Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Keluarga Sebagai Pembentukan Kepribadian Anak

Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel wacana Keluarga Sebaga Keluarga Sebagai Pembentukan Kepribadian Anak
Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel wacana Keluarga Sebagai Pembentukan Kepribadian Anak, Fokus, dan Logika Balita, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu juga Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Keluarga dengan pembentukan kepribadian sangat berkaitan erat. Keluarga merupakan wadah pembentukan kepribadian. Proses pembentukan kepribadian seseorang terjadi dalam keluarga. Keluarga menjadi titik sentral ketika seseorang membicarakan wacana kepribadian. Kepribadian apa pun yang menempel pada seseorang dipengaruhi oleh keluarganya.

Pengertian kepribadian yaitu ciri tabiat seorang individu yang konsisten, yang menunjukkan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang mandiri. Kepribadian seseorang merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang. Kepribadian seseorang tercermin dalam tingkah laku, tindak tanduk, dan cara berpikir seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Pembentukan Karakter Sejak Usia Dini
Pembentukan kepribadian seseorang biasanya terjadi semenjak orang tersebut dilahirkan ke dunia ini. Para mahir telah menyepakati bahwa tahap-tahap awal kehidupan seseorang menjadi suatu moment atau waktu yang terpenting. Penting lantaran pada tahap-tahap awal ini menjadi waktu ketika seseorang meletakkan dasar-dasar kepribadian bagi dirinya. Dasar-dasar kepribadian ini nantinya akan menunjukkan warna bagi kehidupannya kelak ketika sudah dewasa.

Pada usia dini pula anak mulai membentuk dasar kemampuan penginderaan, dan berpikir secara sederhana. Pembelajaran wacana moral atau wacana baik jelek juga terjadi pada dikala usia dini. Oleh lantaran itu, sikap, kebiasaan, dan sikap anak yang dibuat pada tahun-tahun awal sangat memilih sejauh mana seorang anak sanggup menyesuaikan diri (menyesuaikan diri) pada lingkungan sosial. Hal ini juga memilih pula sejauh mana seseorang sanggup menjalani kehidupan secara baik dan serasi ketika seseorang telah mencapai usia pintar balig cukup akal nanti. Usia dini menjadi tahap ketika seseorang mendapat rangsangan yang tepat. Karena pada usia dini ini seorang anak otaknya mengalami pertumbuhan. Seorang ibu atau orang bau tanah memiliki peranan penting dalam menunjukkan rangsangan yang baik bagi anaknya ini. Pola asuh orang bau tanah kepada anaknya ini memilih contoh bagaimana sikap dan sikap anak nantinya. Karena rangsangan yang diberikan oleh orang bau tanah semenjak usia dini menjadi pengalaman yang akan membentuk kepribadian anak.

Pola Asuh dalam Membentuk Kepribadian
Dalam sebuah keluarga, anak pertama kali berguru wacana sesuatu dari orang tuanya. Peran orang bau tanah untuk membina dan mengasuh anak menjadi sangat penting. Orang bau tanah menjadi daerah pertama pembelajaran anak. Apa yang dilakukan oleh orang tua, anak akan memperhatikannya. Kemudian, anak menirukan. Bila orang bau tanah sering bertindak halus, penuh kasing sayang, dan menghargai orang lain, anak pun akan berguru hal tersebut. Sebaliknya, kalau orang bau tanah sering berbuat kasar, anak pun lambat laun akan menggandakan tingkah laris tindakan bernafsu yang biasa dilakukan oleh orang tua.

Peranan orang bau tanah yaitu memenuhi kebutuhan anak. Caranya dengan menunjukkan kasih sayang yang tulus, perhatian, rasa aman, dan kebutuhan lain terhadap anak. Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan anak di usia dini sanggup tercapai. Pemenuhan kebutuhan kasih sayang, perhatian, dan sebagainya ini memiliki manfaat yang paling penting bagi anak. Oleh lantaran itu, contoh asuh orang bau tanah terhadap anak memiliki kiprah penting dalam membentuk kepribadian anak. Seorang pakar anak berjulukan Diana Baumrinde mengemukakan tiga macam contoh asuh anak, yaitu contoh asuh yang absolut (authoritaria), membolehkan (permissive), dan seimbang (authoritative).

