Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Thursday, November 15, 2018

Cerita Legenda Gunung Wurung

yang kini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Karangsambung  Cerita Legenda Gunung Wurung
Zaman dahulu kala, di sebuah tempat (yang kini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Karangsambung - Kebumen), terdapat sebuah perkampungan kecil yang daerahnya terdiri dari hamparan tanah datar. Tak satu pun gundukan tanah atau perbukitan yang terlihat di sekitarnya.

Di suatu malam yang senyap, para sesepuh kampung tampak sedang berdoa kepada para tuhan di Kahyangan. Dengan penuh khusyuk, mereka memohon semoga dibuatkan sebuah gunung di bersahabat tempat tinggal mereka. Rupanya, doa mereka dikabulkan oleh para dewa. Pembuatan gunung itu akan dimulai besok harinya dan akan dikerjakan dalam waktu semalam. Tetapi dengan syarat, tak seorang pun warga yang boleh melihat pada ketika gunung itu dibuat.
Para sesepuh kampung menyanggupi persyaratan itu. 

Keesokan paginya, mereka mengumpulkan para warga untuk memberikan informasi bangga dan persyaratan tersebut. “Wahai, seluruh wargaku! Kami menghimbau kepada kalian semua semoga pada ketika hari menjelang senja, masuklah ke dalam rumah kalian masing-masing dan tak seorang pun yang boleh keluar rumah hingga matahari terbit besok pagi!” ujar seorang sesepuh kampung. “Maaf, Tuan! Bencana apa yang akan melanda kampung kita? Kenapa kami dihentikan keluar rumah?” tanya seorang warga dengan bingung. “Ketahuilah, semua bahwa para tuhan akan mengembangkan sebuah gunung untuk kita dan tak seorang pun yang boleh melihat ketika mereka sedang bekerja,” terang seorang sesepuh kampung yang lain.

Setelah mendengar klarifikasi itu, barulah para warga mengerti mengapa mereka dihentikan keluar rumah. Ketika hari menjelang senja, suasana kampung mulai sepi. Seluruh warga telah masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Tak berapa usang kemudian, para tuhan pun turun dari Kahyangan untuk mulai bekerja membangun sebuah gunung di tempat hulu kampung. Mula-mula mereka membangun tiang-tiang yang kokoh.

Setelah separuh malam bekerja, para tuhan telah simpulan membangun tiang-tiang tersebut. Tiang-tiang tersebut lalu mereka timbuni dengan tanah hingga nantinya membentuk sebuah gunung. Para tuhan bekerja sesuai dengan kiprah masing-masing tanpa berbicara sepatah kata pun. Mereka terus bekerja hingga larut malam tanpa mengenal lelah. Ketika hari menjelang pagi, pembuatan gunung itu hampir selesai, tinggal menuntaskan penimbunannya yang tersisa sedikit lagi. Pada ketika para tuhan masih sibuk bekerja, tiba-tiba dari arah kampung seorang gadis berjalan menuju ke luk ulo (sungai) yang berada di sekitar tempat pembuatan gunung tersebut. Rupanya, gadis itu tidak mengetahui pengumuman wacana larangan keluar rumah pada malam itu. Sebab, pada waktu pengumuman itu disampaikan oleh salah seorang sesepuh kampung, ia tidak hadir dan tak seorang pun warga yang memberitahu wacana hal itu. Gadis itu tiba ke sungai alasannya yakni ingin mencuci beras untuk dimasak. Ia berjalan tanpa memperhatikan keadaan di sekelilingnya alasannya yakni suasana masih gelap. Pada ketika akan turun ke sungai, gadis itu terperanjat alasannya yakni tiba-tiba di hadapannya ada sebuah bukit. “Hah, kenapa tiba-tiba ada bukit di tempat ini? Padahal, hari-hari sebelumnya tempat ini masih datar? Ya Tuhan, mimpikah saya ini?” gumam gadis itu seolah tidak percaya terhadap apa yang dilihatnya. Namun, begitu melihat beberapa sosok makhluk yang menakutkan bergerak cepat sambil mengangkat kerikil besar tanpa sepatah kata pun, gadis itu pribadi berlari meninggalkan sungai alasannya yakni ketakutan. “Tolooong… Tolooong… Tolong aku!” teriaknya dengan keras. Gadis itu terus berlari tanpa memperdulikan lagi keadaan dirinya sehingga beras yang hendak dicucinya dilemparkan begitu saja. Tak ayal lagi, beras tersebut berceceran di sekitar bukit. Konon, beras tersebut bermetamorfosis menjadi bebatuan yang bentuknya seolah-olah dengan beras.

Para tuhan yang mendengar bunyi teriakan gadis itu menjadi tersentak. Mereka pun menyadari bahwa ternyata pekerjaan mereka telah disaksikan oleh manusia. “Penduduk kampung telah melanggar perjanjian kita. Ayo kita tinggalkan tempat ini!” seru salah satu tuhan kepada tuhan yang lainnya. Akhirnya, para tuhan tersebut menghentikan pekerjaannya. Mereka meninggalkan tempat itu dan bergegas kembali ke Kahyangan. Padahal, pembangunan gunung itu belum selesai. Akhirnya, batallah pembuatan gunung itu.

Penjelasan singkat wacana Gunung Wurung
Gunung Wurung yakni sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Bentuk gunung ini cukup unik, alasannya yakni tingginya hanya berkisar 80 meter dan tidak mempunyai puncak tertinggi. Menurut masyarakat setempat, gunung ini dibentuk oleh para tuhan dari Kahyangan. Namun, mereka telah menghentikan pekerjaannya sebelum gunung itu simpulan dibuat.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik yaitu mencakup Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Previous
Next Post »

Post a Comment