Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Tuesday, September 11, 2012

Tari Lariangi, Tari Penerangan Dari Wakatobi


Wakatobi, sebuah kawasan di Sulawesi ini memang tak pernah habis dengan segala keragaman dan keindahan seni budayanya. Bagi yang mencitai budaya, siapa yang tak tahu dengan upacara mencari jodoh dalam Kabuenga, atau Tradisi Menangkap Ikan dengan Janur yang disebut Mane’e, dan sebagainya. Dari kedua tradisi di atas saja kita sudah bisa menyimpulkan bahwa wakatobi memang eksotis. Keeksotisan itu bisa dibuktikan juga dengan satu jenis tarian yang mereka miliki yakni tari Lariangi.

Tari Lariangi ialah sebuah bentuk tarian dari Wakatobi yang biasa dimainkan oleh dua belas penari muda. Keeksotisan tarian ini disamping pada gerak gemulai penarinya, juga bisa dinikmati dari kostum mencolok namun indah yang dikenakan oleh penarinya. Kedua belas penari dalam tari Lariangi yang menggunakan kostum dengan nama yang sama yakni lariangi ini, disamping gerak tubuh juga diiringi oleh nyanyian-nyanyian yang didendangkan oleh penarinya. Dua belas gadis muda nan manis berkostum indah menari sambil bernyanyi dengan iringan musik yang besar hati dan adakalanya meliuk tajam dan begitu riang. Siapa yang tak terpesona menyaksikan itu.

Kedua belas penari Lariangi

Penari Lariangi sedang menari

Meski pada ketika ini, tari lariangi ini tak melulu di pentaskan dalam program tertentu saja, pada awal perkembangannya tarian ini dikhususkan untuk menyambut para tamu kerajaan yang berkunjung ke sana, dan hanya dimainkan di istana raja. Disamping itu juga, tarian ini pun pada zaman dulu kerap dipentaskan untuk dan sebagai sarana penerangan. Mungkin alasannya ialah itu pulalah, tarian ini dimainkan dengan gerak dan nyanyi, dan juga sebut dengan tari Lariangi, yang terdiri adari dua kata yakni Lari yang bermakna menghias atau mengukir, dan Langi yang berarti orang-orang yang berhias dengan berbabagai ornamen untuk memberikan informasi, dengan maksud untuk memperlihatkan nasehat.

Perwujudan dari kata Lari bisa dilihat dari kostum yang dikenakan para penari yang terdiri dari kain, logam berukiran indah yang melingkar sebagai gelang, kalung dan hiasan-hiasan lainnya. Lari juga bisa dilihat dari hiasan sanggul yang begitu indah dan rumit yang disebut pantau. Konon, untuk sanggup menciptakan hiasan pantau ini tidaklah sembarang orang bisa mengerjakannya. Hanya orang-orang tertentu saja dan sudah ditempa dengan pengalaman menata pantaulah yang sanggup menciptakan hiasan rambut ini. Sedangkan untuk kata Angi sendiri bisa tercermin dari gerak dan nyanyi yang dibawakan oleh sang penari.

Pada tarian yang berdurasi sekitar sepuluh menit ini, gerakan para penari didominasi oleh gerakan duduk dan melingkar sambil mengibaskan kipas atau lenso dengan verbal yang tak henti bernyanyi. Dan kemudian pada menjelang berakhirnya tarian, sebagai puncak dari pentas tari ini ialah sebuah gerak rancak yang dinamakan nyibing. Dalam nyibing ini dilakukan oleh dua orang penari pria muda sambil mengelilingi dua penari wanita yang ada di tengah-tengah, layaknya seorang perjaka yang sedang berusaha melindungi pasangannya dari mara ancaman yang tiba dari luar. Dan memang, gerak tari perputar-putar di samping dua orang penari wanita ini konon mempunyai makna filosofis bahwa seorang pria harus bisa dan mau melindungi wanita dari kondisi apapun dan bagaimanapun, meski itu harus mengorbankan nyawa sendiri sebagai taruhannya, alasannya ialah di mata orang Wakatobi, perempuan-perempuan terutama pasangannya merupakan kehormatan dengan harga mati yang harus selalu dijaga dan dilindungi. Gagal melindungi pasangannya sama artinya dengan gagal dalam hidup dan harus menanggung aib selama hayat di badan.

Previous
Next Post »

Post a Comment