Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Monday, May 1, 2017

Cerita Rakyat Nusantara Legenda Alue Naga

Suatu hari Sultan Meurah menerima khabar perihal keresahan rakyatnya di suatu tempat, kemudian dia mengunjungi tempat tersebut ialah sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya.

"Tuanku banyak ternak kami raib ketika berada di bukit Lamyong," keluh seorang peternak. "Terkadang bukit itu mengakibatkan gempa bumi sehingga sering terjadi longsor dan membahayakan orang yang kebetulan lewat dibawahnya," tambah yang lainnya. "Sejak kapan bencana itu?" Tanya Sultan Meurah. "Sudah lama Tuanku, menjelang Ayahanda Tuanku mangkat," terperinci yang lain.

 Suatu hari Sultan Meurah menerima khabar perihal keresahan rakyatnya di suatu tempat Cerita Rakyat Nusantara Legenda Alue Naga
cerita-rakyat-nusantara-indonesia" target="_blank">Cerita Rakyat Nusantara "Legenda Alue Naga"

Sesampai di istana Sultan memanggil sahabatnya Renggali, adik dari Raja Linge Mude. "Dari dulu saya heran dengan bukit di Lamnyong itu," kata Sultan Meurah. "Mengapa ada bukit memanjang disana padahal disekitarnya rawa-rawa yang selalu berair," sambung Sultan Meurah. "Menurut cerita orang tua, bukit itu tiba-tiba muncul pada suatu malam," terperinci Renggali, "abang hamba, Raja Linge Mude, curiga akan bukit itu ketika pertama sekali ke Kuta Raja, seakan-akan bukit itu mamanggilnya," tambahnya. "Cobalah engkau cari tahu ada apa bekerjsama dengan bukit itu!" Perintah Sultan.

Maka berangkatlah Renggali menuju bukit itu, dia menelusuri setiap jengkal dan sisi bukit tersebut, mulai dari pinggir maritim di utara hingga ke kesisi selatan, "bukit yang aneh, "bisik Renggali dalam hati. Kemudian dia mendaki belahan yg lebih tinggi dan bangkit di atasnya, tiba-tiba dari belahan di bawah kakinya mengalir air yang hangat. Renggali kaget dan melompat kebawah sambil berguling.

"Maafkan hamba putra Raja Linge!" Tiba-tiba bukit yang tadi di pinjaknya  bersuara. Renggali kaget dan segera bersiap-siap, "siapa engkau?" Teriaknya. Air yg mengalir semakin banyak dari bukit itu membasahi kakinya, "hamba naga sobat ayahmu," terdengar balasan dari bukit itu dikuti bunyi gemuruh.

Renggali sangat kaget dan di perhatikan dengan seksama bukit itu yang berbentuk kepala ular raksasa walaupun di penuhi semak belukar dan pepohonan. "Engkaukah itu? Lalu di mana ayahku? Tanya Renggali. Air yang mengalir semakin banyak dan menggenangi kaki Renggali. "Panggilah Sultan Alam, hamba akan buat pengakuan!" Isak bukit tersebut. Maka buru-buru Renggali pergi dari tempat absurd tersebut. Sampai di istana hari sudah gelap, Renggali menceritakan bencana absurd tersebut kepada Sultan.

"Itukah Naga Hijau yang menghilang bersama ayahmu?" Tanya Sultan Meurah penasaran. "Mengapa dia ingin menemui ayahku, apakah dia belum tahu Sultan sudah mangkat?"  tambah Sultan Meurah. Maka berangkatlah mereka berdua ke bukit itu, sesampai disana tiba-tiba bukit itu bergemuruh. "Mengapa Sultan Alam tidak datang?" Suara dari bukit. "Beliau sudah lama mangkat, sudah lama sekali, mengapa keadaanmu menyerupai ini Naga Hijau? Kami menduga engkau telah kembali ke negeri mu, kemudian dimana Raja Linge?" Tanya Sultan Meurah. Bukit itu begemuruh keras sehingga menciptakan ketakutan orang-orang tinggal akrab bukit itu.

"Hukumlah hamba Sultan Meurah," pinta bukit itu. "Hamba sudah berkhianat, hamba pantas  dihukum," lanjutnya. "Hamba sudah mencuri dan menghabiskan kerbau putih hadiah dari Tuan Tapa untuk Sultan Alam yang diamanahkan kepada kami dan hamba sudah membunuh Raja Linge," jelasnya. Tubuh Renggali bergetar mendengar klarifikasi Naga Hijau, "bagaimana sanggup kau membunuh sahabatmu sendiri?" Tanya Renggali.

