Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Thursday, November 15, 2018

Legenda Kisah Rakyat Hantuen

sepoi menerpa dedaunan yang tumbuh di sepanjang anutan sungai Legenda Cerita Rakyat Hantuen
Alkisah, Cuaca pagi itu sangat sejuk, angin sepoi-sepoi menerpa dedaunan yang tumbuh di sepanjang anutan sungai. Tampak seorang gadis sedang kebingungan menyusuri Sungai Rungan. tampaknya beliau sedang mencari-cari sesuatu.  "Heiii... apa yang sedang kau cari?" teriak ayahnya. Gadis itu menjawab, "Topiku Ayah, topiku hanyut dikala saya mandi." Mereka berdua menyusuri Sungai Rungan untuk mencari topi itu. Tak terasa, mereka telah hingga di desa tetangga, Desa Sepang Simin. Ternyata topi Tapih ada di desa itu. Pemuda berjulukan Antang Taung menemukannya. Gadis itu ternyata berjulukan Tapih, ia sangat berterimakasih alasannya yakni topinya telah ditemukan. Sementara Ayahnya menunjukkan hadiah pada Antang Taung sebagai ucapan terima kasih, namun cowok itu menolaknya. "Jika diizinkan, saya bermaksud menikahi putri Bapak," pinta Antang Taung yang jatuh cinta pada Tapih semenjak pandangan pertama. Tapih tersipu mendengar undangan Antang Taung itu. Ketika ayahnya meminta pendapatnya, Tapih hanya mengangguk setuju. Pesta ijab kabul pun digelar dengan meriah.

Setelah menikah, sesuai dengan susila setempat, pasangan pengantin gres harus tinggal di rumah orangtua masing-masing secara bergantian. Adat itu dirasa berat oleh Antang Taung dan Tapih alasannya yakni perjalanan dari asal Tapih, Desa Baras Semayang, ke Desa Sepang Simin harus melewati hutan yang lebat. Setelah berembuk, mereka memutuskan untuk menciptakan jalan pintas yang menghubungkan kedua desa tersebut.

Penduduk Desa Baras Semayang dan Sepang Simin bahwasanya membangun jalan itu. Mereka juga mendirikan pondok untuk daerah melepas lelah. Suatu hari, barang-barang yang mereka Ietakkan di pondok itu raib. Dan bukan sekali itu saja. Bahan makanan, beras, bahkan pakaian juga hilang. Karena penasaran, penduduk memutuskan untuk menjebak si maling. Mereka berpura-pura meninggalkan pondok, seakan-akan pergi bekerja, tapi sebenarnya mereka mengintip dari balik semak-semak. Saat itulah mereka melihat seekor angkes (sejenis landak) masuk ke pondok.

Mereka mengintai Iebih erat lagi. Hewan itu menggoyang-goyangkan tubuhnya dan tiba-tiba, wusss... angin bertiup sangat kencang dan binatang angkes itu berubah menjadi cowok tampan. Serentak, para penduduk itu menyerbu pondok dan menangkap cowok siluman angkes itu. "Ampun, jangan aturan aku. Aku akan menebus semua kesalahanku!" teriak cowok itu. "Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Mengembalikan semua hasil curianmu?" tanya penduduk. "Aku bisa membantu menuntaskan pekerjaan kalian. Dalam waktu tiga hari, jalan pintas ini akan siap digunakan," kata siluman angkes itu Semua yang hadir mengangguk setuju. Dan memang benar, jalan itu selesai dalam waktu tiga hari. Antang Taung dan Tapih terkagum-kagum mendengar isu tersebut. Suami-istri itu ingin mengangkat cowok itu menjadi anak mereka. Tak dinyana usulan itu diterima.

Beberapa bulan kemudian, Tapih mengandung. Suatu hari, ia ingin sekali makan ikan tomang. Untuk mengabulkan harapan istrinya itu, Antang Taung pergi ke sungai dan berhasil menangkap seekor ikan tomang. Karena terburu-buru pulang, malah meninggalkan ikan tomang itu di perahunya. Begitu Antang Taung menyadari perbuatannya, ia kembaIi ke perahunya. Namun alangkah terkejutnya ia, bukan ikan tomang yang ia temukan melainkan bayi wanita yang anggun jelita. Dengan sukacita, Antang Taung membawa bayi itu dan mengerahkannya pada Tapih.

Bayi jelmaan ikan tomang itu ternyata tumbuh dengan cepat. Beberapa bulan saja, ia sudah bermetamorfosis menjadi seorang gadis yang cantik. Ia jatuh cinta pada cowok siluman angkes. Rupanya perasaan itu tidak bertepuk sebelah tangan. Dengan restu dari Antang Taung dan Tapih, keduanya melangsungkan pernikahan. Mereka sangat bahagia, tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Tak berapa usang sehabis lahir, bayi pertama mereka meninggal. Ditambah lagi dengan isu wacana kematian bayi yang dilahirkan oleh Tapih. Mereka semua sangat berduka.

Sesuai adat, Antang Taung dan Tapih harus mengadakan dua upacara kematian untuk kedua bayi tersebut. Yang pertama yakni upacara penguburan, dan yang kedua yakni upacara pembakaran tulang-belulang. Melalui kedua upacara tersebut, arwahnya dipercaya akan menempati Lewu Tatau (Surga). Upacara kedua, yang disebut tiwah dianggap lebih penting daripada upacara pertama. Pada upacara tiwah, roh orang yang meninggal dipercaya akan lepas dari tubuhnya. Siluman angkes dan siluman ikan tomang mengetahui upacara itu. Meskipun mereka yakni siluman, mereka ingin melaksanakan upacara itu. Namun dikala kuburan anak mereka digali, bukan tulang-belulang insan yang mereka dapati, melainkan tulang-belulang binatang dan ikon. Warga yang menyaksikan tragedi tersebut berbisik-bisik satu sama lain. Karena malu, pasangan siluman itu meninggalkan desa dan mengembara ke hutan.

Sampai tamat hayatnya, mereka tinggal di sana dan melahirkan banyak keturunan. Keturunan mereka disebut hantuen. Banyak juga hantuen ini yang meninggalkan hutan dan menikah dengan insan biasa. Saat ini, keturunan hantuen dipercaya bisa berubah wujud menjadi hantu jadi-jadian. Meski pada siang hari wujud mereka yakni manusia, pada malam hari mereka akan berubah menjadi hantu tanpa tubuh. Mereka berkeliaran mencari bayi yang gres lahir untuk diisap darahnya.

Pesan Moral Dongeng Cerita Rakyat Kalimantan Tengah : Siluman Angkes dan Siluman Ikan Tomang - Legenda Hantuen yakni : Hendaknya kita menjadi diri sendiri dan jangan menggandakan orang lain. Hindari harapan untuk melaksanakan haI-hal yang dilakukan orang lain alasannya yakni hal itu belum tentu sesuai dan bisa kita lakukan.

Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan kisah dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik yaitu mencakup Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Previous
Next Post »

Post a Comment