Pola Asuh yang Otoriter (Authoritaria)
Pola asuh yang absolut yaitu contoh asuh yang dilakukan oleh orang bau tanah kepada anak yang menekankan pada kontrol. Orang bau tanah sangat menginginkan anaknya mutlak patuh kepadanya. Mereka menginginkan anaknya mematuhi segala peraturan yang ada di keluarga. Jangan hingga sedikitpun peraturan keluarga itu dilanggar. Apabila seorang anak secara sengaja atau tidak sengaja melanggar peraturan yang ada di keluarga, hukuman berat pun segera menghadang. Hukuman yang diterima anak atas kesalahan yang dilakukan biasanya dibuat sedemikian rupa biar anak kembali menuruti segala harapan dan perintah orang tua. Hukuman yang diberikan oleh orang bau tanah yang absolut kepada anaknya menciptakan anak mejadi takut, minder, menarik diri dari pergaulan. Selain itu, anak juga menjadi kurang percaya kepada orang lain. Pikirannya akan selalu diliputi rasa was-was dan tidak aman. Hal ini tentunya menciptakan kehidupan anak menjadi kurang baik yang pada akibatnya terbawa hingga ketika dewasa. Maka, tidak tidak mungkin kalau anak dibesarkan pada lingkungan yang otoriter, kepribadian anak menjadi kurang baik, murung, berontak, dan mungkin juga kasar.

Pola Asuh yang Membolehkan (Permissive)
Pola asuh yang membolehkan (permissive) yaitu contoh asuh yang dilakukan oleh orang bau tanah terhadap anak dengan cara menunjukkan kebebasan berekspresi dan mengatur diri sendiri. Anak dibiarkan untuk memiliki sebanyak mungkin kegiatan. Orangtua bukanlah pemberi aktivitas atau tugas. Anak sendirilah yang mencari aktivitas dan kiprah sendiri dalam keluarga. Bila anak melaksanakan kesalahan terhadap peraturan yang ada di keluarga anak jarang dihukum. Bila ada eksekusi tidak terlalu berat. Jika anak melanggar dari aktivitas yang ia kerjakan, orang bau tanah tidak menunjukkan hukuman. Sikap orang bau tanah biasanya hangat, tidak menuntut, tidak mengontrol, tidak memaksa, dan menunjukkan kebebasan kepada anak. Jika seorang anak dibesarkan di dalam keluarga yang contoh asuh yang membolehkan, biasanya anak tumbuh menjadi langsung yang kurang matang, kurang bisa menahan diri atau mengontrol diri.

Pola Asuh yang Seimbang (Authoritative)
Pola asuh seimbang (authoritative) yaitu contoh asuh yang dilakukan orang bau tanah kepada anaknya dengan cara menghargai anak tapi juga menekankan pentingnya aturan dalam keluarga. Jadi, ada keseimbangan antara penghargaan kepada anak dan peraturan keluarga. Anak tidak diatur sedemikian rupa biar sangat patuh pada orangtua. Akan tetapi, anak juga tidak dibiarkan bebas. Ada peraturan yang mengatur kehidupan anak sehari-hari dalam keluarga. Peraturan ini bukanlah penghukuman yang ditekankan, tetapi pembelajaran anak biar anak bisa menerapkan peraturan dangan benar. Ketika anak melaksanakan kesalahan tidak lantas omelan yang menghadangnya. Nasihat-nasihat yang baik dan menyejukkan yang keluar dari verbal orang tuanyalah yang diterima baik oleh anak. Hukuman tidak begitu ditekankan biar anak tidak menjadi penakut. Anak tetap diberikan ekspresi yang masuk akal dan dibatasi oleh norma dan aturan yang ada. Tapi bukan berarti anak dilarang kreatif berbagi diri. Justru anak dituntut biar bisa berbagi diri sesuai dengan tahapan umur dan perkembangan otaknya.

Anak tidak dituntut untuk hal-hal yang kemungkinan anak tidak bisa mencapai. Akan tetapi, anak dibimbing dan dibina dalam menapaki kehidupan secara benar. Ada keseimbangan antara kewajiban dan hak beliau sebagai seorang anak dalam keluarga. Orangtua menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang menciptakan anak menjadi langsung yang besar lengan berkuasa dan berkarakter baik.

Perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orangtua menciptakan anak tumbuh menjadi langsung yang baik, hangat, menyenangkan, dan sanggup dipercaya. Keluarga menciptakan ia menjadi langsung yang merasa kondusif dan bahagia. Orangtua dan keluarga menjadi sumber wangsit bagi kehidupannya kelak ketika beliau dewasa. Pola asuh yang seimbang inilah yang merupakan contoh asuh yang sangat dianjurkan di banyak keluarga. Baca Juga Tips Cara Praktis Menghafal Bagi Anak



Previous
Next Post »

Post a Comment