Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Thursday, November 15, 2018

Bangau Dan Rubah Makan Bersama

 ia sudah bersiap untuk memenuhi permintaan makan dari pak Rubah sahabatnya Bangau dan Rubah Makan Bersama
Hari itu suasana sangat cerah. Bangau sudah berdandan rapi, ia sudah bersiap untuk memenuhi permintaan makan dari pak Rubah sahabatnya.  Sepanjang perjalanan ia terus membayangkan kuliner yang kan dihidangkan oleh sahabatnya itu. "Hmmmm... alangkah senangnya saya hari ini. pas kebetulan kuliner di rumah lagi habis, pas ada permintaan makan pula". Tidak begitu lama, sampailah ia di kediaman Pak Rubah. Rupanya pak Rubah sudah menunggu kedatangannya, buktunya pak Rubah sudah bangun di depan pintu sambil melambaikan tangan. "Hai Pak Bangau, cepat kemari. usang sekali sampainya, habis mapir kemana saja?". tanya pak Rubah. "Aku tidak mampir kemana-mana, hanya saja tadi saya sesekali terbang pelan untuk melihat-lihat suasana kampung ini, sangat cerah hari ini". Jawab pak Bangau.

Mereka pun segera masuk ke dalam rumah pak Rubah. Rubah dan burung Bangau duduk bersama di ruang makan, mereka bermaksud makan bersama dalam rangka sarapan bareng. Pagi itu pak Rubah memasak sup kesukaan pak Bangau,  Pak Rubah makan dengan lahap yang disajikannya di sebuah mangkok. Bangau duduk dengan sopan menatap sang Rubah, ia hanya membisu memperhatikan. Kelihatannya ia tidak lapar. Sesekali ia mencelupkan paruhnya yang panjang ke dalam mangkok, tetapi ia cuma sanggup menelan beberapa tetes sup saja. Sementara Pak Rubah menghabiskan supnya dengan lahap, ia menjilat mangkuknya hingga higienis mengkilat. Dia berkata pada mitra makannya, "Sarapan yang enak bukan!" Dia mendecak-decakkan lidahnya dengan nikmat. "Benar-benar nikmat! Sayangnya kau tidak makan banyak! Bukankag ini sup kegemaranmu??"

Pak Bangau membisu saja. Dia kemusian berencana untuk mengajari Pak Rubah biar tau caranya menghormati tamu. Dia kemudian mengundang pak Rubah untuk mengunjunginya makan malam besok. pak Rubah tentu saja mendapatkan dengan bahagia hati permintaan itu. Esoknya ia tiba lagi ke daerah pak Bangau. Di meja makan pak Bangau tersaji kuliner kesukaan pak Rubah, potongan-potongan daging yang nikmat itu disajikan dalam kendi berleher panjang! Pak Bangau dengan paruhnya yang panjang dengan gampang mengambil kuliner dari dasar kendi, sedangkan pak Rubah hanya sanggup menelan ludahnya setiap kali melihat sang Bangau menelan daging yang kelihatan empuk dan enak itu. Yang sanggup ia dapatkan hanya beberapa kerat kecil daging yang melekat di ekspresi kendi. pak Bangau sadar kalau pak Rubah memang tidak akan sanggup memakan hidangan yang ia sajikan. "Kenapa makanya cuman sedikait sekali, apakah masih kenyang pak Rubah?". Tanya pak bangau akal-akalan tidak tau masalahnya. pak Rubah hanya diam. "Kemarilah pak Rubah, kemarin saya waktu berada di rumahmu saya juga lapar, saya sangat ingin makan hingga habis hidangan sup yang kau sajikan. Tapi daerah makan yang kau sajikan untukku tidak sempurna untuk saya, mangkuk itu terlalu datar. Saya tidak sanggup memakannya dengan paruhku yang panjang ini". Kata pak Bangau menjelaskan alasanya kenapa kemarin ia tidak makan. "Ini... saya sudah siapkan cuilan daging kesukaanmu diatas piring, wadah itu sempurna untuk kamu, silakan dinikmati hidanganya". Kata pak Bangau sambil menyodorkan Piring berisi penuh cuilan daging panggang. dengan lahap pak rubah menghabiskan daging tersebut. "Lezat sekali masaknmu Pak bangau, saya mohon maaf kemarin saya tidak memikirkan keperluanmu waktu makan di tempatku. Lain kali akan saya hidangkan masakanku untukmu dalam sebuah kendi ibarat milikmu itu. Agar kau sanggup leluasa memakannya". Ucap pak Rubah malu-malu. 

Akhirnya sekarang pak Rubah sanggup belajar, bagaimana caranya menghormati tamu. keadaan yang berbeda-beda. tentu tidak sanggup disamaratakan dalam perlakuan. Dia merasa berterimakasih pada bangau yang telah menyadarkan atas kekeliruanya. 

Pesan Moral Dongeng Bangau dan Rubah Makan Bersama yakni : Hormatilah tamu dengan baik, keadaan seseorang dengan keterbatasanya, menciptakan kita harus memperlakukannya dengan khusus pula.  Jangan samakan keperluan kita dengan keperluan orang lain, sebab apa yang kita sanggup lakukan belum tentu sanggup dilakukan oleh orang lain dengan keterbatasannya (Misal untuk orang dengan keterbatasan fisik dan orang yang berkebutuhan Khusus).

Previous
Next Post »

Post a Comment