Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Wednesday, August 27, 2014

Memahami Dongeng Serat Arjuna Wiwaha

Arjuna Wiwaha berarti “Perkawinan Arjuna”. Syair epis ini ditulis oleh Mpu Kanwa yg berdasarkan dugaan, hidup pada zamannya Raja Airlangga, raja di Jawa Timur sekitar th. 1019-1042. Airlangga merupakan seorang raja yg tersohor yg merencanakan peperangan. Untuk mempersiapkan diri secara mental ia mengundurkan diri dari masyarakat dan bertapa. Kemudian hari ia kembali dari pertapaannya dan mengabdikan diri kepada kesejahteraan kerajaannya. Umum berpendapat, bahwa Mpu Kanwa mempersembahkan karyanya kepada raja Airlangga. Untuk menghormati raja itu ia melukiskan kekuasaannya dgn mengambil arjuna sebagai contoh. Hal perihal Arjuna mencerminkan kehidupan Airlangga…

Sebetulnya Arjuna itu salah satu tokoh dari Maha Bharata. Di situlah di ceritakan, bagaimana Arjuna menjalankan tapa brata di salah satu bukit di pegunungan Himalaya dgn maksud untuk memperoleh kesaktian kemudian memerangi para gandarwa.

Dalam kakawin pun kita berjumpa dgn seorang pangeran Arjuna yg menjalankan tapa brata. Tetapi yg menarik perhatian disini ialah tujuannya yg lebih bersifat manusiawi. Tujuan tapa brata Arjuna Wiwaha bukanlah untuk menaklukkan kekuasaan jahat daripada Gandarwa, melainkan menawarkan proteksi kepada keluarga yg di cintainya, supaya mereka sanggup menaklukkan dunia..

Serat Arjuna Wiwaha terdiri atas tiga bagian:
  1. 1. Tapa brata Arjuna
  2. 2. Peperangan dgn Gandarwa
  3. 3. Hadiah yg diperolehnya


Dalam pembukaan diceritakan, bahwa kediaman para Dewa terancam oleh para Gandarwa di bawah pimpinan raja mereka; Niwata Kawaca. Hanya seorang insan yg mempunyai kesaktian sanggup mematahkan kekuasaan jahat. Maka dari itu para Dewa tetapkan untuk minta proteksi dari Arjuna yg namanya telah menjadi mashyur alasannya yaitu tapanya yg tabah. Untuk menguji ketabahannya, para Dewa mulai dgn menggodainya, namun sang tapa tdk sanggup di gemparkan oleh bidadari-bidadari yg paling manis dan selalu perawan sekalipun. Kemudian raja para Dewa, yaitu Dewa Indra sendiri akan mengujinya. Ia muncul dalam bentuk seorang Resi yg menghardik Arjuna, bahwa dgn segala tapa brata ia belum mencapai kesempurnaan, alasannya yaitu sebetulnya ia hanya mengejar pembebasan dirinya sendiri..

Arjuna menjawab, bahwa bukanlah keselamatan diri merupakan tujuannya, melainkan keselamatan orang-orang lain: ia ingin membantu keluarganya dalam peperangan terakhir. Dalam pada itu raja Gandarwa berusaha untuk membunuh Arjuna. Ia mengutus seekor celeng buas, Momong Murka, namanya, untuk mengganggu tapa Arjuna. Tetapi ksatria kita berhasil menewaskan celeng itu. Sayangnya di ketika Arjuna melepaskan anak panahnya, Batara Siwa pun turut melepaskan anak panahnya terhadap celeng tsb. Kedua anak panah melebur jadi satu dan menewaskan sang celeng. Siapakah yg lebih dulu melepaskan panah simpulan hidup itu? Siwa atau Arjuna? Terjadilah perselisihan ahli antara kedua tokoh itu. Dan inilah godaan yg ketiga: Arjuna tdk boleh membanggakan diri, sekalipun (atau justru karena) ia mempunyai kesktian. Setelah merendahkan diri dan mengakui kekuasaan Siwa -dan dengan demikian kekuasaan dalam dirinya sendiri- maka ia mendapatkan sebatang anak panah ajaib, Pasopati namanya. Dan dengan demikian berakhirlah tapa bratanya. Tujuan telah tercapai, ia mempunyai senjata untuk merebut kemenangan. Dgn cepat ia ingin pulang, alasannya yaitu itulah tujuan yg sebenarnya: membantu sanak saudaranya.

Tetapi perutusan dari khayangan tiba menghadap, minta bantuannya dalam peperangan dgn Niwata Kawaca. Arjuna tdk gembira dgn seruan tsb, alasannya yaitu itu berarti bahwa tujuannya sendiri tertunda, meskipun pada alhasil ia setuju. Di buatnya sebuah rencana. Dgn proteksi bidadari Supraba yg semenjak usang di pinang oleh sang raja para Gandarwa itu, maka Arjuna berhasil mengetahui diam-diam Niwata Kawaca. Kalau pucuk lidahnya terkena, maka ia akan tewas. Tidak usang berselang, terjadilah peperangan, dan sehabis mereka bertanding dgn sengitnya, maka alhasil Arjuna berhasil merebut kemenangan dgn melepaskan anak panahnya terhadap pucuk pengecap Niwata Kawaca dan dengan demikian menewaskan lawannya. 

Setelah disambut dgn meriah di Khayangan, maka Arjuna mohon diri untuk kembali kepada sanak saudaranya dan membantu mereka juga dalam peperangan. Ia berangkat dgn di bekali wejangan, supaya di kemudian hari selalu ingat akan sesamanya.

Maka dengan demikian, tamatlah kakawin itu..

Previous
Next Post »

Post a Comment