"Awalnya hamba diperintah oleh Sultan Alam untuk mengantar hadiah berupa pedang kepada sahabat-sahabatnya, semua sudah hingga hingga tinggal 2 bilah pedang untuk Raja Linge dan Tuan Tapa, maka hamba mengunjungi Raja Linge terlebih dahulu, dia juga berniat ke tempat Tuan Tapa untuk mengambil obat istrinya, sesampai di sana Tuan Tapa menitipkan 6 ekor kerbau putih untuk Sultan Alam, kerbaunya besar dan gemuk.

Karena ada amanah dari Tuan Tapa maka Raja Linge tetapkan ikut mengantarkan ke Kuta Raja, sebab itu kami kembali ke Linge untuk mengantar obat istrinya. Namun di sepanjang jalan hamba tergiur ingin menyantap daging kerbau putih tersebut maka hamba mencuri 2  ekor kerbau tersebut dan hamba menyantapnya, Raja Linge panik dan mencari pencurinya kemudian hamba memfitnah Kule si raja harimau sebagai pencurinya, kemudian Raja Linge membunuhnya.

Dalam perjalanan dari Linge ke Kuta Raja kami beristirahat di tepi sungai Peusangan dan terbit lagi selera hamba untuk melahap kerbau yang enak itu, kemudian hamba mencuri 2 ekor lagi, Raja Linge murka besar kemudian hamba memfitnah Buya si raja buaya sebagai pencurinya maka dibunuhlah buaya itu. Saat akan masuk Kuta Raja, Raja Linge membersihkan diri dan bersalin pakaian ditepi sungai, kemudian hamba mencuri 2 ekor kerbau dan menyantapnya tetapi kali ini Raja Linge mengetahuinya kemudian kami bertengkar dan berkelahi, Raja Linge mempunyai kesempatan membunuh hamba tetapi dia tidak melakukannya sehingga hamba lah yang membunuhnya," cerita naga sambil berurai air mata.

"Maafkanlah hamba, hukumlah hamba!" terdengar isak tangis sang naga. Mengapa engkau terjebak disini?" Tanya Sultan Meurah. "Raja Linge menusukkan pedangnya ke  bagian badan hamba sehingga lumpuhlah badan hamba kemudian terjatuh dan menindihnya, sebuah pukulan Raja Linge ke tanah menciptakan tanah terbelah dan hamba tertimbun di sini bersamanya," terperinci sang naga.

"Hamba mendapatkan keadaan ini, biarlah hamba mati dan terkubur bersama sobat hamba," pinta Naga Hijau. "Berilah dia eksekusi Renggali, engkau dan abangmu lebih berhak menghukumnya," kata Sultan Meurah. "Ayah hamba tidak ingin membunuhnya, apalagi hamba, hamba akan membebaskannya," jawab Renggali. "Tidak! Hamba ingin di aturan sesuai dengan  perbuatan hamba," pinta Naga Hijau. "Kalau begitu bebaskanlah dia!" Perintah Sultan Meurah.

Maka berjalanlah mereka berdua mengelilingi badan naga untuk mencari pedang milik Raja Linge, sehabis menemukannya, Renggali menarik dengan berpengaruh dan terlepaslah pedang tersebut namun Naga Hijau tetap tidak mau bergerak. "Hukumlah hamba Sultan Meurah!" Pinta Naga Hijau. "Sudah cukup eksekusi yang kau terima dari Raja Linge, putranya sudah membebaskanmu, pergilah ke negerimu!" Perintah Sultan Meurah.

Sambil menangis naga tersebut menggeser tubuhnya dan perlahan menuju laut. Maka terbentuklah sebuah alur atau sungai kecil akhir pergerakan naga tersebut. Maka di kemudian hari tempat di pinggiran Kuta Raja itu disebut Alue Naga, disana terdapat sebuah sungai kecil yang disekitarnya di penuhi rawa-rawa yang selalu tergenang dari air mata penyesalan seekor naga yang telah mengkhianati sahabatnya.
Cerita Lainnnya ==>> cerita-rakyat-nusantara-indonesia" target="_blank">Legenda Lutung Kasarung
ceritadandongengrakyat.blogspot.co.id/" target="_blank">Cerita Rakyat Nusantara "Legenda Alue Naga"

Previous
Next Post »

Post a Comment