Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, January 25, 2019

Cerpen Cinta - Air Mata Di Balik Senyuman

Cerpen Cinta - Air Mata di Balik Senyuman

Karya: Anis Rahma
Email: arahmawati7@gmail.com

“Tuuuutttttt,,,,, “Suara kereta memecah keramaian didalam rangkaian gerbong berjalan ini, detakan  roda besi yang berputar diatas baja panjang tak berujung menemani perjalanan ku, menuju kota kelahiranku. Dengan irama pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, dan udara yang pengap semakin membuatku kesal saja.

“Mas,,mau numpang tanya…”

Suara bidadari manis yang memecah kekesalanku, begitu lembut di dengar.

“iya mbak mau tanya apa?

“kalau mau ke alamat ini, turunnya di stasiun apa ya mas?

Dengan menunjukan secarik kertas kepada ku, akupun melihatnya dengan seksama.

“Oh,,alamat ini sama dengan tujuan saya mbak, nanti mbak bareng aja sama saya, turun di Stasiun Kertosono.”

“maaf mas sudah merepotkan”.

“ahh,, nyantai aja mbak.”

Ya Allah dari mana datangnya bidadari manis ini, parasnya begitu menawan, balutan kain coklat yang menutupi rambutnya. Wajahnya kolam bunga mawar yang mulai mekar, dengan aroma bau khasnya yang begitu mengodaku untuk penasaran siapa gerangan.

“Bolehkah saya duduk disini mas?

“Silahkan Mbak.” Jawabku sambil bergeser dari bangku.

Terasa berdenyut kencang jantungku, panas cuek yang ku rasakan. Bidadari duduk di sebelahku, serasa ingin menjerit aaaaaaaaaaaaaa,,,,,, Seneng, grogi, salting semuanya ada pada ku sekarang. Ingin tahu siapa namanya, tapi saya ragu untuk melontarkan kata ku. Rasa gerogi ternyata menciptakan saya haus, ku ambil botol minuman yang terletak di meja kereta. Aku mengatakan pada Key, gadis manis yang duduk disebelahku sekarang. Nama aslinya Keyla Kartika mahasiswi Fakultas Pendidikan  semester 3 Universitas Negeri Surabaya, dia orisinil Surabaya, dan mau mengunjungi neneknya yang ada di kota Madiun.

Berharap saya bisa mengenalnya lebih dekat bahkan bisa menyelinap masuk di hatinya. Mungkin itu impian yang terpendam buat ku.

“dari tadi saya sudah menceritakan wacana ku… kini saya ingin tahu wacana kamu? Tanya Keyla terhaadapku.

“ahhh … gak ada yang special dariku,, hehee .”

“emang martabak apa, pake Istimewa segala…” jawabnya sambil tertawa kecil.

Gila gak menyangka ternyata selain manis ia humoris juga, benar-benar saya dibentuk kagum olehnya.

“oke-oke nama ku Andra Mahardika, saya bekerja di salah satu bank swasta di kota Surabaya, kini saya mau pulang ke kampung halamanku di kota Madiun… sudah cukup kan perkenalannya,, kini waktunya tidur perjalanan kita masih jauh lo Key,” tegasku

“iya-iya Dra..”

Tak pernah ku sangka kami berdua cepat sekali akrab, dan tak tau mengapa juga saya begitu nyaman dekat dengan dia, padahal masih terbilang beberapa jam saja kami bertemu. Kenapa tangan ini begitu dingin, dan kenapa selalu ada perasaan kagum ketika melihatnya. Apalagi ketika ia tidur kini ini kepolosan terpancar di wajah manisnya. Sungguh manis dirimu Key, kecantikanmu itu bisa menciptakan mengalami getaran cinta yang tak sanggup terhitung dengan skala Richter. Huhh… saya hanya bisa menghela nafas.

Desiran angin yang masuk lewat jendela kaca, bunyi gemuruh dari pohon-pohon yang terlewati kereta dengan kecapatan maksimum, seakan pertanda malam semakin mencekam. Tiada lagi bunyi asongan dan gurauan penumpang dengan penumpang lainya hanya bunyi angin menakutkan di luar sana. Cahaya mata mulai terasa redup, seakan sudah tak ada daya untuk melihat lagi, terasa penat dan lelah, rusukku terasa ringkih ingin segera rebahan di atas tumpukan kapuk yang nyaman.

