Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Saturday, November 17, 2018

Abu Nawas Mengajar Lembu Mengaji Al-Qur’An

Scud Story ialah Portal Edukasi yang memuat artikel wacana Hikayat Abu Nawas Mengajar Lembu Mengaji Al-Qur’an, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

“Panggil Abu Nawas kemari hari ini juga,“ titah Sultan Harun Al-Rasyid kepada seorang hambanya. “Tuan Abu Nawas …” kata si hamba raja sesampai di rumah Abu Nawas, “Tuan Hamba dipersilahkan Baginda tiba ke istana hari ini juga.”

Hanya berjarak setengah jam sesudah hamba sahaya tadi hingga di istana, Abu Nawas pun tiba di sana. “Hai Abu Nawas …” kata Sultan, “Tahukah kau mengapa kau saya panggil kemari? Aku minta tolong kepadamu untuk mengajari lembuku supaya bisa mengaji Al-Qur’an. Jika lembu itu tidak sanggup mengaji, pasti saya akan menyuruh mereka membunuh kamu.” “Baiklah Tuanku Syah Alam,” jawab Abu Nawas, “Titah tuanku patik junjung di atas kepala patik.” Kemudian Abu Nawas di suruh pulang dengan menghela seekor lembu. Sesampai dirumah lembu itu diikat erat-erat pada sebatang pohon kurma.

Esok harinya Abu Nawas mulai memukul lembu itu dengan sebuah cambuk rotan hingga setengah mati. Ketika hewan itu hampir mengamuk, Abu Nawas mengucapkan kata “atau”, “atau”, “atau”. Perkataan itulah yang diajarkan Abu Nawas kepada lembu itu sambil tetap mengayunkan cambukannya tanpa henti. Pekerjaan itu ia lakukan setiap hari pagi hingga tengah hari dan dari dhuhur hingga maghrib selama beberapa hari sehingga tidak terpikirkan untuk menghadap ke istana.

Setengah bulan lalu baginda menyuruh seorang hamba melihat ke rumah Abu Nawas, apakah ia bisa mengajari lembu itu mengaji atau tidak. Apa yang disaksikan oleh hamba sahaya tadi di rumah Abu Nawas, tiada lain cambukan yang dilancarkan oleh Abu Nawas ke tubuh lembu itu sambil berkata ”atau, “atau, “atau” hingga hewan itu kesakitan setengah mati. Maka dilaporkanlah hal itu kepada Baginda Sultan. “Mohon ampun baginda,” kata hamba sahaya itu sesampai di Istana, “Patik lihat Abu Nawas sedang mengajar lembu itu di belakang rumah dengan sebuah cambuk rotan yang besar. Jika tali pengikatnya tidak berpengaruh pastilah lembu itu lepas dan mengamuk, yang diajarkan tidak lain hanyalah tiga patah kata , yaitu “atau”, “atau”, “atau”.

Baginda terheran-heran mendengar laporan itu, sesudah berpikir sejenak baginda bertitah, “Panggil kemari Abu Nawas kini juga, saya mau tahu apakah lembu itu sudah bisa mengaji atau belum.” Tidak usang lalu Abu Nawas pun hingga di Istana, ia pun tiba menyembah. “Hai Abu Nawas, sudahkah engkau mengajari lembuku itu dan apakah lembu itu sudah bisa mengaji Al-Qur’an?” tanya Baginda Sultan. Sudah bisa sedikit-sedikit, Ya Tuanku Syah Alam,” jawab Abu Nawas. “Tadi saya suruh seorang hamba melihat ke rumahmu, katanya engkau mengajari lembu itu kalimat “atau”, “atau”, “atau”. Aku mau tahu apa artinya perkataan itu?” “Ampun ke Duli Syah Alam,” kata Abu Nawas. Arti “atau”, “atau”, “atau” itu ialah kalau bukan lembu yang mati, atau hamba, atau tuanku, atau tidak ada salah seorang yang mati, hamba tidak akan puas. Sebab hingga habis umurnya sekalipun, hewan itu tidak akan bisa mengaji Al-Qur’an. Itu sebabnya hewan itu hamba cambuk supaya mati. Dengan demikian hamba bahagia lantaran pekerjaan hamba sanggup selesai. Atau hamba yang mati, atau Paduka yang mati, atau salah satu, barulah habis perkara lembu itu.”

Baginda terperanjat di kawasan duduknya, tidak sanggup berkata sepatah katapun. Setelah tercenung sejenak, baginda berkata. “Kalau begitu lembu itu boleh kau ambil, atau kau jual, atau kau buat sate.” “Terima kasih banyak-banyak, ya Tuanku Baginda Syah Alam,” kata Abu Nawas sambil menyembah hingga kepalanya menyentuh tanah. Ia pun mohon diri pulang ke rumah dengan langkah ringan dan hati senang.



Previous
Next Post »

Post a Comment