Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Wednesday, November 16, 2016

Cara Memakai Pestisida Selektif Dan Bijak Pada Tanaman Cabai / Cabai

Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973, yang disebut dengan pestisida ialah semua materi kimia, bahan-bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipakai untuk mengendalikan hama dan penyakit serta jasad penganggu yang merusak tanaman, belahan tumbuhan atau hasil-hasil pertanian. Dalam airti luas, istilah pestisida meliputi semua materi kimia yang dipakai untuk pertanian (kecuali pupuk) dan hasil ternak (Ditlintan 1985).
    Pestisida sanggup dikelompokkan menurut OPT sasaran, cara bekerjanya dan kandungan materi aktif atau senyawa kimianya. Berdasarkan OPT target yang dituju, pestisida dikelompokkan antara lain ialah sebagai berikut :
 yang disebut dengan pestisida ialah semua materi kimia Cara Menggunakan Pestisida Selektif dan Bijak Pada Tanaman Cabe / Cabai
1) Insektisida, yaitu racun yang dipakai untuk membunuh serangga.
2) Fungisida, yaitu racun yang dipakai untuk membunuh cendawan atau jamur
3) Akarisida, yaitu racun yang dipakai untuk membunuh tungau
4) Rodentisida, yiatu racun yang dipakai untuk membunuh tikus

Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dikelompokkan antara lain ialah sebagai berikut : 

1) Repelen atau zat penolak, yang dipakai untuk mengusir serangga
2) Racun kontak, yang diserap melalui kutikula
3) Racun perut, yang bekerja di dalam perut OPT sasaran, sehingga racun ini harus dimakan terlebih dahulu oleh OPT target tersebut
4) Racun translaminer, yang bisa menembus yang berada di dalam jaringan tanaman
5) Racun sistemik, yang masuk ke dalam jaringan tumbuhan dan ditranslokasikan ke seluruh bagain tanaman. Dengan demikian,racun ini sempurna untuk mengendalikan hama-hama pengisap dan penyakit yang disebabkan oleh cendawan
6) Antifidan, yang menghambat kemampuan makan OPT sasaran
7) Penghambat pembentukan kitin, yang menghambat pembentukan kitin, sehingga proses pergantian kulit serangga terhambat

Berdasarkan materi aktif atau senyawa kimia yng dikandungnya, pestisida di kelompokkan antara lain :
Baca juga :pengendalian hama dan penyakit secara alami

1) Pestisida golongan klor organik
2) Pestisida golongan fosfat organik
3) Pestisida golongan karbamat
4) Pestisida golongan piretroid sintetik
5) Pestisida golongan benzoil urea
6) Pestisida golongan mikroba

SELEKTIVITAS PESTISIDA
Dalam pengendalian OPT secara kimiawi, sebaiknya dipilih pestisida yang mempunyai sifat selektif, selektivitas pestisida ialah efek maksimum suatu jenis pestisida terhadap organisme sasaran, dengan efek minimum terhadap manusia, hewan, serangga berkhasiat dan kualitas lingkungan hidup.
Selektivitas pestisida sanggup dibedakan menjadi dua macam yaitu
(1) selektivitas fisiologi dan
(2) selektivitas ekologi, yaitu selektivitas penggunaan pestisida yang menurut pada pengetahuan ekologi OPT. Contoh selektivitas ekologi: aplikasi pestisida menurut Ambang Ekonomi (Ambang Pengendalian) hama, penggunaan pestisida sistemik, perlakuan benih dan sebagainya. Dengan demikian, pestisida yang berspektrum lebar sanggup dipakai secara selektif (selektivitas ekologi). Namun demikian, dalam kaitan dengan Konsepsi PHT, yang diinginkan ialah penggabungan keduanya, yaitu penggunaan pestisida selektif (fisiologi) dan secara ekologi juga selektif.

PENGGUNAAN PESTISIDA BERDASARKAN KONSEPSI PHT
Berdasarkan konsepsi PHT, pestisida hanya dipakai kalau memang benar-benar diharapkan (sesuai dengan hasil pengamatan egroekosistem). Selain itu, penggunaannya harus berhati-hati dan sekecil mungkin gangguannya terhadap lingkungan. Secara umum, penggunaan pestisida harus mengikuti lima kaidah, yaitu :

1) Tepat sasaran
2) Tepat jenis
3) Tepat waktu  
4) Tepat dosis/konsentrasi
5) Tepat cara penggunaan      
Tepat Sasaran
Tepat target artinya OPT target harus diketahui jenis (species) nya secara cepat. Dengan demikian sanggup ditentukan jenis pestisida yang sempurna yang perlu digunakan. Contoh: Apabila OPT yang menyerang ialah serangga, maka dipilih insektisida. Apabila yang menyerang ialah tungau, maka dipilih akarisida.

