Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Wednesday, November 21, 2012

Ritual Laluhan Di Masyarakat Dayak Ngaju Kapuas


Ritual laluhan ialah sebuah antaran pertolongan atau hadiah bagi warga Dayak Ngaju khususnya yang menganut agama Hindu Kaharingan ketika saudara atau tetangga kampung mereka akan melakukan salah satu upacara sopan santun yang dilakukan pada ketika Tiwah yakni upacara pengangkatan tulang belulang seseorang yang sudah meninggal dan dikubur, kemudian dipindahkan ke suatu bangunan kecil yang disebut sandung.

Tujuan laluhan ialah meringankan beban keluarga atau kampung yang menyelenggarakan upacara tiwah. Pemberian yang diterima penyelenggara upacara tiwah akan dibayar pada ketika si pemberi menyelenggarakan pesta yang sama.

Upacara pengiriman laluhan itu sendiri memakai rakit atau bahtera dengan banyak sekali hiasan janur yang dibuat sedemikian rupa sampai terlihat begitu indah. Semua barang-barang yang akan diantarkan itu dimuat di dalam perahu. Di samping memuat barang bawaan yang nantinya akan diserahkan kepada yang akan melakukan upacara Tiwah, di dalam bahtera juga disertakan pula gamelan-gamelan menyerupai gong, kenong, dan gendang untuk mengiringi mereka bernyanyi malahap (meneriakkan pekik sukacita) dan menari-nari sepanjang perjalanan mengantar barang laluhan tersebut.




Jenis-jenis barang laluhan sendiri terbagi menjadi tiga jenis tergantung barang apa yang mereka bawa yaitu laluhan metu kalau yang mereka bawa ialah binatang ternak, laluhan daun kalau yang mereka bawa ialah daun-daunan untuk menanak nasi dan laluhan sapandu kalau yang mereka bawa ialah patung-patung kayu yang mempunyai kegunaan untuk mengikat binatang yang nantinya akan dikurbankan pada ketika upacara Tiwah.

Disamping membawa barang bawan untuk tuan rumah, dalam ritual laluhan ini pun diadakan upacara lain yakni upacara saling melempar batang tanaman suli atau hapuni suli sebagai symbol pengganti senjata tombak dan kemudian diakhiri dengan mangarak / menetek pohon. Melempar batang suli sendiri mengandung makna membuang atau melemparkan sesuatu yang jelek supaya terhindar dari bencana. Selain itu, batang pohon Suli juga diyakini bisa mengusir roh-roh jahat yang ingin mengganggu.

Previous
Next Post »

Post a Comment