Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Asal-Usul Telaga Warna

Scud Story yakni Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal dongeng Telaga W Asal-Usul Telaga Warna
Scud Story yakni Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal dongeng Telaga Warna Legenda Rakyat Jawa Barat, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Jaman dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat berjulukan Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera sebab dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan berjulukan Prabu Suwartalaya dan permaisurinya berjulukan Ratu Purbamanah. Sayang Prabu dan Ratu belum dikaruniai keturunan sehingga mereka selalu merasa kesepian. Rakyat pun sangat mengkhawatirkan keadaan ini, sebab siapa yang akan menggantikan Prabu dan Ratu kelak?

Akhirnya Raja tetapkan untuk bersemedi. Dia pergi ke gunung dan menemukan sebuah gua. Disanalah beliau bersemedi, berdoa kepada Tuhan semoga dikaruniai keturunan. Setelah berhari-hari Prabu Suwartalaya berdoa, suatu hari tiba-tiba terdengar bunyi gaib. “Benarkah kamu menginginkan keturunan Prabu Suwartalaya?” kata bunyi mistik tersebut. “Ya! Saya ingin sekali mempunyai anak!” jawab Prabu Suwartalaya. “Baiklah! Doamu akan terkabul. Sekarang pulanglah!” kata bunyi gaib.

Maka Prabu Suwartalaya pun pulang dengan gembira. Benar saja beberapa ahad kemudian, Ratu pun mengandung. Semua bersuka cita. Terlebih lagi ketika sembilan bulan kemudian Ratu melahirkan seorang putri yang cantik. Dia diberi nama Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya mengadakan pesta yang meriah untuk merayakan kelahiran putri mereka. Putri Gilang Rukmini pun menjadi putri kesayangan rakyat Kutatanggeuhan.

Beberapa tahun telah berlalu, putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang elok jelita. Sayang putri Gilang Rukmini sangat manja dan berperangai tidak baik, mungkin sebab Prabu dan Ratu sangat memanjakannya. Maklumlah anak semata wayang. Apapun yang diminta oleh putri niscaya segera dituruti. Jika tidak putri akan sangat murka dan bertindak kasar. Namun rakyat tetap mencintainya. Mereka berharap suatu hari perangai putri akan berubah dengan sendirinya.

Seminggu lagi putri Gilang Rukmini akan berusia tujuh belas tahun. Prabu Suwartalaya akan mengadakan pesta syukuran di istana. Semua rakyat boleh tiba dan memperlihatkan doa untuk putri Gilang Rukmini. Rakyat berkumpul dan merencanakan hadiah istimewa untuk putri kesayangan mereka. Akhirnya disepakati bahwa mereka akan menghadiahkan sebuah kalung yang sangat indah. Kalung itu terbuat dari emas terbaik dan ditaburi batu-batu permata yang beraneka warna. Maka rakyat dengan sukarela menyisihkan uang mereka dan mengumpulkannya untuk biaya pembuatan hadiah tersebut. Mereka memanggil arif emas terbaik di kerajaan untuk membuatnya.

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Rakyat berduyun-duyun tiba ke halaman istana tempat pesta ulang tahun putri Gilang Rukmini diadakan. Di depan istana sudah bangkit sebuah panggung yang megah. Rakyat bersorak-sorai ketika Prabu dan Ratu menaiki panggung. Apalagi ketika balasannya putri Gilang Rukmini keluar dari istana dan melambaikan tangannya. Rakyat sangat besar hati melihat putri yang elok jelita. Pesta pun berlangsung dengan meriah.

Kini tiba saatnya rakyat mempersembahkan hadiah istimewa mereka. Mereka memperlihatkan kotak berisi hadiah itu kepada putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya membuka kotak tersebut dan mengeluarkan kalung beraneka warna yang sangat indah dan memberikannya kepada putri Gilang Rukmini. putri Gilang Rukmini memandang kalung itu dengan kening berkerut. Prabu Suwartalaya memandang putrinya, “Ayo nak, kenakan kalung itu! Itu yakni tanda cinta rakyat kepadamu. Jangan kecewakan mereka nak!” “Iya putriku. Kalung itu sangat indah bukan. Ayo kenakan! Biar rakyat senang,” kata Ratu Purbamanah. “Bagus apanya? Kalung ini buruk sekali. Warnanya norak, kampungan! Aku tidak mau memakainya!” teriak putri Gilang Rukmini. Dia membanting kalung itu ke lantai sampai hancur. Prabu Suwartalaya, Ratu Purbamanah dan rakyat Kutatanggeuhan hanya dapat tertegun menyaksikan insiden itu. Lalu tangis Ratu Purbamanah pecah. Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya. Akhirnya semua pun meneteskan air mata, sampai istana pun berair oleh air mata mereka. Mereka terus menangis sampai air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin usang makin banyak. Hingga balasannya kerajaan Kutatanggeuhan karam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.

Kini danau itu masih dapat kita temui di tempat Puncak, Jawa Barat. Danau itu dinamakan Telaga Warna, sebab bila hari cerah, airnya akan memantulkan cahaya matahari sampai tampak berwarna-warni. Katanya, itu yakni pantulan warna yang berasal dari kalung putri Gilang Rukmini.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu mencakup Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu mencakup Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Previous
Next Post »

Post a Comment