Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Asal Mula Nama Kota Dumai - Putri Tujuh

Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel wacana Cerita Kisah Pu Asal Mula Nama Kota Dumai - Putri Tujuh
Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel wacana Cerita Kisah Putri Tujuh, Asal Mula Nama Kota Dumai, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Dahulu kala, Dumai hanyalah sebuah dusun nelayan yang sepi, berada di pesisir Timur Propinsi Riau, Indonesia. Kini, Dumai yang kaya dengan minyak bumi itu, berubah menjadi menjadi kota pelabuhan minyak yang sangat ramai semenjak tahun 1999. Kapal-kapal tangki minyak raksasa setiap hari singgah dan merapat di pelabuhan ini. Kilang-kilang minyak yang tumbuh menjamur di sekitar pelabuhan menyebabkan Kota Dumai pada malam hari gemerlapan kolam permata berkilauan. Kekayaan Kota Dumai yang lain yaitu keanekaragaman tradisi. Ada dua tradisi yang semenjak usang berkembang di kalangan masyarakat kota Dumai yaitu tradisi goresan pena dan lisan. Salah satu tradisi verbal yang sangat terkenal di kawasan ini yaitu cerita-cerita rakyat yang dituturkan secara turun-temurun. Sampai ketika ini, Kota Dumai masih menyimpan sejumlah dongeng rakyat yang digemari dan mempunyai fungsi moral yang amat penting bagi kehidupan masyarakat, contohnya sebagai alat pendidikan, pengajaran moral, hiburan, dan sebagainya. Salah satu dongeng rakyat yang masih berkembang di Dumai yaitu Legenda Putri Tujuh. Cerita legenda ini mengisahkan wacana asal-mula nama Kota Dumai.

Konon, pada zaman dahulu kala, di kawasan Dumai bangun sebuah kerajaan berjulukan Seri Bunga Tanjung. Kerajaan ini diperintah oleh seorang Ratu yang berjulukan Cik Sima. Ratu ini mempunyai tujuh orang putri yang elok nan rupawan, yang dikenal dengan Putri Tujuh. Dari ketujuh putri tersebut, putri bungsulah yang paling cantik, namanya Kanya Sari. Putri Kanya Sari mempunyai keindahan tubuh yang sangat mempesona, kulitnya lembut bagai sutra, wajahnya elok berseri bagaikan bulan purnama, bibirnya merah bagai delima, alisnya bagai semut beriring, rambutnya yang panjang dan ikal terurai bagai mayang. Karena itu, sang Putri juga dikenal dengan sebutan Kanya Mengurai.

Pada suatu hari, ketujuh putri itu sedang mandi di lubuk Sarang Umai. Karena asyik berendam dan bersendau gurau, ketujuh putri itu tidak menyadari ada beberapa pasang mata yang sedang mengamati mereka, yang ternyata yaitu Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya yang kebetulan lewat di kawasan itu. Mereka mengamati ketujuh putri tersebut dari balik semak-semak. Secara diam-diam, sang Pangeran terpesona melihat kecantikan salah satu putri yang tak lain yaitu Putri Kanya Sari. Tanpa disadari, Pangeran Empang Kuala bergumam lirih, “Gadis bagus di lubuk Umai....cantik di Umai. Ya, ya.....d‘umai...d‘umai....” Kata-kata itu terus terucap dalam hati Pangeran Empang Kuala. Rupanya, sang Pangeran jatuh cinta kepada sang Putri. Karena itu, sang Pangeran berniat untuk meminangnya.

Beberapa hari kemudian, sang Pangeran mengirim utusan untuk meminang putri itu yang diketahuinya berjulukan Kanya Mengurai. Utusan tersebut mengantarkan tepak sirih sebagai pinangan sopan santun kebesaran raja kepada Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Pinangan itu pun disambut oleh Ratu Cik Sima dengan kemuliaan sopan santun yang berlaku di Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Sebagai tanggapan pinangan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima pun menjunjung tinggi sopan santun kerajaan yaitu mengisi pinang dan gambir pada combol paling besar di antara tujuh buah combol yang ada di dalam tepak itu. Enam buah combol lainnya sengaja tak diisinya, sehingga tetap kosong. Adat ini melambangkan bahwa putri tertualah yang berhak mendapatkan pinangan terlebih dahulu.

Mengetahui pinangan Pangerannya ditolak, utusan tersebut kembali menghadap kepada sang Pangeran. “Ampun Baginda Raja! Hamba tak ada maksud mengecewakan Tuan. Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung belum bersedia mendapatkan pinangan Tuan untuk memperistrikan Putri Kanya Mengurai.” Mendengar laporan itu, sang Raja pun naik pitam alasannya yaitu rasa aib yang amat sangat. Sang Pangeran tak lagi peduli dengan sopan santun yang berlaku di negeri Seri Bunga Tanjung. Amarah yang menguasai hatinya tak sanggup dikendalikan lagi. Sang Pangeran pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Maka, pertempuran antara kedua kerajaan di pinggiran Selat Malaka itu tak sanggup dielakkan lagi.