Lama sekali tak sampai-sampai, gerutuku sendiri. Bangku penumpang di depanku kosong alasannya yaitu orangnnya sudah turun di stasiun Mojokerto. Aku pindah duduk di depan kursi ku, biar Keyla sanggup rebahan dengan tempat yang agak luas. Dari tempat dudukku kini semakin terang olehku melihat wajah yang menawan ini, bertambah tenang saja hatiku.

Hatiku semakin tak karuan semakin usang saya melihatnya semakin tak diragukan lagi kalau saya suka sama dia. Aduhhh … mikir apa sih saya ini mana mungkin saya bisa menyimpulkan kalo saya suka sedangkan saya belum kenal jauh.. dasar Andra,,, lagian dia beluum tentu suka sama kamu… tapi memang saya sadari dia telah menciptakan saya jatuh cinta untuk pertama kalinya.

Tuuuttt…. Bunyi kereta yang membuyarkan lamunanku, Keyla pun terbangun.

“sudah hingga mana Dra?

“bentar lagi hingga Key, siapin dulu barang-barang kamu…”

Tak usang kemudian kereta berhenti di stasiun besar Madiun ini yaitu pemberhentian terakhir untuk kereta jurusan Surabaya-Madiun. Aku mengantarkan Keyla mencari becak yang akan mengantarkannya ke alamat yang dituju. Sebelum ia pergi kami bertukar nomor Handphone. Dengan berat hati saya mengucapkan selamat tinggal padanya.

Pertemuan singkat ku dengannya menyimpan sejuta kenangan yang mungkin sulit untuk saya lupakan. Disepanjang perjalananku menuju rumah wajahnya selalu terbayang di benakku, kenapa saya ini,sudah aneh kah aku,, ohh TUhan bantu aku. Jeritku dalam hati. Sesampainya dirumah saya eksklusif mencium tangan ibu ku yang ketika itu kelihatan kurang sehat, perempuan bau tanah itu semakin kurus saja, saya memandangnya dengan rasa iba, dan sayang sama beliau.

Harta yang paling berharga didunia ini, dialah mentari hidupku, pejuang yang tanggung tak kenal lelah dan perhitungan. Tak terhitung betapa besar pengorbanannya.

Malam harinya ada SMS masuk di Handphone ku, tertulis nama Keyla

“malam Dra… terima kasih ya sudah menolong saya kemarin.”

“iyaa,,, santai aja lagi Key..”

“besok jalan-jalan yukk Dra, saya ingin keliling kota ini tapi gak punya teman, yang saya kenal Cuma kau aja,,, mau yaa nemenin aku…”

Semakin gerogi aja aku, ada perempuan manis yang mengajakku jalan, untuk pertama kalinya saya jalan sama cewek.

“oke, besok saya jemput di rumah nenek kau yaa,, jam 8 pagi…”

Keesok harinya dengan semangat saya menjemput dia di rumah neneknya, dengan senyumnya yang manis ia menyambut kedatanganku. Sungguh pemandangan yang indah dia begitu ceria dan sangat-sangat polos. Penampilannya simple tidak banyak gaya ibarat belum dewasa jaman sekarang.

Setelah berpamitan dengan neneknya kami berdua pun pergi dengan menaiki Yamaha Vixion milikku saya ajak di ke alun-alun kota Madiun. Dia kelihatan senang sekali saya ajak kesini, suasana ramai terlihat disini, banyak orang yang bermain-main dengan keluarga, berkumpul dengan teman-teman, atau sekedar mencari makan, kebetulan ini hari minggu. Aneka masakan Khas Madiun sanggup ditemui disini, salah satunya nasi pecel.

Keyla memintaku untuk mengambil gambarnya sekedar dijadikan kenang-kenangan. Tak disangka dia meminta salah satu pengunjung untuk memfoto kami berdua, dengan agak grogi saya menuruti keinginannya, dalam hati saya sesungguhnya juga senang sihh… biarpun saya gak tau dia tertarik pada ku atau tidak yang penting saya mulai menyayanginya. Sayangnya kami kenal belum cukup usang jadi saya belum berani untuk menyatakan cintaku.

Senyumnya terpancar ketika ia ada anak kecil yang menari di depan kami, dia mencubit pipi gadis mungil itu.

“eehhhmmm… kau manis sekali sayang...” Ucapnya pada gadis mungil itu.

“Key… pindah yuk, saya tunjukin kau tempat yang indah lagi,,, mau gak? Ajakku sambil bergurau

“Kemana Dra.. disini juga asikk kok”

“ayooo… ikut ajalah, niscaya kau bakalan kagum deh”  Pinta ku sambil meyakinkannya.