Tepat Jenis
Setelah diketahui OPT target yang akan dikendalikan dan jenis pestisida yang sesuai, maka perlu dilakukan pemilihan jenis pestisida yang tepat. Contoh : Untuk mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura), dipakai insektisida Lufenuron, Sihalotrin, dsb.

Tepat Waktu
Penggunaan pestisida menurut konsepsi PHT harus dilakukan menurut hasil pemantauan/pengamatan rutin, yaitu kalau populasi hama atau kerusakan yang ditimbulkannya telah mencapai Ambang Ekonomi (Ambang Pengendalian). Hal ini disebabkan lantaran keberadaan hama atau penyakit pada pertanaman belum tentu secara irit akan menimbulkan kerugian. Penyemprotan pestisida dilakukan pada pagi hari tetapi sebaiknya dilakukan pada sore hari, lantaran pada umumnya OPT (Khususnya serangga hama) pada tanaman cabai aktif pada sore/malam hari.

Tepat Dosis/Konsentrasi
Dosis pestisida ialah banyaknya pestisida atau larutan semport yang dipakai dalam setiap satuan luas, sedangkan konsentrasi pestisida ialah takaran pestisida yang harus dilarutkan dalam setiap liter air (bahan pelarut). Daya bunuh pestisida terhadap OPT ditentukan oleh takaran atau konsentrasi pestisida yang digunakan. Dosis atau konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang dianjurkan akan memacu timbulnya OPT yang resisten terhadap pestisida yang digunakan.

Tepat Cara Penggunaan
Keberhasilan pengendalian OPT ditentukan pula oleh cara penggunaan atau penyemprotan pestisida. Hal-hal yang harus diperhatikan pada ketika melaksanakan penyemprotan pestisida ialah sebagai berikut :

1) Peralatan semprot
Yang dimaksud dengan peralatan semprot ialah : spuyer, alat semport, dan alat pelindung keamanan penyemprotan. Spuyer yang baik ialah ukuran butiran semport berdiameter antara 100-150 mikron, sedangkan alat semprot minimal mempunyai tekanan sebesar 3 atmosfir, dan tidak bocor.

2) Keadaan cuaca
Yang dimaksud dengan keadaan cuaca ialah intensitas sinar matahari, kecepatan angin dan kelembaban udara. Penyemprotan sebaiknya dilakukan kalau keadaan cuaca cerah, kelembaban udara di bawah 70% dengan kecepatan angin sekitar 4-6 km/jam.

3) Cara penyemprotan
Cara penyemprotan yang baik dilakukan dengan cara tidak melawan arah angin, kecepatan jalan penyemprotan sekitar 4 km/jam dan jarak spuyer dengan bidang semport atau tumbuhan sekitar 30 cm.

PENGENDALIAN OPT PADA TANAMAN CABAI

Pada umumnya OPT yang menyerang tanaman cabai ialah dari golongan serangga, tungau dan cendawan. Dengan demikian, pestisida yang dipakai ialah insektisida, akarisida dan fungisida. Insektisida dan akarisida selektif yang dipakai hendaknya mempunyai sifat selektivitas fisiologi. Sampai ketika ini belum banyak diketahui fungisida yang mempunyai sifat selektivitas fisiologi. Oleh lantaran itu penggunaannya sanggup dilakukan dengan cara yang bersifat selektivitas ekologi.

Hama-hama Utama pada Tanaman Cabai
1. Kutu daun pesik (Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun persik mengakibatkan kerugian secara langsung, yaitu mengisap cairan tanaman. Akibatnya daun yang terjangkit keriput, berwarna kekuningan, terputir dan pertumbuhan tumbuhan terhambat. Serangan berat sanggup menimbulkan tumbuhan menjadi layu. Selain itu kutudaun persik sanggup mengakibatkan kerugian secara tidak langsung, lantaran peranannya sebagai vektor virus.

Pengendalian secara kimia sanggup dilakukan dengan pestisida selektif, yaitu apabila populasi kutudaun persik telah mencapai ≥ 7 ekor/10 daun. Insektisida yang dianjurkan antara lain dari golongan I.G.R., yiatu Fipronil (Regent 50 EC®, 2 ml/l) dan Diafentiuron (Pegasus 500 EC®, 2 ml/l) (Moekasan dkk. 1995), Profenofos (Curacron ® 500 EC, 2 ml/l). Insektisida tersebut dipakai secara bergantian.

2. Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Daun yang terjangkit thrips menawarkan tanda-tanda noda keperakan yang tidak beraturan, akhir adanya luka dari cara makan serangga tersebut. Setelah beberapa waktu noda keperakan tersebut bermetamorfosis coklat tembaga. Daun-daun mengeriting ke atas.
Pestisida selektif dipakai apabila kerusakan tanaman cabai telah mencapai ≥ 15%. Insektisida yang dianjurkan antara lain dari golongan I.G.R., yaitu Fipronil (Regent 50 EC®, 2 ml/l), dan Diafentiuron (Pegasus 500 EC®, 2 ml/l), serta dari golongan mikroba, yiatu Spinosat (Success 25 EC®, 1,5 ml/l) (Uhan 1997), Abamektin (Agrimec® 18 EC, 0,5 ml/l). Insektisida tersebut dipakai secara bergantian.

3. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Ulat grayak merusak daun dan buah cabai. Daun yang terjangkit oleh ulat grayak (instar I dan II) menawarkan tanda-tanda bercak-bercak putih yang menerawang, lantaran epidermis belahan atas ditinggalkan. Serangan oleh ulat grayak instar lanjut mengakibatkan daun-daun berlubang dan pada karenanya tumbuhan gundul.
Pestisida selektif dipakai apabila kerusakan tanaman cabai telah mencapai ≥ 12.5%. Insektisida yang dianjurkan antara lain dari golongan I.G.R., yaitu Flufenoksuron (Cascade 50 EC®, 2 ml/l). Lufenuron (Match 50 EC®, 2 ml/l). dan Diafentiuron (Pegasus 500 EC®, 2 ml/l) (Moekasan dkk. 1995), serta dari golongan mikroba, yiatu SLNPV (Spodoptera litura-Nuclear Polyhedrosis Virus) (Arifin 1988). Insektisida tersebut dipakai secara bergantian.

4. Tungau teh kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks)
Tungau teh kuning menyerang daun-daun muda. Permukaan bawah daun yang terjangkit menjadi coklat berkilau. Daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah.
Pestisida selektif dipakai apabila kerusakan tanaman cabai telah mencapai ≥ 15%. Akarisida yang dianjurkan antara lain ialah Diafentiuron (Pegasus 500 EC®, 2 ml/l). Profenofos (Curacron 500 EC, 1 ml/l)s, Etion (Merothion 500 EC®, 2 ml/l). Oksitiokuinoks (Morestan 25 WP®, 2 g/l) dan Profenofoacron® 500 EC, 2 ml/l). Insektisida tersebut dipakai secara bergantian.

Penyakit Utama pada Tanaman Cabai

1. Penyakit wangi daun
Penyebab penyakit ini ialah cendawan Phytophthora capsici. Penyakit ini disebut pula lodoh, hawar daun, atau lompong. Penyakit ini sanggup menyerang seluruh belahan tanaman, dari batang, daun hingga buah cabai. Gejala serangan berupa bercak tidak beraturan dan kebasah-basahan. Serangan yang berat mengakibatkan seluruh tumbuhan menjadi busuk.
Untuk pengendaliannya dipakai fungisida sistemik Metalaksil-M 4% + Mancozeb 64% (Ridomil Gold MZ ®4/64 WP) dengan konsentrasi 3 g/l air, bergantian dengan fungisida kontak menyerupai Klorotalonil (Daconil ® 500 F, 2 g/l) . Kedua fungisida tersebut dipakai secara bergantian. Fungisida sistemik dipakai maksimal empat kali per musim.

2. Penyakit bercak daun
Penyebab penyakit ini ialah cendawan Cercospora capsici. Penyakit ini disebut pula penyakit mata katak atau totol. Pada daun terdapat bercak-bercak kecil berbentuk bulat. Bercak ini sanggup hingga mencapai garis tengah lebih dari 0,5 cm. Pusat bercak berwarna pucat hingga putih, dengan tepi berwarna lebih tua. Pada serangan berat, daun-daun menjadi gugur. Selain menyerang daun, bercak juga sering ditemukan pada batang, juga tangkai buah. Serangan pada tangkai buah sanggup meluas ke belahan buah dan mengakibatkan gugur buah.
Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan fungisida Difenoconazole (Score ® 250 EC dengan konsentrasi 0,5 ml/l). Interval penyemprotan 7 hari

3. Penyakit wangi buah antraknose
Penyebab penyakit ini ialah cendawan Colletotrichum capsici atauColletotrichum gloeoporioides. Gejala awal berupa bercak coklat kehitaman pad apermukaan buah, kemudian menjadi wangi lunak. Pada belahan tengah bercak terdapat kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok spora. Serangan yang berat mengakibatkan seluruh buah keriput dan mengering. Warna kulit buah menyerupai jerami padi. Cuaca panas dan lembap mempercepat perkembangannya.
Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan fungisida Klorotalonil (Daconil ® 500 F, 2 g/l) atau Profineb (Antracol 70® WP, 2 g/l). Kedua fungisida tersebut dipakai secara bergantian.

Previous
Next Post »

Post a Comment