Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Saturday, October 26, 2013

Silsilah Orang Minangkabau Berdasarkan Tambo

Pertama-tama aku mohon maaf lantaran bulan ini jarang posting tersebab kesibukan aku akhir-akhir ini yang tak menawarkan aku waktu barang sedikit untuk meng-update blog ini. Maka dari itu, sebagai pelanyahan tangan di keyboard lantaran hampir dua bulan ini tak menyentuh tuts keyboard aku akan memposting silsilah nenek moyang orang Minang Kabau berdasarkan tambo yang aku sanggup dari novel karya Gus Tf. Sakai. Selamat menyelami……….

MENURUT TAMBO: Sultan Iskandar Zulkarnain Yang Bertanduk Emas, yang kekuasaannya menyebar ke delapan penjuru angin dan atas kehendak Allah diturunkan ke kerajaannya seorang bidadari sebagai permaisuri. Dari perkawinannya dengan sang bidadari Sultan Iskandar Zulkarnain dikaruniai tiga putra yang masing-masing bergelar Sultan Sri Maharajo Alif, Sultan Sri Maharajo Dipang, dan Sultan Sri Maharajo Dirajo. Tiga pangeran ini kemudian meninggalkan daratan Asia berlayar ke arah timur dengan membawa mahkota warisan ayah mereka. Saat berada di Laut Langkapuri terjadi persengketaan wacana siapa yang berhak atas mahkota. Mereka pun memperebutkannya sehingga mahkota jatuh ke bahari dan dibelit oleh seekor naga. Karena merasa tak mungkin lagi mendapatkan, Sultan Sri Maharajo Alif tetapkan untuk terus berlayar ke Benua Rum. Sultan Sri Maharajo Dipang menentukan berlayar ke Benua Cina. Sedangkan Sultan Sri Maharajo Dirajo, dengan keyakinan akan sanggup mengambil kembali mahkota, tetap berada di sana. Akhirnya, mahkota memang berhasil ia peroleh kemudian ia berlayar ke selatan kemudian membelok ke tenggara. Dari tengah lautan dilihatnya ada daratan yang menonjol sebesar telur itik. Itulah Gunung Marapi, kemudian diputuskannya untuk mendarat. Karena menyangka daratan itu yakni robekan dari Asia, ia namakan daratan itu pulau perca. Pulau ini, dalam perkembangannya kemudian, memperoleh beberapa lagi nama. Diantaranya Pulau Andalas, Pulau Emas, Pulau Harapan, Pulau Samudera atau Pulau Sumatera. Mengenangkan kapal yang sengaja dimusnahkan Sultan Sri Maharajo Dirajo biar pengikutnya tidak ada yang berlayar kembali, dibangunlah rumah panggung yang modelnya seolah-olah dengan kapal itu. mereka menamakannya rumah gadang. Dibangun pula kampung. Karena kampung itu dibangun dalam suasana yang riang, diberi nama Pariangan. Penduduk terus bertambah. Dibangun lagi kampung. Karena kampung itu dibangun dengan merambah semak belukar memakai pedang yang panjang, diberi nama Padang panjang. Penduduk terus bertambah. Menyebar pada kawasan luas di sekitar gunung Marapi. Tanah-tanah luas tempat penyebaran penduduk ini disebut luhak. Luhak di sebelah barat dinamakan Luhak Agam, luhak di sebelah utara disebut Luhak Lima Puluh dan luhak di sebelah timur Luhak Tanah Datar. Ketiga luhak itu dilukiskan sebagai: buminya hangat, airnya keruh dan ikannya liar untuk Luhak Agam; buminya sejuk, airnya jernih dan ikannya jinak untuk Luhak Lima Puluh; buminya nyaman, airnya tawar, dan ikannya banyak untuk Luhak Tanah Datar.

