahan aji kesaktian yang dilakukan Kapa berbalik menghantam dirinya sendiri. Itulah ilmu yang dimiliki Sunan Muria. Mampu membalikkan serangan lawan. Karena Kapa memakai aji pamungkas yaitu puncak kesaktian yang dimilikinya maka ilmu itu kesudahannya merenggut nyawanya sendiri. Maafkan saya tuan Wiku….,ujar Sunan Muria agak menyesal. Tidak mengapa. Menyesal saya turut memberikan ilmu kepadanya. Ternyata ilmu itu dipakai untuk jalan kejahatan, gumam Sang Wiku. Bagaimanapun Kapa ialah muridnya, pantaslah kalau dia menguburkannya secara layak. Pada kesudahannya Dewi Roroyono dan Sunan Muria kembali ke Padepokan dan hidup bahagia.



Previous
Next Post »

Post a Comment