“oke dehh…capcuzz..”

Dengan mengendarai roda dua bermesinku kami meluncur menuju tempat yang menurutku indah. Setengah jam perjalanan dari alun-alun kami hingga di tempat yang begitu menajubkan biasanya belum dewasa Madiun menyebutnya Bukit Bintang, daerah perbukitan di daerah Gunung Willis.  Kekuasaan Tuhan memang paling indah.

“wooowww,,,, indah sekali Dra, sumpah gres kali ini saya melihat tempat yang paling indah ibarat ini”

“hehe, iya Key ini yaitu tempat terindah yang tak bisa ditemui di tempat lain, ketika saya masih sekolah dulu sering banget ke tempat ini, sekedar melihat gemerlapan lampu-lampu di lereng-lereng bukit, disini begitu telihat terang Key, tak perlu menunggu langit cerah untuk melihat bintang bersinar, kesegaran di tempat ini mendamaikan hati, menyendiri dan merefres pikiran, ingin sekali rasanya saya selamanya disini, penuh kedamaian dan keindahan… Ehh,, sory jadi curhat sama kau nihh…”

“ahh,, gak problem Dra curhat aja lagi kalau kau ada masalah, atau kau sedang butuh sahabat hubungi saja aku,,, sebisa mugkin saya akan selalu ada buat kau Dra, kita kan sahabat, masa sesama sahabat gak saling bantu sihh…”

“Ya sudah ayo pulang nanti kau dicariin nenek”

Aku mengajaknya pulang karna memang hari beranjak larut, di sepanjang perjalan hanya suasana sepi yang kami temui, bunyi saut-sautan jangkrik yang terdengar. Karena memang daerah tempat tinggalku masih berupa pedesaan, jauh dari keramaian kota hanya sedikit kendaraan yang melintasi jalan-jalan di pedesaanku.

Sesampainya di depan rumahnya Keyla, saya berpamitan untuk segera pulang tak yummy kalau dilihat penduduk sekitar, ketika saya mau pulang Keyla.

“Dra,jangan pergi dulu..!

“Ada apa Key?

“Aku cuma mau ngasih tau kamu, kalo besok pagi saya mau balik ke Surabaya, terima kasih ya sudah menyisihkan sedikit waktu untuk menghiburku, saya tak tau kenapa kau begitu baik padaku, saya merasa nyaman ketika dengan kau Dra,mungkin ini alasannya yaitu kau sahabat terbaikku Dra… ya sudah pulang sana, thanks yaaa…”

Terdiam sejenak diriku mendengar kata-katanya, sungguh dia perempuan yang baik hati, tapi sayangnya dia hanya menganggapku teman, padahal saya berharap bisa jadi bab di hatinya. Tak apalah yang penting saya bisa melihat ia tersenyum ketika bersamaku, biarpun hanya terjalin relasi pertemanan saya sangat-sangat bersyukur sanggup mengenalnnya, dan bisa menyayanginya setulu hatiku.

Cinta memang sebuah ilusi, cinta bisa tiba kapanpun,dimanapun dan untuk siapapun. Begitu pula cintaku telah berlabuh padanya, tapi cintaku tak berpengharapan, hanya sekedar mengasihi tanpa dikasihi. Inilah cintaku tak lebih dari ilustrasi semata.

Keesok harinya saya ingin sekali mengantarnya ke Stasiun, saya menghampiri Keyla di rumah neneknya. Tetapi ketika saya tiba disana terlihat kendaraan beroda empat ambulan yang parkir di pekarangan rumah Nek Piah. Karumunan orang-orang menghalangi pandanganku untuk mengetahui siapa yang sakit, sampai-sampai kendaraan beroda empat ambulan menjemputya. Jangan-jangan Nek Piah sakit lagi kerena beberapa waktu kemudian dia sempat dirawat inap dirumah sakit, itulah yang saya tangkap dari dongeng Keyla kemarin.

Akupun mendekati kerumunan itu, sosok badan mungil dibopong oleh dua orang perawat rumah sakit memakai tempat tidur beroda. Matanya terlihat sayup, wajahnya putih pucat, dengan lekungan cokelat di sekitar matanya, terlihat tak berdaya, tebaring lemah, dia membungkamkan bibirnya menahan rasa sakit yang begitu amat sangat. Keyla… apa yang terjadi pada gadisku?

