Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Wednesday, June 12, 2013

Asal-Usul Insan Berdasarkan Hindu Kaharingan

Seperti halnya agama-agama Samawi yang meyakini bahwa insan berasal dari satu nenek moyang yang sama yaitu Nabi Adam dan Hawa, maka berdasarkan kepercayaan agama Hindu Kaharingan mengenai asal-usul insan mempunyai dongeng yang berbeda. Menurut kepercayaan agama ini bahwa insan berasal dari keturunan raja Bunu yang sedang menuju jalan pulangnya kepada Tuhan penguasa semesta atau Ranying Hatala Langit.

Raja Bunu sendiri yaitu salah satu anak dari pasangan Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameloh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun yang diyakini oleh pemeluk agama Hindu Kaharingan sebagai insan pertama yang diciptakan oleh Ranying Hatala Langit yang sengaja diciptakan untuk menghuni bumi dengan ciri-cirinya sebagai berikut :

Keturunannya tidak bisa hidup abadi dan akan meninggal dunia sehabis memperoleh keturunan yang ke sembilan.
Makanan sehari-hari mereka yaitu nasi, lauk pauk dan sebagainya alasannya yaitu berbeda dengan Ranying Hatala Langit yang bisa kenyang hanya dengan menginang, keturunan Raja Bunu ini tidak akan bisa hidup hanya dengan menginang.

Disamping Raja Bunu bekerjsama pasangan Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameloh Putak Bulau Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun ini mempunyai dua anak lainnya yaitu Raja Sangen dan Raja Sangiang, tapi alasannya yaitu satu hal maka yang kemudian mewarisi tinggal di bumi pada hasilnya hanyalah Raja Bunu beserta keturunannya saja sedangkan kedua saudaranya yaitu Raja Sangen dan Raja Sangiang hidup abadi khayangan.

Cerita mengenai kenapa hanya Raja Bunu yang tidak bisa hidup kekal ibarat kedua saudaranya ini yaitu alasannya yaitu dikala ketiga beraudara ini bermain di sungai mereka bertiga tanpa sengaja menemukan sebuah besi aneh berjulukan Sanaman Lenteng. Dikatakan aneh alasannya yaitu besi ini berbeda dengan besi pada umumnya yang karam jikalau berada di air, maka besi Sanaman Lenteng dikala ditemukan kondisinya dalam keadaan separuh karam dan separuhnya lagi timbul di permukaan sungai.

Dan entah alasannya yaitu faktor kebetulan saja atau memang telah digariskan oleh Ranying Hatala Langit untuk menghuni bumi, Raja Bunu dikala menemukan besi ini dia memegang ujung besi yang tenggelam, sedang saudaranya memegang pada ujung lainnya yang timbul di permukaan. Dan alasannya yaitu memegang ujung yang karam inilah maka Raja Bunu menjadi tidak bisa lagi hidup kekal ibarat kedua saudaranya yaitu Raja Sangen dan Raja Sangiang.

Besi yang ditemukan oleh ketiga saudaranya ini kemudian di bawa pulang dan oleh ayah mereka dibentuk menjadi benda yang ibarat pisau pisau berjulukan Dohong Papan Benteng. 

Raja Bunu dan kedua saudaranya dianugrahi juga oleh Ranying Hatalla Langit seekor burung yang berjulukan Gajah Bakapek Bulau Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan. Mereka dianugrahi seekor burung itu dikala mereka sedang berada di sebuah bukit yang berjulukan Bukit Engkan Penyang.

Ketika tiga bersaudara ini menemukan burung Gajah Bakapek Bulau Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan mereka pun saling berebut untuk memilikinya. Tak satu pun dari mereka mau menyerah dan memberikannya pada salah satu saudara mereka, sampai kemudian alasannya yaitu kesal Raja Sangen menghunus dohong-nya dan menusukannya pada perut burung itu sampai darah burung itu mengucur keluar dengan begitu derasnya. Raja Sangen yang tadi menusuk burung itu kemudian mengambil sangku (sejenis mangkuk) dan menadah darah burung yang mengucur tadi. Aneh bin ajaib, darah burung yang terkumpul di sangku itu tiba-tiba bermetamorfosis emas, permata dan berlian. 

Begitu ayah mereka mengetahui perbuatan anaknya dan alasannya yaitu takut ketiga anaknya menerima kutukan dari Ranying Hatala Langit maka ayahnya pun dengan kesaktiannya menyembuhkan kembali burung tersebut ibarat sedia kala. Tapi alasannya yaitu iri dengki dengan apa yang di sanggup oleh Raja Sangen, maka Raja Sangiang pun melaksanakan hal yang sama ibarat yang dilakukan Raja sangen yaitu menusuk burung itu kemudian menadah darahnya dalam sangku. Kejadiannya pun sama persis denagn Raja Sangen, Raja sangiang pun menerima emas dan berlian melalui darah burung itu. dan ayah mereka pun kemudian ibarat tadi, dengan kesaktiannya berhasil menyembuhkan kembali burung itu.

Begitu mengetahui burung itu sanggup disembuhkan kembali, Raja Bunu pun kemudian menginginkan hal yang sama ibarat kedua saudaranya. Tapi sayang, sehabis menerima apa yang diinginkannya, burung itu tak lagi sanggup disebuhkan oleh ayahnya alasannya yaitu luka yang diderita burung ini terlampau parah. Burung ini kemudian terbang menjauh dari mereka dengan darah yang terus menetes. Darah burung yang menetes itulah yang kemudian menjadi kekayaan yang melimpah ruah di tanah yang terkena tetesannya. 

Karena kondisi fisik yang begitu parah hasilnya burung itu pun mati. Tempat dimana burung mati inilah kemudian dipenuhi dengan kekayaan yang melimpah yang abadi yaitu nirwana atau yang berdasarkan kepercayaan agama Hindu Kaharingan disebut Lewu Tatau.

Previous
Next Post »

Post a Comment