Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Sejarah Kerajaan Kahuripan

Scud Story yakni Portal Edukasi yang memuat artikel perihal Kisah Sejarah K Sejarah Kerajaan Kahuripan
Scud Story yakni Portal Edukasi yang memuat artikel perihal Kisah Sejarah Kerajaan Kahuripan, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Pada tahun 1006 Raja Wurawari dari Lwaram (sekutu Sriwijaya) menyerang Watan, ibu kota Kerajaan Medang, yang tengah mengadakan pesta perkawinan. Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan keponakannya yang berjulukan Airlangga lolos dalam serangan itu. Airlangga yakni putera pasangan Mahendradatta (saudari Dharmawangsa Teguh) dan Udayana raja Bali. Ia lolos ditemani pembantunya yang berjulukan Narotama. Sejak ketika itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan (wanagiri).

Pada tahun 1009, tiba para utusan rakyat meminta biar Airlangga membangun kembali Kerajaan Medang. Karena kota Watan sudah hancur, maka, Airlangga pn membangun ibu kota gres berjulukan Watan Mas di akrab Gunung Penanggungan.

Pada mulanya wilayah kerajaan yang diperintah Airlangga hanya mencakup tempat Gunung Penanggungan dan sekitarnya, sebab banyak daerah-daerah bawahan Kerajaan Medang yang membebaskan diri. Baru sesudah Kerajaan Sriwijaya dikalahkan Rajendra Coladewa raja Colamandala di India tahun 1023. Airlangga merasa leluasa membangun kembali kejayaan Wangsa Isyana. Ketika Airlangga naik takhta tahun 1009, wilayah kerajaannya hanya mencakup tempat Sidoarjo dan Pasuruan saja, sebab sepeninggal Dharmawangsa Teguh, banyak tempat bawahan yang melepaskan diri. Mula-mula yang dilakukan Airlangga yakni menyusun kekuatan untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas pulau Jawa.

Pada tahun 1023 Kerajaan Sriwijaya yang merupakan musuh besar Wangsa Isyana dikalahkan Rajendra Coladewa raja Colamandala dari India. Hal ini membuat Airlangga merasa lebih leluasa mempersiapkan diri menaklukkan pulau Jawa. Yang pertama dikalahkan oleh Airlangga yakni Raja Hasin. Pada tahun 1030 Airlangga mengalahkan Wisnuprabhawa raja Wuratan, Wijayawarma raja Wengker, lalu Panuda raja Lewa.

Pada tahun 1031 putra Panuda mencoba membalas dendam namun sanggup dikalahkan oleh Airlangga. Ibu kota Lewa dihancurkan pula. Pada tahun 1032 seorang raja perempuan dari tempat Tulungagung kini berhasil mengalahkan Airlangga. Istana Watan Mas dihancurkannya. Airlangga terpaksa melarikan diri ke desa Patakan ditemani Mapanji Tumanggala. Airlangga membangun ibu kota gres di Kahuripan. Raja perempuan sanggup dikalahkannya. Dalam tahun 1032 itu pula Airlangga dan Mpu Narotama mengalahkan Raja Wurawari, membalaskan dendam Wangsa Isyana.

Terakhir tahun 1035 Airlangga menumpas pemberontakan Wijayawarma raja Wengker yang pernah ditaklukannya dulu. Wijayawarma melarikan diri dari kota Tapa namun lalu mati dibunuh rakyatnya sendiri. Nama Kahuripan inilah yang lalu lazim digunakan sebagai nama kerajaan yang dipimpin Airlangga.Pusat kerajaan Airlangga lalu dipindah lagi ke Daha, menurut prasasti Pamwatan, 1042 dan Serat Calon Arang.

Calon Arang ini diceritakan yakni dukun perempuan sakti yang sempat membikin onar dengan melaksanakan teluh yang membuat wabah penyakit…banyak warga Kahuripan yang tewas sebab teluhnya. Dalam legenda, teluh ini berhasil dilenyapkan sesudah Airlangga meminta tolong kepada Mpu Bharadah yang lalu membasmi Calon Arang beserta murid-muridnya.