Ambulan berangkat membawa Keyla menuju rumah sakit dengan ditemani Nek Piah. Aku membuntutinya dari belakang dalam hati tersimpan banyak pertanyaan. Dia dibawa ke ruang IGD, saya menunggunya di luar bersama nenek dan kedua orang tuanya.

“Sudah usang ia mengidap penyakit leukemia, semenjak kecil dia memang sakit-sakitan, kami sekeluarga bersukur alasannya yaitu Keyla bisa bertahan hidup dari penyakitnya itu hingga sekarang, ia tak pernah sedikitpun mengeluh, dia tetap terlihat tegar menghadapi penyakitnya. Dia memang gadis yang ceria, gadis yang berpengaruh bahkan dia jarang menangis. Kami sekeluarga tak tahu harus berbuat apa lagi untuk menyembuhkan penyakitnya, bahkan Keyla tidak mau ketika kami ingin membawanya ke luar negeri untuk berobat. Katanya malah buang-buang biaya saja. Saat liburan ia ingin sekali mengunjungi neneknya. Dengan berat hati kami mengizinkannya pergi seorang diri, dia juga ingin mencicipi naik kereta api. Satiap ketika ia telpon dan menceritakan pengalamannya selama disini, dan juga wacana kau nak Andra, dia merasa senang ketika bersama kamu, saya turut senang mendengar ceritanya dan tak terbayangkan kalau dia dongeng dihadapan saya, terima kasih nak Andra.”

Cerita orang bau tanah Keyla membuatku ingin meneteskan butiran mutiara bening. Tapi saya harus berpengaruh jangan hingga Keyla mengetahui kesedihanku.

Sudah tiga hari Keyla tak sadarkan diri, dia terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit. Aku menunggu kabarnya dirumah, alasannya yaitu memang saya tak bisa menungguinya setiap hari. Malam ini begitu sepi, selayaknya rembulan yang ada di atas sana tanpa ditemani sinaran bintang, tak lengkap rasanya.

Kusadari terasa hampa tanpa tawanya, dengan gitar kesayanganku ku menuangkan kesedihanku lewat lagunya Sammy Simorangkir. Engkau masih yang terindah, tinggal di dalam hatiku… belum selesai ku bersyair Handphoneku berbunyi, “hallo Andra,, ini ibunya Keyla, dia sudar sadar dan menanyakan kamu, kalau ada waktu tolong tiba kerumah sakit”

Tanpa berpikir panjang saya eksklusif meluncur ke rumah sakit di ruang Delima Keyla dirawat inap, saya melihat dirinya begitu lemah tak berdaya, terlihat senyum berat ketika saya datang. Sekuat mungkin saya menahan tangis, berusaha tetap ceria di depan dia.

“hai.. apa gimana keadaanmu?

“baik… kau sendiri gimana?

“aku juga baik Keyla…”

“Mah… Keyla pengen ngobrol berdua sama Andra” ucapnya lirih ke mamanya

“iyaa.. sayang mama keluar yaa..”

Aku tak tahu apa yang akan dikatakan Keyla, nafasnya begitu berat, matanya sayup, wajahnya pucat.

“Andra… kau baik banget, kenapa kau mau menemaniku selama beberapa hari ini”

“udah ah.. diem aja kamu, istirahat aja jangan banyak ngomong yaaa..”

“aku serius Dra…”

“iya dehh… terus apa yang kau ingin tahu dari ku Keyla?

“aku ingin tahu semuanya apa yang kau rasain ke aku, alasannya yaitu jujur saya merasa nyaman dengan kau Dra, saya merasa bahagia, Dra… saya sangat ingin bersama kamu, melewati hari-hariku bersama kamu, menjalani sisa hidupku dengan kamu, meski kita belum usang kenal tapi saya yakin sama kau Dra,kamu yaitu orang yang bisa membuatku senang kau bisa menciptakan final hidupku lebih berkesan indah, tapi saya begitu lemah, saya tak memberanikan diriku untuk lebih menyayangi kau dan nantinya akan menyakiti kamu, saya tak berdaya untuk menyayangi kamu. Hidupku sudah sudah menemui ajalnya,”

“huss,,, diem deh ngomong apa sih kau Key. Keyla cinta itu nrimo datangnya dari hati, saya menyayangi kau sepenuh hatiku, saya gak peduli siapa kamu, kayak apapun keadaan kau saya akan tetap sayang sama kamu, selama saya mengenal kamu, kamulah pelita hidupku Key, cinta gak hanya ketertarikan semata tapi cinta benar-benar menempel erat dalam jiwa. Key saya mencintaimu, sekalipun kau tak mencintaiku saya akan tetap cinta sama kamu, kerena cintaku tak bersyarat pada kau Key meskipun saya belum usang kenal sama kamu, bahkan bisa dibilang masih singkat waktu kita bertemu dan bersama tapi saya merasa sudah usang mengenalmu bahkan saya tak canggung ketika bersama kamu, saya sangat senang bersama kamu, dan saya ingin selalu buat kau bahagia.”