Di tengah berkecamuknya perang tersebut, Ratu Cik Sima segera melarikan ketujuh putrinya ke dalam hutan dan menyembunyikan mereka di dalam sebuah lubang yang beratapkan tanah dan terlindung oleh pepohonan. Tak lupa pula sang Ratu membekali ketujuh putrinya masakan yang cukup untuk tiga bulan. Setelah itu, sang Ratu kembali ke kerajaan untuk mengadakan perlawanan terhadap pasukan Pangeran Empang Kuala. Sudah 3 bulan berlalu, namun pertempuran antara kedua kerajaan itu tak kunjung usai. Setelah memasuki bulan keempat, pasukan Ratu Cik Sima semakin terdesak dan tak berdaya. Akhirnya, Negeri Seri Bunga Tanjung dihancurkan, rakyatnya banyak yang tewas. Melihat negerinya hancur dan tak berdaya, Ratu Cik Sima segera meminta pemberian jin yang sedang bertapa di bukit Hulu Sungai Umai.

Pada suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala sedang beristirahat di hilir Umai. Mereka berlindung di bawah pohon-pohon bakau. Namun, menjelang malam terjadi insiden yang sangat mengerikan. Secara tiba-tiba mereka tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh dan menusuk ke tubuh para pasukan Pangeran Empang Kuala. Tak hingga separuh malam, pasukan Pangeran Empang Kaula sanggup dilumpuhkan. Pada ketika pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik Sima menghadap Pangeran Empang Kuala.

Melihat kedatangan utusan tersebut, sang Pangeran yang masih terduduk lemas menahan sakit eksklusif bertanya, “Hai orang Seri Bunga Tanjung, apa maksud kedatanganmu ini?”. Sang Utusan menjawab, “Hamba tiba untuk memberikan pesan Ratu Cik Sima semoga Pangeran berkenan menghentikan peperangan ini. Perbuatan kita ini telah merusakkan bumi sakti rantau bertuah dan menodai pesisir Seri Bunga Tanjung. Siapa yang tiba dengan niat buruk, malapetaka akan menimpa, sebaliknya siapa yang tiba dengan niat baik ke negeri Seri Bunga Tanjung, akan sejahteralah hidupnya,” kata utusan Ratu Cik Sima menjelaskan. Mendengar klarifikasi utusan Ratu Cik Sima, sadarlah Pangeran Empang Kuala, bahwa dirinyalah yang memulai peperangan tersebut. Pangeran eksklusif memerintahkan pasukannya semoga segera pulang ke Negeri Empang Kuala.

Keesokan harinya, Ratu Cik Sima bergegas mendatangi tempat persembunyian ketujuh putrinya di dalam hutan. Alangkah terkejutnya Ratu Cik Sima, alasannya yaitu ketujuh putrinya sudah dalam keadaan tak bernyawa. Mereka mati alasannya yaitu haus dan lapar. Ternyata Ratu Cik Sima lupa, kalau bekal yang disediakan hanya cukup untuk tiga bulan. Sedangkan perang antara Ratu Cik Sima dengan Pangeran Empang Kuala berlangsung hingga empat bulan.

Akhirnya, alasannya yaitu tak besar lengan berkuasa menahan kesedihan atas simpulan hidup ketujuh putrinya, maka Ratu Cik Sima pun jatuh sakit dan tak usang kemudian meninggal dunia. Sampai kini, pengorbanan Putri Tujuh itu tetap dikenang dalam sebuah lirik:
  • Umbut mari mayang diumbut
  • Mari diumbut di rumpun buluh
  • Jemput mari dayang dijemput
  • Mari dijemput turun bertujuh
  • Ketujuhnya berkain serong
  • Ketujuhnya bersubang gading
  • Ketujuhnya bersanggul sendeng
  • Ketujuhnya menggunakan pending
Sejak insiden itu, masyarakat Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil dari kata “d‘umai” yang selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala ketika melihat kecantikan Putri Kanya Sari atau Kanya Mengurai. Di Dumai juga sanggup dijumpai situs bersejarah berupa pesanggarahan Putri Tujuh yang terletak di dalam komplek kilang minyak PT Pertamina Dumai. Selain itu, ada beberapa nama tempat di kota Dumai yang diabadikan untuk mengenang insiden itu, di antaranya: kilang minyak milik Pertamina Dumai diberi nama Putri Tujuh; bukit hulu Sungai Umai tempat pertapaan Jin diberi nama Bukit Jin. Kemudian lirik Tujuh Putri hingga kini dijadikan nyanyian pengiring Tari Pulai dan Asyik Kanya bagi para tabib ketika mengobati orang sakit.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu mencakup Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Previous
Next Post »

Post a Comment