Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, November 16, 2018

Kisah Tikus Dan Lonceng Kucing

 tinggalah sekawanan tikus dan seekor kucing Kisah Tikus dan Lonceng Kucing
Di sebuah rumah yang besar, tinggalah sekawanan tikus dan seekor kucing. para tikus mendiami dapur rumah itu. sementara sang kucing tinggal seruangan dengan majikannya. Karena tikus sering mencuri dan merusak barang-barang di rumah tersebut, maka antara tikus dan kucing tidak pernah akur. Kucing sangat setia pada majikannya. Kucing sering diperintah untuk memburu para tikus jikalau beliau melihatnya berkeliaran di rumah tersebut. Sementara para kawanan tikus terus mencari siasat untuk sanggup selamat dari incaran kucing.

Sudah usang sekali tikus-tikus yang tinggal di dapur kekurangan stok makanan. Tiap kali mereka menampakkan lubang hidungnya dari lubang, selalu ada sang kucing yang melihat dan mengayunkan cakarnya. Bahkan ketika tikus sudah terlanjur keluar lubang, kucing tidak segan-segan untuk mengejar mereka. Akhirnya mereka menjadi ketakutan untuk keluar lubang bahkan untuk mencari makanan.

Keadaan mereka makin memperihatinkan. Mereka makin lemah, perutnya kempis. Kini mereka dilanda kelaparan. Hal ini menciptakan Ketua Tikus berfikir dan merencanakan sesuatu untuk mengatasi situasi tersebut. Suatu malam mereka setuju untuk melaksanakan pertemuan rahasia. Tikus-tikus berembuk, banyak yang diucapkan, tetapi kebanyakan hanya menyalahkan si Kucing daripada memperlihatkan pemecahan untuk problem mereka. Tapi akhirnya, seekor tikus betina mengusulkan sebuah ilham yang cemerlang.

"Pak ketua, bagmana jikalau kita gantungkan sebuah lonceng di leher kucing jahat itu!" usulnya, ekornya bergetar saking semangatnya. "Dengan begitu, Kita akan tahu di mana beliau berada, kapan pun itu!" Mereka semua menyorakinya dengan bersemangat, gagasan itu benar benar cemerlang dan sanggup diterima akal. Mereka kemudian bermusyawarah dan setuju untuk melakukannya. Tapi ketika keriuhan berhenti, seekor tikus renta berbicara. Dia lebih renta dari semua tikus lain, semua tikus mendengarkan dengan hormat. "Gagasan itu benar-benar cemerlang," beliau berkata. "Aku gembira ada yang memikirkan ilham yang cantik itu."

Kumis si tikus yang mengusulkan ilham tersebut bergoyang-goyang senang, tapi beliau menggaruk telinganya kebingungan. "Tetapi siapa yang sukarela mau memasangkan lonceng di leher si kucing?" Tikus renta melanjutkan bicaranya. Mendadak suasana kembali riuh, mereka saling berbicara. Mereka saling bertanya kira-kira siapa yang mau memasangkan Lonceng itu di leher si Kucing. Tikus Tua kembali bicara "Hayo.... apakah diantara kita ada yang berani memasangnya, atau kita undi untuk memilih siapa yang harus memasangkannya?". Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Semua tikus terdiam, mereka tampak ketakutan dan pertanda rasa tidak oke dengan ilham Tikus Tua. Tak ada satu pun mau menjawabnya! Mereka eksklusif berlarian ketakutan masuk ke lubang masing masing. Tinggalah Tikus Tua yang membisu terpaku sesaat, sebelum alhasil beliau pun berlari mengikuti yang lain.

Pesan Moral Dongeng Kisah Tikus dan Lonceng Kucing adalah : Rencana yang baik dan cemerlang tidak akan mempunyai kegunaan jikalau kita tidak berani untuk berusaha mengerjakannya. Ide yang gemilang dihentikan disimpan di dalam kepala tapi harus direalisasikan menjadi kerja faktual untuk sanggup menjadi lebih baik.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik yaitu mencakup Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita.


Previous
Next Post »

Post a Comment