Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Thursday, January 18, 2018

Cerita Rakyat - Reog Ponorogo

Cerita Rakyat - Alkisah, Raja Kerajaan Daha Kediri cari menantu untuk putrinya yang paling cantik, yaitu Dewi Sanggalangit, yang kecantikannya sudah populer ke seantero jagat. Kabar ini pun terdengar hingga ke pendengaran Prabu Klana Sewandana yang berkuasa atas Kerajaan Bantarangin, konon, terletak di timur Gunung Lawu sebelah barat Gunung Wilis, kawasan Ponorogo ketika ini. Sang Prabu populer berwajah tampan serta sakti ini segera memerintahkan Pujangganong, Patih kepercayaannya. Maka, pergilah Pujangganong ke Kerajaan Kediri.

Di hadapan Kerajaan Kediri, Pujangganong memberikan maksud kedatangannya. "Hamba utusan Prabu Klana Sewandana, Raja Kerajaan Bantarangin, yang dengan ini bermaksud meminang Dewi Sanggalangit," tukas Pujangganong kepada Raja Kediri.

"Perkara ijab kabul putriku Sanggalangit, tidak berhak ditentukan atas titahku. Aku hanya merestui apa yang menjadi keinginannya. Silakan, kamu tanyakan sendiri padanya langsung. Pengawal, suruh kemari Sanggalangit!"

Dewi Sanggalangit pun datang. Ia tampak sedikit terkejut dengan kedatangan Pujangganong. Menurut tebakannya, Pujangganong hendak melamarnya sebagai buah promosi ayahnya mencari pendamping. Tanpa ditanya ulang, Dewi Sanggalangit mengajukan tiga syarat. Pertama, calon pengantin laki-laki diharuskan berjalan melalui terowongan bawah tanah. Kedua, calon pengantin laki-laki diharuskan menyuguhkan kesenian yang belum pernah dipentaskan di mana-mana. Ketiga, calon pengantin laki-laki diharuskan membawa binatang berkepala dua, apapun itu.

Tanpa komplain soal syarat yang diajukan, Pujangganong pribadi menyanggupi ketiga syarat yang diajukan Dewi Sanggalangit. Ia pun pulang ke Kerajaan Bantarangin untuk melapor kepada Prabu Klana Sewandana. Setelah mendapatkan laporan dari patihnya, Sang Prabu pun tidak juga komplain. Ia pribadi menyetujui syarat itu. Dan ia melaksanakan persiapan-persiapan untuk melamar Dewi Sanggalangit.

Singobarong Tidak Ingin Ketinggalan Melamar Dewi Sanggalangit

Kecantikan Dewi Sanggalangit sudah populer ke seantero Nusantara. Ketika Raja Kediri mengumumkan mencari menantu untuk putrinya, bukan hanya Prabu Klana Sewandana saja yang hendak melamar.

Dikisahkan bahwa Raja Kerajaan Lodaya berjulukan Singobarong juga mempunyai niat yang sama. Tapi, ia telat, alasannya yaitu Dewi Sanggalangit sudah keburu hendak dilamar Prabu Klana Sewandana. Untuk itu, sewaktu hari lamaran tiba, Singobarong mencoba menggagalkannya.


Bersama pasukannya, Singobarong mencegat rombongan Prabu Klana Sewandana di jalan. Terjadilah pertempuran sengit. Berbekal ilmu kanuragan mengubah bentuk, Singobarong mengubah dirinya menjadi seekor harimau. Raungan dan terkaman dari harimau jadi-jadian itu sangatlah mengerikan. Namun, kemenangan tidaklah ditentukan dari seberapa besar lengan berkuasa kesaktian yang dimiliki oleh petarung, taktik serta taktik juga diperlukan. Prabu Klana tidak cuma cendekia bersilat. Namun, juga cendekia bertaktik.

Sang Prabu rupa-rupanya mengetahui kelemahan Singobarong ketika menjadi harimau yaitu kutu-kutu di kepalanya. Dikeluarkanlah, seekor burung merak kesayangan miliknya untuk memakan kutu-kutu di kepalanya. Akibatnya, Singobarong tidak bisa berkonsentrasi ketika bertarung, dan malah menikmati patokan-patokan si burung merak di kepalanya. Sang Prabu tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia mengeluarkan Pecut Samandiman - pecut sakti warisan gurunya - ke arah Singobarang.

"Makanlah pecutku ini, Singobarong. Jadilah kamu binatang berkepala dua!" serang Prabu Klana Sewandana seraya memekik.

Seketika, Singobarong melemas. Seluruh kekuatan serta kesaktiannya raib. Ia pun tidak bisa kembali ke wujud manusia. Burung merak yang ada di kepalanya pun tidak bisa terlepas. Dan malah menjadi peliharaan Prabu Klana Sewandana.

Rombongan Prabu Klana Sewandana meneruskan perjalanan menuju Kerajaan Kediri.

Pagelaran Binatang Berkepala Dua, yang Disebut Reog

Sesampainya di Kerajaan Kediri, Prabu Klana Sewandana berserta rombongan segera menggelar pertunjukan yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu pertunjukan binatang berkepala dua yang kemudian disebut Reog.

Seselesainya pertunjukan Prabu Klana Sewandana segera menghadap Sang Raja.

"Baginda Raja, hamba telah melaksanakan semua syarat yang diminta Dewi Sanggalangit, yang  Karena itu, bolehkah hamba meneruskan seruan Patih Pujangganong

"Oh, mengenai perkara itu, aku menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada putriku saja. Karena, ia yang kelak menjalaninya," sahut Dewi Sanggalangit.

Dewi Sanggalangit yang menerima operan tersebut bingung. "Maaf, Tuan, bahwasanya siapa gerangan yang hendak melamar hamba, Tuan ataukah Pujangganong?"

"Saya-lah yang melamar anda. Beberapa waktu kemudian aku telah mengutus Pujangganong untuk melamarkan anda untuk saya," jawab Prabu Klana Sewandana. Mendengar hal tersebut, pipi Dewi Sanggalangit bersemu kemerah-merahan.

Dan begitulah, Prabu Klana Sewandana dan Dewi Sanggalangit hasilnya menikah. Setelah pernikahan, Sang Prabu kemudian memboyong Dewi Sanggalangit ke Kerajaan Bantarangin. Di kerajaan ini, kesenian Reog makin kerap dipentaskan. Setelah Kerajaan Bantarangin berkembang menjadi kawasan berjulukan Ponorogo, Reog dikenal dengan sebutan Reog Ponorogo dan populer hingga ke seluruh penjuru dunia.

Previous
Next Post »

Post a Comment