Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Wednesday, October 17, 2018

Raden Patah, Silsilah, Biografi, Dan Perjalanan Hidupnya

Raden Patah ialah seorang berdarah adonan China dan Jawa yang lahir di Palembang pada tahun 1455. Ia merupakan pendiri sekaligus raja pertama kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Raden Patah dikenal dengan banyak nama dan gelar antara lain Jin Bun, Pate Rodim, Tan Eng Hwa, dan Aryo Timur. Kisah hidupnya sangat menarik untuk kita pelajari. Perjuangan, kerja keras, dan perilaku toleransinya sangat baik untuk diteladani, oleh risikonya mari kita simak silsilah, biografi, hingga makam dan maut dari pendiri Masjid Agung Demak ini.

 ialah seorang berdarah adonan China dan Jawa yang lahir di Palembang pada tahun  Raden Patah, Silsilah, Biografi, dan Perjalanan Hidupnya

Asal Usul dan Silsilah Raden Patah

Raden Patah merupakan silsilah anak dari Raja Brawijaya dengan selir China berjulukan Siu Ban Ci. Raja Brawijaya sendiri merupakan raja terakhir dari kerajaan Majapahit yang memerintah semenjak tahun 1408 hingga 1501. Hubungan antara Raja Brawijaya dengan selirnya ini menciptakan Ratu Dwarawati, isteri Brawijaya cemburu. Karena kecemburuannya itu, Raja dipaksa untuk membuang selir itu supaya tidak tetap tinggal di istana. Meski tengah hamil besar, Siu Ban Ci terpaksa harus angkat kaki menuju Palembang untuk tinggal di anak Brawijaya yang merupakan bupati Palembang masa itu, yakni Arya Damar. Setelah melahirkan Raden Patah, Siu Ban Ci lalu menikah dengan anak tirinya sendiri yang tak lain ialah Arya Damar. Dari ijab kabul itu, mereka dikaruniai seorang putra berjulukan Raden Kusen.

Biografi dan Perjalanan Hidup Raden Patah

Seiring berjalannya waktu, Raden Patah tumbuh dewasa. Di masa itu, ia diminta menggantikan ayah tirinya menjadi bupati Palembang, namun dengan banyak sekali alasan ia menolaknya. Ia menentukan kabur dan pergi kembali ke Tanah Jawa. Kepergiannya itu lalu disusul oleh adik tirinya sehabis beberapa bulan kemudian.

Baik Raden Patah dan Raden Kusen, keduanya pergi ke Jawa dan menolak menjadi bupati tidak lain ialah alasannya ialah ingin memperdalam ilmu agama Islam. Islam kala itu memang tengah mengalami perkembangan pesat di tanah air. Mereka berdua mencar ilmu ke Sunan Ampel di Surabaya.

Setelah beberapa tahun mengaji, Raden Kusen lalu kembali ke kerajaan kakeknya, yakni Brawijaya di Majapahit, sedangkan Raden Patah malah menuju Jawa Tengah untuk membuka hutan Glagah Wangi dan menjadikannya sebagai daerah syiar Islam dengan mendirikan pesantren.

Raden Patah, Raja Pertama Kerajaan Demak

Seiring berjalan sang waktu, Raden Kusen sekarang telah menetap di kerajaan Majapahit dan telah diangkat sebagai adipati. Bersamaan dengan itu, pesantren yang didirikan Raden Patah pun berkembang dengan pesat dan maju. Mengingat kemajuan pesantren tersebut, Raja Brawijaya yang tak lain ialah ayah dari Raden Patah khawatir kalau pesantren tersebut akan dipakai oleh Raden Patah sebagai alat untuk melaksanakan pemberontakan. Untuk menghindari hal itu, Raja Brawijaya pun menyuruh cucunya, yang tak lain ialah adik tiri dari Raden Patah – Raden Kusen, untuk mengundang Raden Patah.

Sesampainya di Istana, Raja Brawijaya sangat-sangat kagum dengan sosok Raden Patah yang sangat sederhana, santun, berwibawa, dan berbudi. Brawijaya pun sangat bahagia melihat anak dari selirnya itu mempunyai kepribadian kuat. Menyadari hal itu, Brawijaya pun mengangkat Raden Patah sebagai bupati Glagah Wangi. Tak berselang lama, Raden Patah pun merubah nama Glagah Wangi menjadi Demak dan menetapkan ibukotanya di Bintara. Di bawah pimpinan Raden Patah, Demak berkembang sangat pesat dan menjadi sentra penyebaran agama Islam di tanah Jawa.

 ialah seorang berdarah adonan China dan Jawa yang lahir di Palembang pada tahun  Raden Patah, Silsilah, Biografi, dan Perjalanan Hidupnya

Perang antara Kerajaan Majapahit dan Demak

Perang antara Demak dan Kerajaan Majapahit dikisahkan di dalam Babad Jawi. Dalam babad tersebut, diketahui bahwa Sunan Ampel pernah berpesan pada Raden Patah untuk tidak memberontak ke kerajaan Majapahit, alasannya ialah bagaimanapun Raja Brawijaya ialah ayahnya sendiri –meski berbeda agama. Pesan itu bertahan dan digubris oleh Raden Patah selama Sunan Ampel hidup. Namun sehabis sunan Ampel wafat, pesan itu terpaksa harus diingkari alasannya ialah beberapa hal. Secara terpaksa Raden Patah pun memberontak pada kerajaan Majapahit, dan Raja Brawijaya meningal pada pemberontakan itu.

Semenjak pemberontakan itu, kerajaan Demak semakin berkembang pesat. Kerajaan tersebut menjadi sentra perkembangan agama islam dipulau Jawa dan menjadi kerajaan islam pertama di Jawa. Beberapa bangunan bukti kemajuan kerajaan demak masih sanggup kita jumpai dikala ini, misalnya Masjid Agung Demak yang pada 1479 diresmikan oleh Raden Patah Sendiri.

Keturunan Raden Patah

Menurut naskah babad Jawa, Raden Patah mempunya 3 istri yang antara lain:
Putri Sunan Ampel yang lalu melahirkan Raden Surya dan Raden Trenggana. Kedua anak dari isteri pertama ini secara berurutan lalu naik takhta. Raden Surya bergelar Pangeran Sabrang Lor dan Raden Trenggana bergelar Sultan Trenggana.
Seorang putri dari Randu Sanga yang lalu melahirkan Raden Kanduruwan yang pada pemerintahan Sultan Trenggana berjasa dalam menaklukkan Sumenep, Madura.
Putri bupati Jipang yang lalu melahirkan Raden Kikin dan Ratu Mas Nyowo.

Wafat dan Makam Raden Patah

Raden Patah meninggal pada usia 63 tahun alasannya ialah sakit yang dideritanya. Ia dimakamkan tidak jauh dari masjid Agung Demak dan hingga dikala ini makam raden patah tersebut masih tetap terawat dengan baik dan ramai dikunjungi banyak orang.

Demikianlah pemaparan perihal Biografi Raden Patah, asal usulsilsilah, perjalanan hidup selama membangun kerajaan Demak, dan jasanya terhadap perkembangan agama islam di Tanah Jawa. Semoga sanggup bermanfaat ya.

Previous
Next Post »

Post a Comment