Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Asal Seruan Padi - Dewi Sri

Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal Cerita Kisah As Asal Usul Padi - Dewi Sri
Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal Cerita Kisah Asal Usul Padi - Dewi Sri, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Konon kabarnya, dahulu kala bertahtalah Batara Guru di Kayangan. Batara Guru memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada suatu hari Batara Guru mengumpulkan tuhan di seluruh Kayangan. Setelah dewa-dewa itu berkumpul, maka berkatalah Batara Guru, “Wahai, para Dewa. Hari ini kita akan membangun sebuah istana gres lagi. Bersediakah kalian membantuku?” “Tentu bersedia”, jawab dewa-dewa itu.

Keesokan harinya pada tuhan sibuk mengangkat materi bangunan istana itu. Ada yang memikul batu, ada pula yang menggotong kayu. Bahkan beberapa tuhan menjaga keamanan bahan-bahan bangunan itu. Di tengah-tengah kesibukan itu, tampaklah Dewa Anta duduk termenung. Ia bersedih hati dan meneteskan air mata.

Tiba-tiba datanglah Batara Narada menghampiri Dewa Anta. Kata Batara Narada. “Aduhai Dewa Anta, mengapa anda bersedih saja? Adakah sesuatu yang menggangu anda? Katakanlah, Dewa Anta, Katakanlah!” “Oh, Batara Narada! Sesungguhnya hamba merasa bersedih, alasannya hamba tidak sanggup membantu Batara Guru membangun istana gres itu. Kedua tangan hamba buntung, sedangkan kedua kaki hamba lumpuh. Apakah yang akan hamba kerjakan?”

Mendengar jawaban Dewa Anta itu, Batara narada merangkulnya, seraya berkata, “Hapuslah air matamu, Dewa Anta!, marilah kita menghadap Batara Guru.” Tiba-tiba butir-butir air mata Dewa Anta itu menjelma tiga butir telur. Dewa Anta memandangi telur itu. “Nah, Dewa Anta, bawalah ketiga butir telur itu e hadapan Batara Guru!” perintah Batara Narada. “Baiklah, Batara Narada,” ujar Dewa Anta lagi.

Ketiga butir telur itu dikulum dalam ekspresi Dewa Anta. Kemudian merekapun berangkat menuju Batara Guru di Istana kayangan. Dewa Anta didukung Batara Narada Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seekor burung garuda. Sambil mengepakkan sayapnya burung garuda itu mendekati Dewa Anta, dan berkata, “Hai Dewa Anta! Sudah usang benar kita tak berjumpa. Mau pergi kemana anda sekarang?”

Dewa Anta membisu saja, alasannya mulutnya penuh dengan tiga butir telur tadi. Berkali-kali burung garuda itu bertanya, namun Dewa Anta tetap tidak menjawab. Hilanglah kesabaran burung garuda itu, kemudian membentak, “Hai Dewa Anta! Rasakanlah balasanku!” Sambil berteriak, burung garuda itu melukai ekspresi Dewa Anta. Akhirnya keluarlah dua butir telur dari ekspresi Dewa Anta dan jatuh ke bumi. “O, Batara Narada! Tolonglah hamba dari siksaan burung ini! Tak tahan rasanya hamba menderita menyerupai ini! Keluh Dewa Anta kesakitan. Batara Narada tidak sanggup berbuat apa-apa, kecuali memegang erat badan Dewa Anta “Hai, Dewa Anta! Benda apakah yang keluar dari mulutmu itu?” tanya burung garuda keheranan “Dua butir telur yang akan kami persembahkan kepada Batara Guru,” jawab Batara Narada. Dewa Anta masih termangu saja, alasannya masih ada sebutir telur lagi dalam mulutnya “Ha.... ha.....” burung garuda tertawa. “Rupanya kau hanya berakal bertelur saja, tetapi tidak berakal menetaskannya. Sekarang puaslah hatiku, alasannya final hidup anak-anakku olehmu dahulu, telah terbayar!” ujar burung garuda lagi, kemudian terbang meninggalkan mereka

Kedua butir telur itu jatuh berguling-guling. Setibanya di atas tanah kemudian pecah dan menjelma babi hutan dan tikus sawah Batara Narada dan Dewa Anta meneruskan perjalanan lagi. Sesampainya di Istana kayangan, bersujudlah Dewa Anta, “Ampun Batara Guru!” sembah Dewa Anta. “Hamba hanya sanggup mempersembahkan satu butir telur ini” Batara Guru guru membalas, “Wahai, Dewa Anta, demi kebahagianmu peliharalah kembali telur itu, hingga menetas nanti!” Dewa Anta membawa kembali telur yang sebutir itu. Dari hari ke hari telur itu dipelihara oleh Dewa Anta Pada suatu hari telur itupun menetaslah. Di dalam telur itu terbaring seorang putri. Putri itu di beri nama Dewi Sri. Maka Batara Guru pun mengutus Batara narada menjemput Dewi Sri

Dewa di kayangan tahu pula, bahwa Dewi Sri telah lahir. Ketika Batara Narada hingga dikediaman Dewa Anta, berkatalah ia, “Dewa Anta, kini telur itu sudah menetas. Atas perintah Batara Guru, Dewi Sri akan kubawa menghadap Batara Guru Dewa Anta dan Dewi Sri sedih sekali, alasannya mereka harus berpisah. Kemudian Dewi Sri bersujud, “Ampunilah hamba, Dewa Anta. Bukan hamba menolah perintah Batara Guru, hanya kalau diizinkan hamba ingin berbakti dulu disini.” Sudahlah, Dewi Sri. Sekarang juga anda harus berangkat bersama Batara Guru!”

Batara Guru sangat sayang kepada Dewi Sri. Dewi-dewi yang lain sangat iri kepada Dewi Sri. Oleh lantaran itulah pada suatu hari Dewi Sri diracun oleh mereka, kemudian di buang ke bumi. Dewi Sri menghembuskan napasnya yang penghabisan. Sementara itu penduduk bumi berkerumun di akrab mayit Dewi sri. Mereka mengubur mayit tersebut.

Lama kelamaan tumbuhlah tanaman padi diatas kuburan Dewi sri. Melihat insiden itu, berkatalah Batara Guru, “Wahai seluruh penduduk bumi! Lihatlah tanaman padi itu! Peliharalah baik-baik semoga supaya tumbuh subur! Disamping itu jagalah serangan babi hutan dan tikus sawah!” Sejak itulah penduduk bumi menanam dan memelihara tanaman yang dinamakan padi untuk masakan sehari-hari.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu mencakup Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Previous
Next Post »

Post a Comment