“aku gak bisa bertahan lebih usang lagi Dra, hanya rasa sakit yang saya rasakan sekarang, saya gak tahu berapa detik lagi saya sanggup bertahan, andai saja saya punya sejuta nyawa untuk melawan rasa sakit ini, akan ku perjuangkan untuk kamu, maafkan saya Dra, saya tidak bisa membalas rasa sayang kau meski saya begitu merasakannya juga. Dra maukah kau berjanji padaku, berjanjilah kau tidak akan pernah meneteskan air mata, saya mohon Dra, mungkin ini permintaan terakhirku.”

Aku semakin terpukul melihatnya terbaring lemah, Tuhan… jangan siksa dia dengan penyakit itu, betapa menderitanya dia.

“Andra… kau jangan pergi yaa, saya mau tidur sebentar.” Ucapnya lirih dengan mata yang semakin sayup.

“iyaa… saya akan disini menemani kamu.”



***

Dalam senja yang sejuk segrombolan orang mengelilingi gundukan tanah merah dengan taburan bunga-bunga yang semerbak harumnya, sederetan doa di panjatkan untuk orang tersayang. Di pekarangan yang luas ini banyak orang yang istirahat selamanya menjalani hidupnya di dunia.

Tak akan di temui gemerlapan lampu duniawi, kehidupan surgawilah yang menjadi tujuan mereka sekarang. Matahari telah hampir terbenam dibalik gunung. Bernyala-nyala rupa mega diwarnai. Di lembah-lembah dan di lereng telah turun kekaburan senja, tetapi puncak-puncak yang mejulang kelangit merah membara turut menyanyikan laguan warna.

Di seluruh tanah yang hijau di kaki pegunungan ini, sunyi senyap seperti ia tiada hendak mengusik ketentraman orang beristirahat dengan tenang disitu. Hanya kicauan burung emprit yang mengiringi kesunyian di rumah final insan itu.

Kesedihan yang ku rasakan selama seminggu terakhir ini tak dapat  melepaskan bayangan Keyla di mata ini. Setiap kali ku panjatkan doa di atas gundukan tanah merah ini perih mata ini menahan paksaan air mata yang memberontak keluar. Aku dihentikan meneteskannya di hadapan Keyla, alasannya yaitu saya sudah berjanji padanya ketika ia terbaring di rumah sakit.

Keyla akan ku bawa kenangan bersamamu di setiap langkahku. Bersama denganmu ku akan mencar ilmu lebih tegar menghadapi hidup ini. Senyummu tak akan pernah saya lupakan, kerena bagiku dirimu hanya satu di hatiku. Aku akan melewati hariku dengan penuh keceriaan tanpa tangis dan keluhan ibarat ketika kau menghadapi keganasan penyakit itu.

Selamat tinggal Keyla… semoga kau senantiasa senang dan tersenyumlah disisi-Nya.

Akukan selalu mendoakan dirimu disini, dan senantiasa menepati janjiku kepadamu.

Diseluruh tanah pegunungan itu malam telah mulai menyiratkan gelapnya. Mega hanya tinggal keabu-abuan dan disana-sini masih tampak kekabur-kaburan warna ungu lembayun, laksana jejak cahaya matahari yang telah turun dibalik gunung perkasa yang biru hitam rupanya. Dilangit bertambah banyak kelihatan bintang kemilau mengerlip memandang dunia.

Ku menatap duniaku di depan mata

Dengan senyuman dan kenangan..

Dunia kita tepisah jauh..

Tak ada lagi canda tawamu..

Harapan pupus terbawa hembusan angin..

Senyuman indah itu gugur bersama dengan daun-daun di demam isu kemarau..

Tak ada lagi pelita hidup yang ku idamkan..

Sang pujaan telah berpulang kehadapan Ilahi..

Suatu ketika nanti ku akan menemani mu disisi-Nya..

Untuk menuntaskan dongeng cinta yang tertunda…

Air mata dibalik senyuman… ( in memory 05-05-08 )

Previous
Next Post »

Post a Comment