Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Saturday, November 17, 2018

Abu Nawas Hamil Dan Hendak Melahirkan

Scud Story ialah Portal Edukasi yang memuat artikel perihal Hikayat Abu Nawas Hamil dan Hendak Melahirkan, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Sultan Harun Al-Rasyid masygul berat, konon, penyebabnya sudah tujuh bulan Abu Nawas tidak menghadap ke Istana. Akibatnya, suasana Balairung jadi lengang, sunyi senyap. Sejak dihentikan tiba ke Istana, Abu Nawas memang benar-benar tidak pernah muncul di Istana. “Mungkin Abu Nawas murka kepadaku,” pikir Sultan, maka diutuslah seorang punggawa ke rumah Abu Nawas. “Tolong sampaikan kepada Sultan, saya sakit hendak bersalin,” jawab Abu Nawas kepada punggawa yang tiba ke rumah Abu Nawas memberikan pesan Sultan. “Aku sedang menunggu dukun beranak untuk mengelurkan bayiku ini,” kata Abu Nawas lagi sambil mengelus-elus perutnya yang buncit.

“Ajaib benar,” kata Baginda dalam hati, sesudah mendengar laporan punggawa setianya. “Baru hari ini saya mendengar kabar seorang lelaki dapat hamil dan kini hendak bersalin. Dulu mana ada lelaki melahirkan. Aneh, maka timbul harapan Sultan untuk menengok Abu Nawas. Maka berangkatlah beliau diiringi sejumlah mentri dan para punggawa ke rumah Abu Nawas.

Begitu melihat Sultan datang, Abu Nawas pun berlari-lari menyamabut danm menyembah kakinya, seraya berkata, “Ya tuanku Syah Alam, berkenan juga rupanya tuanku tiba ke rumah hamba yang hina dina ini.” Sultan dipersilahkan duduk di daerah yang paling terhormat, sementara Abu Nawas duduk bersila di bawahnya. “Ya tuanku Syah Alam, apakah kehendak duli Syah Alam tiba ke rumah hamba ini? Rasanya bertahta selama bertahun-tahun gres kali ini tuanku tiba ke rumah hamba,” tanya Abu Nawas.

“Aku kemari lantaran ingin tahu keadaanmu,” jawab Sultan, “Engkau dikabarkan sakit hendak melahirkan dan sedang menunggu dukun beranak, semenjak zaman nenek moyangku hingga sekarang, saya belum pernah mendengar ada seorang lelaki mengandung dan melahirkan, itu sebabnya saya tiba kemari.”

Abu Nawas tidak menjawab, ia hanya tersenyum. “Coba jelaskan perkatanmu. Siapa lelaki yang hamil dan siapa dukun beranaknya,” tanya Sultan lagi. Maka dengan bahagia hati berceritalah Abu Nawas. “Knon, ada seorang raja mengusir seorang pembesar istana. Tetapi sesudah lima bulan berlalu, tanpa alasan yang jelas, sang Raja memanggil kembali pembear tersebut ke Istana, ini menyerupai korelasi pria dan wanita yang kemudian hamil tanpa menikah. Tentu saja itu melanggar sopan santun dan agama, menggegerkan seluruh negeri.

Lagi pula apabila seorang mengeluarkan titah, tidak boleh mencabut perintahnya lagi, bila itu dilakukan, menyerupai menjilat air ludah sendiri, itulah gejala pengecut. Oleh akrena itu harus berpikir masak-masak sebelum bertindak. Itulah tamsil seorang lelaki yang hendak bersalin, adapun dukun beranak yang ditumggu, ialah baginda kemari,” baginda kemari kata Abu Nawas, adapun beranak yang dinantikan kedatangan Baginda kemari, “kata Abu Nawas.” Dengan kedatangan baginda kemari, berarti hamba sudah melahirkan, yang dimaksud dengan bersalin ialah hilangnya rasa sakit atau takut hamba kepada Baginda.”

“Bukan begitu, kata Sultan. “Ketika saya melarang kau tiba lagi ke istana, itu tidak sungguh-sungguh, melainkan hanya bergurau. Besok datanglah engkau ke istana, saya ingin bicara denganmu. Memang di sana banyak mentri, tetapi tidak mirip kamu. lagipula selama engkau tidak hadir di istana, selama itu pula hilanglah cahaya Balairungku”. “Segala titah baginda, patik junjung tinggi tuanku,” sembah Abu Nawas dengan takdzim. Tetapi Sutan cuma geleng-geleng kepala. Dan tidak seberapa usang kemudian Sultan pun kembali ke Istana dengan perasaan heran bercampur geli….

Air Susu yang Pemalu
Suatu hari Sultan Harun Al-Rasyid berjalan-jalan di pasar. Tiba-tiba ia memergoki Abu Nawas tengah memegang botol berisi anggur. Sultan pun menegur san Penyair, “Wahai Abu Nawas, apa yang tengah kau pegang itu?” Dengan gugup Abu Nawas menjawab, “Ini susu Baginda.” “Bagaimana mungkin air susu ini berwarna merah, biasanya susu kan berwarna putih bersih,” kata Sultan keheranan sambil mengambil botol yang di pegang Abu Nawas. “Betul Baginda, semula air susu ini berwarna putih bersih, ketika melihat Baginda yang gagah rupawan, ia tersipu-sipu malu, dan merona merah.” Mendengar tanggapan Abu Nawas, baginda pun tertawa dan meninggalkannya sambil geleng-geleng kepala.



Previous
Next Post »

Post a Comment