Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Ikan Emas Ajaib

Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel perihal Cerita Dongeng  Ikan Emas Ajaib
Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel perihal Cerita Dongeng Ikan Emas Ajaib, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Pada zaman dahulu kala, di sebuah pulau tinggalah sepasang kakek dan nenek yang sangat miskin. Pekerjaan si Kakek yaitu mencari ikan di laut. Meski hampir setiap hari kakek pergi menjala ikan, namun hasil yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.

Suatu hari saat si Kakek sedang menjala ikan, tiba-tiba jalanya terasa sangat berat. Seperti ada ikan raksasa yang terperangkap di dalamnya. “Ah, niscaya ikan yang sangat besar,” pikir si Kakek. Dengan sekuat tenaga si Kakek menarik jalanya. Namun ternyata tidak ada apapun kecuali seekor ikan kecil yang tersangkut di jalanya. Rupanya ikan kecil itu bukan ikan biasa, badannya berkilau menyerupai emas dan sanggup berbicara menyerupai layaknya manusia. “Kakek, tolong lepaskan aku. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu!” kata si Ikan Emas.

Si kakek berpikir sejenak, kemudian katanya, “Aku tidak memerlukan apapun darimu, tapi saya akan melepaskanmu. Pergilah!” Kakek melepaskan ikan emas itu kembali ke laut, kemudian beliau pun kembali pulang. Sesampainya di rumah, Nenek menanyakan hasil tangkapan Kakek. “Hari ini saya hanya mendapat satu ekor ikan emas, dan itu pun sudah saya lepas kembali,” kata Kakek, “aku yakin kalau itu yaitu ikan ajaib, alasannya yaitu beliau sanggup berbicara. Katanya beliau akan memberiku imbalan jikalau saya mau melepaskannya.” “Lalu apa yang kamu minta,” tanya Nenek. “Tidak ada,” kata Kakek. “Oh, alangkah bodohnya!” seru Nenek. “Setidaknya kamu sanggup meminta roti untuk kita makan. Pergilah dan minta padanya!”

Maka dengan segan kakek kembali ke tepi pantai dan berseru: “Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan impian kami!” Tiba-tiba si Ikan Emas muncul di permukaan laut. “Apa yang kamu inginkan, kek?” katanya. “Istriku murka padaku, berikan saya roti untuk makan malam, maka beliau akan memaafkanku!” pinta si Kakek. “Pulanglah! Aku telah mengirimkan roti yang banyak ke rumahmu,” kata si Ikan. Maka pulanglah si kakek. Setibanya di rumah, didapatinya meja makan telah penuh dengan roti. Tapi istrinya masih tampak murka padanya, katanya: “Kita telah punya banyak roti, tapi wastafel kita rusak, saya tidak sanggup mencuci piring. Pergilah kembali ke laut, dan mintalah ikan gila menunjukkan kita wastafel yang baru!” kata Nenek. Terpaksa si Kakek kembali ke tepi bahari dan berseru: “Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari…. Kabulkan impian kami! “Ups!” Ikan Emas muncul, “Apa lagi yang kamu inginkan, Kek?” “Nenek menyuruhku memintamu biar menunjukkan kami wastafel yang baru,” pinta Kakek. “Baiklah,” kata Ikan. “Kau boleh mempunyai wastafel gres juga.”, Si Kakek pun kembali pulang. Belum lagi menginjak halaman, si Nenek sudah menghadangnya. “Pergilah lagi! Mintalah pada si Ikan Emas untuk menyebarkan kita sebuah rumah baru. Kita tidak sanggup tinggal di sini terus, rumah ini sudah hampir roboh.”

Maka si Kakek pun kembali ke tepi bahari dan berseru: “Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan impian kami!” Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si Kakek, “Apa yang kamu inginkan lagi, Kakek?” “Buatkanlah kami rumah baru!” pinta Kakek, “istriku sangat marah, beliau tidak ingin tinggal di rumah kami yang usang alasannya yaitu rumah itu sudah hampir roboh.” “Tenanglah, Kek! Pulanglah! Keinginanmu sudah kukabulkan.”

Kakek pun pulang. Sesampainya di rumah, dilihatnya bahwa rumahnya telah menjadi baru. Rumah yang indah dan terbuat dari kayu yang kuat. Dan di depan pintu rumah itu, Nenek sedang menunggunya dengan wajah yang tampak jauh lebih murka dari sebelumnya. “Dasar Kakek bodoh! Jangan kira saya akan merasa puas hanya dengan membuatkanku rumah gres ini. Pergilah kembali, dan mintalah pada Ikan Emas itu bahwa saya tidak mau menjadi istri nelayan. Aku ingin menjadi nyonya bangsawan. Sehingga orang lain akan menuruti keinginanku dan menghormatiku!” Untuk kesekian kalinya, si Kakek kembali ke tepi bahari dan berseru: “Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan impian kami!”

Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si kakek, “Apa yang kamu inginkan lagi, Kakek?” “Istriku tidak sanggup membuatku tenang. Dia bahkan semakin marah. Katanya beliau sudah lelah menjadi istri nelayan dan ingin menjadi nyonya bangsawan,” pinta Kakek. “Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!” kata Ikan Emas.

Alangkah terkejutnya si Kakek saat kembali ternyata sekarang rumahnya telah bermetamorfosis sebuah rumah yang megah. Terbuat dari watu yang kuat, tiga lantai tingginya, dengan aneka macam pelayan di dalamnya. Si Kakek melihat istrinya sedang duduk di sebuah dingklik tinggi sibuk memberi perintah kepada para pelayan. “Halo istriku,” sapa si Kakek. “Betapa tidak sopannya,” kata si Nenek. “Berani sekali kamu mengaku sebagai suamiku. Pelayan! Bawa beliau ke gudang dan beri beliau 40 cambukan!”

Segera saja beberapa pelayan menyeret si Kakek ke gudang dan mencambuknya hingga si Kakek hampir tidak sanggup berdiri. Hari berikutnya istrinya memerintahkan Kakek untuk bekerja sebagai tukang kebun. Tugasnya yaitu menyapu halaman dan merawat kebun. “Dasar wanita jahat!” pikir si kakek. “Aku sudah menunjukkan beliau keberuntungan tapi beliau bahkan tidak mau mengakuiku sebagai suaminya.”

Lama kelamaan si Nenek bosan menjadi nyonya bangsawan, maka beliau kembali memanggil si Kakek: “Hai lelaki tua, pergilah kembali kepada ikan emasmu dan katakan ini padanya: saya tidak mau lagi menjadi nyonya bangsawan, saya mau menjadi ratu.” Maka kembalilah si kakek ke tepi bahari dan berseru: “Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan impian kami!” Dalam sekejap Ikan Emas itu muncul di hadapan si Kakek, “Apa yang kamu inginkan lagi, Kakek?” “Istriku semakin keterlaluan. Dia tidak ingin lagi menjadi nyonya bangsawan, tapi ingin menjadi ratu.” “Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!” kata ikan emas.

Sesampainya kakek di daerah dulu rumahnya berdiri, sekarang tampak olehnya sebuah istana beratap emas dengan para penjaga berlalu lalang. Istrinya yang sekarang berpakainan layaknya seorang ratu bangun di balkon dikelilingi para jenderal dan gubernur. Dan begitu beliau mengangkat tangannya, drum akan berbunyi diiringi musik dan para tentara akan bersorak-sorai.

Setelah sekian lama, si nenek kembali bosan menjadi seorang ratu. Maka beliau memerintahkan para jenderal untuk menemukan si Kakek dan membawanya ke hadapannya. Seluruh istana sibuk mencari si Kakek. Akhirnya mereka menemukan Kakek di kebun dan membawanya menghadap ratu. “Dengar lelaki tua! Kau harus pergi menemui ikan emasmu! Katakan padanya bahwa saya tidak mau lagi menjadi ratu. Aku mau menjadi dewi bahari sehingga semua bahari dan ikan-ikan di seluruh dunia menuruti perintahku.” Kakek terkejut mendengar undangan istrinya, beliau mencoba menolaknya. Tapi apa daya nyawanya yaitu taruhannya, maka beliau terpaksa kembali ke tepi bahari dan berseru: Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan impian kami!

Kali ini si Ikan Emas tidak muncul di hadapannya. Kakek mencoba memanggil lagi, namun si ikan emas tetap tidak mau muncul di hadapannya. Dia mencoba memanggil untuk ketiga kalinya. Tiba-tiba bahari mulai bergolak dan bergemuruh. Dan saat mulai mereda muncullah si Ikan Emas, “Apa yang kamu inginkan lagi, Kakek?” “Istriku benar-benar telah menjadi gila,” kata Kakek. “Dia tidak mau lagi menjadi ratu tapi ingin menjadi dewi bahari yang sanggup mengatur lautan dan memerintah semua ikan.” Si Ikan Emas melongo dan tanpa menyampaikan apapun beliau kembali menghilang ke dalam laut.

Si Kakek pun terpaksa kembali pulang. Dia hampir tidak percaya pada penglihatannya saat menyadari bahwa istana yang megah dan semua isinya telah hilang. Kini di daerah itu, bangun sebuah gubuk reyot yang dulu ditinggalinya. Dan di dalamnya duduklah si Nenek dengan pakaiannya yang compang-camping. Mereka kembali hidup menyerupai dulu. Kakek kembali melaut. Namun seberapa kerasnya pun beliau bekerja. hasil yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Selesai.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu mencakup Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Previous
Next Post »

Post a Comment