Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Abu Nawas Menjadi Tabib

Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel perihal Hikayat Abu Naw Abu Nawas Menjadi Tabib
Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel perihal Hikayat Abu Nawas Menjadi Tabib, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Kisah yang satu ini menyerupai dengan apa yang pernah dilakukan oleh ibnu shina(avicenna), seorang filosof terkenal. Adapun kisahnya yaitu sebagai berikut. Secara tak terduga, putera mahkota daulat bani Abbasiyah menderita sakit. Sudah banyak tabib(sekarang dokter) yang didatangkan untuk menyidik dan mengobatinya. Akhirnya, khalifah Harun Al-Rasyid mengadakan sayembara yang boleh diikuti oleh semua lapisan masyarakat, termasuk dari negeri tetangga. Sayembara yang menyediakan hadiah menggiurkan itu, dalam waktu beberapa hari saja bisa menyerap ratusan peserta. Nanun tidak ada satupun dari mereka yang berhasil mengobati penyakit yang diderita oleh putera mahkota. Abu Nawas,sebagai sahabat bersahabat khalifah Harun Al-Rasyid mengatakan jasa baik untuk mengobati / menyembuhkan putera mahkota. Khalifah Harun Al-Rasyid mendapatkan undangan itu, namun dengan harap-harap cemas. Abu Nawas pun juga menyadari kalau dirinya bukan tabib, alasannya itu ia tak membawa peralatan apa-apa.

Para tabib yang ada di istana tercengang melihat Abu Nawas tiba tanpa membawa peralatan yang biasa dibawa oleh seorang tabib. Mereka pun berfikir dan mencurigai kemampuan Abu Nawas dalam mengobati. “mungkin orang menyerupai Abu Nawas yang bukan tabib bisa mengobati, sedangkan para tabib populer yang membawa peralatan serba lengkap saja tidak bisa mengobatimbahkan menfeteksi penyakitnya pun tidak terlacak?” tanya salah satu tabib yang semenjak tadi memperhatikan tingkah laris bubuk nawas. Abu nawas yang merasa menjadi sentra perhatian, tidak begitu memperdulikannya. Khalifah harun al-rasyid mempersilahkan bubuk nawas masuk bilik putera mahkota yang sedang berbaring sakit. Ia menghampiri pangeran dan duduk disampingnya.

Cukup usang bubuk nawas dan putera mahkota saling berpandangan dan memperhatikan. Mereka menyerupai orang tidak kenal saja. Tidak ada kata-kata yang yang keluar dari manusia yang sling berpansangan karena keheranan. Kemudian bubuk nawas keluar dari bilik itu menuju bersahabat tempat duduk khalifah. “saya membutuhkan seorang bau tanah yang di masa mudanya sering berkelana ke banyak sekali pelosok negeri,” kata bubuk nawas dengan muka serius.

Orang yang diinginkan bubuk nawas pun kesannya didatangkan. Orang itu sudah malang melintang sebagai seorang pengelana. Abu nawas sesaat memandangi lelaki itu seprti seorang pilisi yang mengintrogasi penjahat. Kemudian bubuk nawas mengajak orang itu masuk ke bilik sang putera mahkota. “tolong sebutkan satu persatu nama-nama desa si tempat selatan!” pinta bubuk nawas. Ketika orang bau tanah itu menyebutkan nama-nama desa di pecahan selatan,abu nawas menempelkan telinganya ke dada sang putera mahkota. Lalu bubuk nawas memerintahkan lelaki itu semoga menyebutkan nama-nama desa di pecahan utara, barat, dan timur.

Setelah semua pecahan negeri disebutkan, bubuk nawas memohon izin untuk mengunjungi sebuah desa di sebelah utara. Khlaifah harun al-rasyid merasa heran dengan tingksah laris bubuk nawas yang tidak biasa diperagakan oleh seorang tabib, abnormal dan mengherankan. “engkau juundang kesini bukan untuk bertamasya, tapi untuk menyembuhkan penyakit putraku!” kata khalifah. “hamba tidak bermaksud berlibur paduka,” jawab abau nawas. “tetapi saya tidak mengerti maksudmu.” “maafkan hamba paduka, kurang bijaksana rasanya bila hamba menjelakan sekarang.” Khalifah kesannya mengiinkan bubuk nawas/ bubuk nawas pergi selama dua hari san sekembalinya dari desa itu ia pribadi menemui putera mahkota dan memsikkan sesuatu kemudian menempelkan teliganya ke dada sang putera mahkota. Setelah itu bubuk nawas mengangguk-angguk. “oh ...dugaanku tidak salah!” Abu nawas keliar dari bilik putera mahkota dengan wajah yang berseri-seri penuh keyakinan menemui khalifah. “apakah yang mulia masih menginginkan putera mahkota hidup?” “apa maksudmu bubuk nawas! Jangan gila kamu!” “sabar paduka. Jangan marah! Sebab putera mahkota terjangkit penyakit T.B.C.” “penyakit apa itu?” “tekanan batin cinta, paduka!” “kamu jangan main-main, bubuk nawas!” “maaf paduka! Putera mahkota sedang jatuh cinta pada seorang gadis desa di sebelah utara negeri ini.” “bagaimana kau bisa tahu?” “ketika salah satu nama desa di pecahan utara disebutkan, tiba-tiba degub jantungnya bertambah cepat.sedangkan sangputera mahkota tidak berani mengutarakannya.” “lalu apa yang harus saya lakukan?” “mengawinkannya sang pangeran dengan gadis itu!” “kalau tidak dikawinkan?” “cinta itu buta. Bila tidak berusaha mengobati kebutaanya, maka ia bisa mati.”

Khalifah harun al-rasyid terlihat berpikir keras. Wajahnya menunduk ke lantai istana. Dalam batinnya terjadi pertarungan hebat, antara percaya dan tidak terhadap perkataan bubuk nawas. Khalifah tahu bahwa bubuk nawas bukanlah seorang tabib, namun ucapannya masuk akal. “ah,barangkali saran bubuk nawas ada benarnya,” kata khalifah dengan bunyi lirih. Abu nawas yang mengamati wajah khalifah yang sedang serius, tidak berani angkat bicara. Suasana menjadi sunyi. Para tabib istana asyik berpikir sendiri-sendiri, entah apa yang mereka pikirkan. Saat wajah khalifah bangkit, tiba-tiba bubuk nawas angkat bicara, memecah keheningan istana. “bagaimana paduka? Bila tidak, putera mahkota bisa mati.” Rupa-rupanya saran bubuk nawas tidak bisa ditawar lagi. Begitu disetujui,sang pangeran berangsur-angsur pulih . sebagai tanda terima kasih, bubuk nawas diberi hadiah cincin permata yang sangat indah.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu mencakup Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Previous
Next Post »

Post a Comment