Setelah keadaan aman, Airlangga mulai mengadakan pembangunan-pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan yang dicatat dalam prasasti-prasasti peninggalannya antara lain.
  • Membangun Sri Wijaya Asrama tahun 1036.
  • Membangun bendungan Waringin Sapta tahun 1037 untuk mencegah banjir musiman.
  • Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, yang letaknya di muara Kali Brantas, akrab Surabaya sekarang.
  • Membangun jalan-jalan yang menghubungkan tempat pesisir ke sentra kerajaan.
  • Meresmikan pertapaan Gunung Pucangan tahun 1041.
  • Memindahkan ibu kota dari Kahuripan ke Daha, menurut prasasti Pamwatan, 1042 dan Serat Calon Arang.
Calon Arang ini diceritakan yakni dukun perempuan sakti yang sempat membikin onar dengan melaksanakan teluh yang membuat wabah penyakit…banyak warga Kahuripan yang tewas sebab teluhnya. Dalam legenda, teluh ini berhasil dilenyapkan sesudah Airlangga meminta tolong kepada Mpu Bharadah yang lalu membasmi Calon Arang beserta murid-muridnya. Pada simpulan pemerintahannya, Airlangga berhadapan dengan persoalan persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Calon raja yang sebenarnya, anak pertamanya yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi (Dewi Kilisuci), menentukan menjadi pertapa dari pada naik takhta.

Berhubung Airlangga juga putra sulung raja Bali, maka ia pun berniat menempatkan salah satu putrnya di pulau itu.Mpu Bharada dikirim ke Bali memberikan maksud tersebut. Dalam perjalanan menyeberang laut, Mpu Bharada cukup dengan menumpang sehelai daun. Sesampainya di Bali undangan Airlangga yang disampaikan Mpu Bharada ditolak oleh Mpu Kuturan, yang berniat mengangkat cucunya sebagai raja Bali. Raja Bali ketika itu yakni Anak Wungsu, adik ketiga Airlangga sendiri.

Pada simpulan November 1042, Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu serpihan barat berjulukan Kadiri beribu kota di Daha, diserahkan kepada Sri Samarawijaya, serta serpihan timur berjulukan Janggala beribu kota di Kahuripan, diserahkan kepada Mapanji Garasakan. Dalam Negarakertagama, pembagian wilayah ini dilakukan oleh Mpu Bharadah, tokoh sakti yang juga menjadi guru Airlangga. Empu Bharada menyanggupinya dan melaksanakan titah tersebut dengan cara menuangkan air kendi dari ketinggian. Air tersebut konon bermetamorfosis sungai yang memisahkan Kerajaan Panjalu (Kediri) dan Kerajaan Jenggala. Letak dan nama sungai ini belum diketahui dengan niscaya hingga sekarang, tetapi beberapa mahir sejarah beropini bahwa sungai tersebut yakni Sungai Lekso (masyarakat sekitar menyebutnya Kali Lekso). Pendapat tersebut didasarkan atas dasar etimologis mengenai nama sungai yang disebutkan dalam Kitab Pararaton.

Tidak diketahui dengan niscaya kapan Airlangga meninggal. Prasasti Sumengka (1059) peninggalan Kerajaan Janggala hanya menyebutkan, Resi Aji Paduka Mpungku dimakamkan di tirtha atau pemandian.
Kolam pemandian yang paling sesuai dengan isu prasasti Sumengka yakni Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Pada kolam tersebut ditemukan arca Wisnu disertai dua dewi. Berdasarkan prasasti Pucangan (1041) diketahui Airlangga yakni penganut Hindu Wisnu yang taat. Maka, ketiga patung tersebut sanggup diperkirakan sebagai lambang Airlangga dengan dua istrinya, yaitu ibu Sri Samarawijaya dan ibu Mapanji Garasakan.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu mencakup Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Previous
Next Post »

Post a Comment