Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Abu Nawas Diusir Raja

Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel perihal Hikayat Abu Naw Abu Nawas Diusir Raja
Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel perihal Hikayat Abu Nawas Diusir oleh Raja, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Nasib apalagi kali ini yang dialami oleh Abu Nawas. Gara-gara mimpi jelek raja Harun Ar Rasyid tadi malam, ia diusir dari tanah daerah ia dilahirkan. Sungguh memprihatinkan sekali. Namun, apadaya rakyat biasa menyerupai Abu Nawas. Bagaimana juga, ia harus pergi meninggalkan kampung halamannya yang ia cintai.

Masih besar lengan berkuasa di ingatan Abu Nawas, ucapan baginda raja yang ditujukan kepadanya. Kata-kata raja senantiasa terngiang di telinga, "Semalam, saya bertemu dengan seorang lelaki bau tanah di dalam mimpiku. Kakek itu menggunakan jubah berwarna putih. Kakek bau tanah itu menyampaikan sesuatu yang mencengangkan, bahwa negeri ini akan diterpa bala peristiwa bila orang dengan nama Abu Nawas masih bercokol di negeri ini. Abu Nawas harus diusir dari negeri ini, alasannya membawa sial. Ia boleh tinggal lagi di negeri ini dengan syarat dilarang dengan jalan kaki, merangkak, berlari, melompat, menaiki keledai atau hewan tunggangan lainnya"

Maka, Abu Nawas pergi meninggalkan rumahnya. Ia melangkah meninggalkan istrinya dengan membawa bekal secukupnya. Sang istri hanya bisa mengiringi kepergian Abu Nawas dengan tangis air mata yang berderai. Tanpa terasa, sudah 2 hari perjalanan Abu Nawas dengan menaiki keledainya. Bekal yang ia bawa pun telah menipis. Sebenarnya, Abu Nawas tidak terlalu sedih atas pengusiran terhadap dirinya. Bahkan, ia tidak meresapinya sama sekali. Justru yang ia rasakan yaitu sebaliknya. Abu Nawas semakin bertambah yakin bahwa Alloh, Sang Maha Perkasa akan melepaskannya dari kesulitan yang sekarang membelenggu dirinya. Bukankah Alloh merupakan sebaik-baik teman? Hal ini sangat dirasakannya, terutama di ketika menyerupai ini.

Sudah beberapa hari ini, Abu Nawas tinggal di negeri orang. Ia tidak bisa mengelak dari rasa rindu yang mendalam kepada kampung halamannya. Rasa rindu yang menyayat hati, menderu-deru laksana dinginnya Jamharir yang sulit untuk dibendung. Jalan keluar harus ia dapatkan dengan jalan berfikir. Namun, dengan cara apa ia harus lepas dari persoalan ini? Berbagai tanya ia lontarkan dalam hati. "Sebaiknya saya minta tolong kepada seseorang untuk menggendongku hingga tiba di kampung halaman. Namun, apakah ada yang sanggup dan sudi menolongku dengan cara itu? Hmm, bagaimana pun saya harus bisa menolong diriku tanpa pemberian dari orang lain"

Sekarang yaitu hari ke sembilan belas. Di pagi ini, Abu Nawas telah menemukan sebuah cara untuk kembali ke kampung halaman tanpa melanggar larangan baginda raja. Setelah ia siap dengan rencananya itu, ia pun berangkat untuk melaksanakan perjalanan ke negerinya.

Rindu bercampur bahagia, senang dan haru berbaur jadi satu. Kerinduan yang melecut-lecut kalbu, semakin deras menerpa hati Abu Nawas. Semakin mendekati negerinya, rasa itu makin menjadi-jadi. Mengetahui kedatangan Abu Nawas, seluruh penduduk negeri merasa sangat gembira. Kabar mengenai pulangnya Abu Nawas eksklusif menyebar ke segala penjuru tak ubah semerbak bunga yang harum menusuk hidung. Kabar ini hingga ke indera pendengaran baginda pada akhirnya. Sang raja juga merasa gembira, namun berbeda alasan dengan rakyat.

Rakyat sangat menyayangi Abu Nawas, oleh karenanya mereka bangga dengan kedatangannya. Sedangkan raja gembira, alasannya kesampaian juga menghukum Abu Nawas. Kali ini Abu Nawas tidak sanggup mengelak dari hukuman. Namun apa yang terjadi? Baginda sangat kecewa dan terpukul karena menyaksikan cara Abu Nawas pulang ke negerinya. Baginda tidak menyangka kalau ternyata Abu Nawas tiba dengan bergelayutan di bawah perut keledai. Jadi, Abu Nawas sama sekali tidak melanggar larangannya dan lepas dari sangsi berupa hukuman. Abu Nawas tidak mengendarai keledainya, namun menggelantungkan dirinya.



Previous
Next Post »

Post a Comment