Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Saturday, September 8, 2012

Cerita Mokswanya Prabu Jayabaya Beserta Para Punggawanya

Sebelumnya mohon maaf, jikalau pembagian terstruktur mengenai lewat goresan pena ini sama sekali berbeda dengan versi sejarah resmi. Karena apa yang akan kami bahas ini yaitu versi legenda dan mitos termasuk supranatural yang berkembang di sekitar masyarakat dimana dulu kerajaan ini berdiri.

Menurut sejarah, tepatnya legenda, kerajaan Kediri yang kala itu diperintah oleh Prabu Jayabaya sama-sama “mokswa” beserta raja dan punggawanya. Konon, keduanya berpindah ke alam gaib.

Menurut kepercayaan kabuyutan, Wisnu ngejawantah atau turun ke Arcapada di bumi Jawa. Tanah yang dipilih oleh sang Wisnu yaitu Kediri, dan kemudian beliau bergelar Sri Jayabaya. Wisnu sendiri berarti hidup, urip nurcahyo, suksma.

Sedang arti nejawantah yaitu ngeja = muncul, kelihatan dan wantah = nyata. Dan berjulukan Jayabaya berarti = kesaktian, kemenangan, benih hidup yang berwujud menjadi baya = bayi. Di Kediri beliau berwujud tubuh raga, atau insan hidup yang dilengkapi suksma dan raga. Oleh sebab itu, banyak yang percaya kalau Kediri itu tempat yang paling bau tanah di tanah jawa, tempat hidup insan pertama di tanah Jawa yang sudah lengkap dengan suksma dan raganya.

Kelahiran Wisnu di tanah Kediri sendiri persisnya berlangsung di sebuah desa kecil yang dibuka ditengah rimba belantara di pinggir sungai Kediri, Jawa Timur. Karena tanahnya yang subur, maka banyak warga yang ikut bergabung dan menjadi ramailah tempat itu. Yang babad bantalan yaitu abang beradik yang sakti dan bijaksana berjulukan Kyai Doho dan Kyai Doko.

Ngejawantahnya Wisnu yang kemudian berganti nama menjadi Jayabaya di Kediri, kelak akan menciptakan tempat ini menjadi pesat sekali perkembangannya. Karena itu, akibatnya dibuat sebuah negeri yang diberi nama kerajaan Doho. Sedangkan desanya, atau mungkin ibukotanya jikalau di jaman sekarang, diberi nama Daka. Istananya sendiri di beri nama Mamenang.

Di bawah pemerintahan prabu Jayabaya, banyak kerajaan kecil yang ikut melebur jadi satu. Dengan begitu, kerajaan Doho makin bertambah besar dan berjaya.

Kyai Doho sendiri selaku pembabat hutan diberi kepercayaan oleh raja dengan kedudukan sangat tinggi dengan nama kebesaran Ki Butolocoyo, yang berarti orang terbelakang yang dapat dipercaya. Hal ini sebagai bentuk penghargaan raja atas jasanya yang telah membuka wilayah tersebut. Sementara itu, Kyai Doko, adiknya, diberi pangkat senopati perang dan diberi nama Kyai Tunggul Wulung.

Raja dan ratu Mamenang ini punya pesanggrahan berjulukan pesanggrahan Wanasatur. Di pesanggrahan ini, pasangan pemimpin ini sangat besar sekali tirakatnya. Meski tinggal puluhan hari, keduanya hanya makan rimpang kunir dan temulawak saja. Didekat pesanggrahan yang dulunya dipakai untuk menanam kedua flora obat ini hingga kini masih berjulukan desa SiKunir dan Silawak.

Makanya tak mengherankan bila prabu Jayabaya waskita batin. Mengerti sak durunge winarang (tahu sebelum kejadian). Jauh hari sudah diprediksikan kalau sepeninggal dirinya negeri Doho ini akan pindah ke Medang Kamulan, yaitu Prambanan, dan kembali ke Jenggala (daerah Kediri), selanjutnya ke Sigaluh (Jawa Barat), Majapahit (Jatim), ke Jawa Tengah lagi (Demak, Pajang, Mataram), kemudian ke jaman gres (kemerdekaan).

Setiap raja memutuskan pindah sentra pemerintahan selalu diikuti kawulanya. Dan tempat yang ditinggalkannya menjadi hutan kembali.

Karena satu insiden sang Prabu Jayabaya akibatnya mokswa, dan tak diketahui jejaknya. Bahkan sepeninggal dirinya, negeri Doho dilanda banjir bandang, dan keraton Mamenang rusak parah diterjang ganasnya lahar gunung kelud, hingga akibatnya negeri Doho kembali menjadi hutan belantara.

Ki Butolocoyo yang ikut mokswa akibatnya diminta oleh prabu Jayabaya untuk menjadi raja makhluk halus di Goa Selebale, yang terletak di selatan Bengawan Solo. Kyai Tunggul Wulung ditunjuk untuk menjadi penguasa gunu kelud. Abdi kinasihnya, Ki Kramataruna, tinggal di sebuah sindang atau telaga kecil di desa Kalasan, yang terletak di sebelah barat keraton Mamenang.


____
gambar di atas hanya ilustrasi. Dicomot dari Google.

Previous
Next Post »

Post a Comment