Bagaimanakah silsilah orang Minangkabau? Selain istri-istrinya, bersama Sultan Sri Maharajo Dirajo ikut pula berlayar seorang penasihat berakal bijaksana yang berjulukan Cati Bilang Pandai. Dengan istrinya yang berjulukan Indah Jalito, sultan memperoleh dua orang anak, yakni Suri Dirajo dan Indah Juliah. Indah Juliah menikah dengan seorang pangeran yang disebut ruso nan tiba dari lauik, makotonya bacabang tigo. pangeran ini kemudian bergelar Marajo Basa yang juga dikenal dengan nama Datuk Katumanggungan. Setelah Sultan Sri Maharajo Dirajo meninggal, Indah Jalito menikah dengan Cati Bilang Pandai. Dari perkawinan ini lahir beberapa orang anak dan salah seorang berjulukan Sutan Balun yang sesudah cukup umur bergelar Datuk Perpatih Nan Sabatang. Salah seorang saudara Sutan Balun yang berjulukan Puti Jamilan kemudian menikah dengan raja yang disebut anggang nan tiba dari lauik, ditembak dek datuak nan baduo, badia sadantam duo latuihnyo, jatuahlah talua anggang ka bumi nangko. Dari perkawinan ini lahirlah Bundo Kanduang yang terkenal. Entah kapan itu.

Siapakah aktivis dan bagaimana perkembangan moral dan kebudayaan orang Minangkabau? Suri Dirajo menggantikan Sultan Sri Maharajo Dirajo. Saat Suri Dirajo mangkat, Marajo Basa atau Datuk Katumanggungan diangkat menjadi raja. Sutan Balun yang waktu itu masih remaja mengusulkan untuk mengubah undang-undang yang waktu itu berjulukan aturan Tarik Balas. Datuk Katumanggungan menolak. Menghindarkan pertengkaran, Sutan Balun pergi merantau. Lama merantau, ia menemukan nalar untuk menunjukan kelemahan aturan Tarik Balas. Datuk katumanggungan menerima. Sejak itu lahirlah aturan Alur dan Patut dan masa itulah disebut sebagai awal berdirinya moral Minangkabau. Datuk Katumanggungan, bersama Sutan Balun yang kemudian bergelar Datuk Perpatih Nan Sabatang dinyatakan sebagai peletak dasar moral Minangkabau.

Begitulah berdasarkan tambo…

****

Glousarium:
Tambo : Tambay atau Tambe (Sansekerta) yang artinya bermula. Kaprikornus jika diartikan secara serampangan maka tambo yakni sekumpulan kisah masa kemudian yang berisi antara mitos, legenda dan fakta.
Luhak : Artinya luas, lapang. Pada masa sesudah Indonesia merdeka masing-masing luhak ini kemudian berganti nama jadi Kabupaten. Buminya hangat, airnya keruh dan ikannya liar untuk Luhak Agam; buminya sejuk, airnya jernih dan ikannya jinak untuk Luhak Lima Puluh; buminya nyaman, airnya tawar, dan ikannya banyak untuk Luhak Tanah Datar. M Rasyd Manggis menafsirkan perumpamaan ini sebagai: penduduk yang keras hati, berani, dan suka berkelahi untuk Luhak Agam; penduduk yang berhati lembut, tenang dan suka tenang untuk Luhak Lima Puluh; penduduk yang peramah, sabar, dan suka tenang untuk Luhak Tanah Datar.
Ruso nan tiba dari lauik, makotonya bacabang tigo : Artinya rusa yang tiba dari laut, mahkotanya bercabang tiga. anggang nan tiba dari lauik, ditembak dek datuak nan baduo, badia sadantam duo latuihnyo, jatuahlah talua anggang ka bumi nangko : artinya Enggang yang tiba dari laut, ditembak oleh datuk yang berdua, bedil sedentam dua letusnya, jatuhlah telur enggang ke bumi ini.
Tarik Balas : Hukum ini beradagium hutang emas bayar dengan emas, hutang akal bayar dengan budi, hutang nyawa bayar dengan nyawa.
Alur dan Patut : Sebuah aturan yang dititik beratkan pada kemufakatan lewat perundingan. Hukum ini masih tumbuh dan hidup hingga kini .

Previous
Next Post »

Post a Comment