Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Thursday, November 15, 2018

Legenda Dongeng Rakyat Putri Junjung Buih

Legenda Cerita Rakyat Putri Junjung Buih Legenda Cerita Rakyat Putri Junjung Buih
Pada zaman dahulu kala, di Kalimantan Selatan berdirilah Kerajaan Amuntai. Rakyatnya hidup makmur tenang sejahtera di bawah pemerintahan dua pemimpin, Raja Patmaraga dan adiknya, Raja Sukmaraga. Keduanya memerintah dengan adil, saling menghargai, serta hidup rukun. Namun ada satu hal yang dari mereka, yaitu mereka belum satu pun memiliki anak.

Raja Sukmaraga dan istrinya, sangat mendambakan putra kembar. Dan mereka terus-menerus memintanya dalam doa. Akhirnya, Tuhan mengabulkan doa mereka. Raja Sukmaraga sangat bahagia, setiap malam ia mengelus perut istrinya sambil berkata, "Semoga anak di kandunganmu ini putra kembar yang gagah rupawan."

Istrinya hanya tersenyum tapi dalam hati mengamini keinginan itu. Setelah mengandung sembilan bulan, lahirlah putra kembar yang tampan. Raja Sukmaraga mengumumkan informasi senang itu pada kakaknya dan seluruh rakyat. Raja Patmaraga juga turut berbahagia atas kelahiran kemenakannya itu. Namun dalam hati, ia sangat sedih. Ia juga ingin dikaruniai anak. Tak harus sepasang anak laki-laki, anak perempuan pun akan ia terima dengan suka cita.

Raja Patmaraga berdoa, memohon petunjuk Yang Kuasa. Ia mendapat tanggapan lewat mimpi. Dalam mimpinya, Raja Patmaraga diminta untuk bertapa di Candi Agung yang berlokasi di luar Kerajaan Amuntai. Esok harinya, tanpa menunda-nunda lagi, Raja Patmaraga berangkat bersama beberapa pengawal dan tetua istana, Datuk Pujung. Di sana, Raja Patmaraga segera bertapa selama bebera a hari. Meski pun belum mendapat petunjuk, la yakin Tuhan akan mengabulkan doanya. Benar saja dalam perjalanan pulang, Raja Patmaraga melewati sungai. Betapa terkejutnya ia dikala melihat seorang bayi perempuan yang sangat bagus terapung-apung di sungai itu. "Apa itu? Apakah saya tak salah lihat? Bagaimana bisa ada bayi di sini?" tanyanya dalam hati. Dengan sangat berhati-hati, ia mengangkat bayi itu. "Datuk Pujung, bantulah saya menggendong bayi ini." Dengan cepat Datuk Pujung mengambil bayi itu dari pelukan Raja Patmaraga. Betapa herannya mereka, bayi itu tidak menangis melainkan berbicara.

Mereka ternganga mendengar kata-kata yang terucap dari lisan bayi itu, "Jangan bawa saya menyerupai ini. Mintalah 40 perempuan bagus untuk menjemputku. Satu lagi, saya tak bisa ikut dalam keadaan telanjang menyerupai ini. Kalian harus menyediakan selembar selimut yang ditenun dalam waktu setengah hari saja." Raja Patmaraga segera memerintah Datuk Pujung untuk kembali ke istana dan mengadakan sayembara untuk mendapat selimut yang diminta bayi itu. Selain itu, ia juga harus mengumpulkan 40 perempuan cantik. "Pengumuman, Raja Patmaraga sedang menunggu kita. Barang siapa bisa menenun selembar selimut untuk bayi dalam waktu setengah hari, akan diangkat menjadi pengasuh bayi," kata Datuk Pujung

Mendengar pengumuman itu, rakyat gaduh dengan bisikan-bisikan yang menanyakan siapa kira-kira yang bisa menenun selembar selimut dalam waktu setengah hari. Para perempuan mulai bekerja. Mereka memakai benang terbaik. Namun hingga waktu yang ditentukan, tak seorang pun yang selesai. Datuk Pujung nyaris putus asa, dikala tiba-tiba seorang perempuan menghampirinya. "Tuanku, ini selimut hasil tenunan saya. Periksalah dengan cermat apakah selimut ini cukup untuk menyelimuti bayi Raja Patmaraga?" katanya sambil menyerahkan selembar selimut yang dilipat rapi. Datuk Pujung membuka lipatan selimut tersebut dan "Waaahhhhh... indah sekali selimut itu," gumam para perempuan yang berkerumun di sekitar Datuk Pujung. "Siapakah namamu? Aku rasa kamu pantas menjadi pengasuh bayi Raja Patmaraga," kata Datuk Pujung. "Nama saya Ratu Kuripan. Saya akan sangat senang jikalau Raja Patmaraga berkenan mengakibatkan saya pengasuh untuk putrinya," jawab perempuan itu.

Datuk Pujung, Ratu Kuripan, dan 40 perempuan bagus berangkat menjemput Raja Patmaraga. Bayi itu dibungkus dengan selimut buatan Ratu Kuripan. "Cantik sekali. Karena kamu kutemukan terapung di atas buih-buih, maka kamu kunamakan Putri Junjung Buih," kata Raja Patmaraga. Bayi itu tersenyum, seolah oke dengan Raja Patmaraga. Kebahagiaan rakyat Amuntai telah Iengkap bersama dua raja dan putra-putri mereka. Negeri itu hidup tenang dan bahagia.

Pesan Moral Ledenda dari Kalimantan Selatan Cerita Rakyat Putri Junjung Buih ialah Hendaknya kita merawat milik kita dengan baik sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan. Jika menginginkan sesuatu, berdoa dan berusahalah pasti keinginan itu terwujud.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan kisah dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik yaitu mencakup Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Previous
Next Post »

Post a Comment