Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Monday, May 13, 2013

Beberapa Upacara Budbahasa Suku Minahasa


Pulau Sulawesi atau yang pada zaman dahulu populer juga dengan sebutan Celebes ini, selain mempunyai kekayaan alam yang begitu melimpah baik berupa panorama yang menyejukkan pandangan, aneka marga satwa yang lengkap, bahkan beberapa diantaranya merupakan hewan langka dan endemic yang hanya hidup di Pulau ini ibarat burung Maleo, Cuscus, Babirusa, Anoa dan Tangkasii (Tarsius Spectrum), dan aneka fauna yang demikian lengkap baik itu aneka bunga, sayur mayur dan juga aneka macam variasi buah-buahan.

Tanah yang subur nan eksotis ini saja sudah cukup menciptakan kagum setiap siapa pun yang berkunjung ke tempat ini, terlebih lagi budaya dan kearifan lokal warisan nenek moyang penduduk setempat masih senantiasa lestari hingga detik ini dengan aneka macam ritual upacara yang senantiasa mereka pegang dan jalankan mengiringi siklus hidup dan babak-babak terpenting dari keseharian mereka. Maka dari itu, sudah tak disangsikan lagi dengan kombinasi variasi yang luar biasa dalam bidang panorama dan cara kehidupan orang tertempat yang mempunyai tradisi yang unik akan memikat pengunjung dari luar.

Nah, pada kesempatan kali ini, Budaya Nusantara akan mengulas secara singkat apa-apa saja budaya dan kearifan lokal masyarakat Minahasa yang hingga ketika ini masih tetap lestari di tengah-tengah kehidupan mereka, terutama pada dan untuk upacara-upacara adatnya.

1. Monondeaga
Upacara sopan santun ini merupakan sebuah upacara sopan santun yang biasa dilakukan oleh suku Minahasa terutama yang berdiam di kawasan Bolaang Mongondow. Pelaksanaan upacara sopan santun ini sendiri ialah untuk memperingati atau mengukuhkan seorang anak wanita ketika memasuki masa pubertas yang ditandai dengan datangnya haid pertama. Secara garis besar, upacara sopan santun ini dilakukan sebagai bentuk syukur dan sekaligus semacam uwar-uwar bahwa anak gadis dari orang yang melaksanakan upacara sopan santun ini telah menginjak masa pubertas. Untuk itu, biar kecantikan dan kedewasaan sang anak gadis lebih mencorong, maka dalam upacara sopan santun ini sang gadis kecil pun daun telinganya ditindik dan dipasangi anting-anting layaknya gadis yang mulai bersolek, lalu gigi diratakan (dikedawung) sebagai suplemen kecantikan dan tanda bahwa yang bersangkutan sudah dewasa.

2. Mupuk Im Bene
Sebenarnya upacara Mupuk Im Bene itu hakikatnya ibarat dengan upacara syukuran selepas melaksanakan panen raya, ibarat halnya yang lazim kita saksikan di pulau Jawa ketika menggelar program mapag sri dan atau munjungan. Dan memang, esensi dari ritual ini sendiri ialah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas segala rizki yang mereka dapat, atau yang dalam bahasa setempat disebut dengan Pallen Pactio. Prosesi dari upacara sopan santun ini ialah secara ringkas sanggup digambarkan sebagai berikut: Masyarakat yang hendak melaksanakan upacara Mupuk Im Bene ini membawa sekarung padi bersama beberapa hasil bumi lainnya ke suatu tempat dimana upacara ini akan dilakanakan (biasanya di lapangan atau gereja) untuk didoakan. Kemudian selepas program mendoakan hasil bumi ini tamat maka dilanjutkan dengan makan-makan bersama aneka jenis makanan yang sebelumnya telah disiapkan oleh ibu-ibu tiap rumah.

3. Metipu
Metipu merupakan sebuah upacara sopan santun dari kawasan Sangihe Talaud berupa penyembahan kepada Sang Pencipta alam semesta yang disebut Benggona Langi Duatan Saluran. Prosesi dari upacara sopan santun ini ialah dengan memperabukan daun-daun dan akar-akar yang mewangi dan menjadikan asap membumbung ke hadirat-Nya, sebagai bentuk permuliaan penduduk setempat terhadap pencipta-Nya.

4. Watu Pinawetengan
Kalimat atau istilah Musyawarah untuk mencapai kata mufakat dan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh ternyata bukan hanya monopoli beberapa kaum saja, dan tentu saja itu bukanlah isapan jempol yang tanpa makna. Suku minahasa pun mempunyai satu upacara sopan santun yang memang dilaksanakan untuk meneguhkan persatuan dan kesatuan anatar penduduknya. Upacara sopan santun itu dalam suku Minahasa disebut dengan upacara Watu Pinawetengan. Konon menurut dongeng rakyat yang dipegang secara turun temurun, pada zaman dahulu terdapatlah sebuah kerikil besar yang disebut tumotowa yakni kerikil yang menjadi altar ritual sekaligus menandai berdirinya permukiman suatu komunitas. Dan konon lagi kegunaan dari kerikil tersebut merupakan kerikil tempat duduk para leluhur melaksanakan negosiasi atau orang setempat menyebutnya Watu Rerumeran ne Empung. Dan memang, ketika Johann Gerard Friederich Riedel pada tahun 1888 melaksanakan penggalian di bukit Tonderukan, ternyata penggalian berhasil menemukan kerikil besar yang membujur dari timur ke barat. Batu tersebut merupakan tempat bagi para pemimpin upacara sopan santun memperlihatkan keputusan (dalam bentuk garis dan gambar yang dipahat pada batu) dalam hal membagi pokok pembicaraan, siapa yang harus bicara, serta cara beribadat.

Sementara inti dari upacara yang diselenggarakan di depan kerikil besar itu ialah wata’ esa ene yakni pernyataan tekad persatuan. Semua perwakilan kelompok etnis yang ada di Tanah Toar Lumimut mengantarkan cuilan peta tanah Minahasa tempat tinggalnya dan meletakkan di cuilan tengah panggung perhelatan. Diiringi musik instrumentalia kolintang, penegasan tekad itu disampaikan satu persatu perwakilan memakai pelbagai bahasa di Minahasa. Setelah tekad disampaikan mereka menghentakkan kaki ke tanah tiga kali. Pada penghujung program para pelaku upacara bergandengan tangan membentuk bulat sembari menyanyikan Reranian: Royorz endo.


*****

Sebenarnya masih ada dua jenis upacara lainnya di Minahasa yang menarik untuk dipelajari, yakni upacara ijab kabul dan upacara kematian. Tapi alasannya ialah kedua upacara tersebut mempunyai tahap-tahap yang tidak mengecewakan panjang, maka Budaya Nusantara memutuskan untuk membahasnya pada artikel tersendiri saja biar lebih gampang dimengerti. Semoga bermanfaat….

Previous
Next Post »

Post a Comment