Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Thursday, August 22, 2013

Memaknai Sumpah Palapa Gajah Mada

Serat Pararaton yang memuat naskah Sumpah Palapa bahwasanya tak secara eksplisit menyebutkan teks itu sebagai sebuah sumpah dan tak ada satu pun kata dalam sarat tersebut yang mencantumkan kata sumpah di dalamnya, tapi bila dilihat dari makna teks yang terkandung di dalamnya bila dihubungkan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia wacana arti sumpah (halaman 973) yang berbunyi sumpah yaitu : (1) pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dsb.); (2) pernyataan disertai tekad melaksanakan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar; (3) kesepakatan atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu), maka teks mengenai ucapan Gajah Mada yang terdapat dalam Serat Pararaton yang berbunyi :

Sira Gajah Mada patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada : “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring ahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

Terjemahannya yaitu : 

Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa (nya). Beliau Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan Nusantara, aku (baru) melepaskan puasa, bila (berhasil) mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah aku (baru) melepaskan puasa (saya)”. 

Itu terang sekali sebagai sebuah sumpah setidaknya bila parameter yang digunakan yaitu buku Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas. Maka jelaslah kini bila teks dalam Serat Pararaton itu sanggup dikategorikan sebagai sebuah sumpah lantaran ketiga pengertian tersebut di atas, baik secara sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan sanggup digunakan dalam konteks pengertian Sumpah.


Sebuah ungkapan apalagi sebuah sumpah kalau dikaji benar-benar mengatakan bentuk, isi, nilai, ideologi, dan enerji. Dari sisi bentuk Sumpah Palapa yaitu prosa. Sedangkan isinya mengandung pernyataan suci kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diucapkan oleh Gajah Mada di hadapan ratu Majapahit Tribuwana Tunggadewi dengan disaksikan oleh para menteri dan pejabat-pejabat lainnya, yang substansinya Gajah Mada gres mau melepaskan (menghentikan) puasanya apabila telah terkuasai Nusantara. Sayangnya tidak diterangkan di dalam teks tersebut wacana jenis puasa dan berapa usang pelaksanaan puasanya itu (keterangan wacana terjemahan amukti palapa,lihat Budya Pradipta, 2003).

Dari sisi nilai Sumpah Palapa mengandung pelbagai nilai : nilai kesatuan dan persatuan wilayah Nusantara, nilai historis, nilai keberanian, nilai percaya diri, nilai rasa mempunyai kerajaan Majapahit yang besar dan ber-wibawa, nilai geopolitik, nilai sosial budaya, nilai filsafat, dsb.

Dari sisi ideologi, Sumpah Palapa yang juga dikenal sebagai Sumpah Gajah Mada atau Sumpah Nusantara. Sumpah Palapa mempunyai ideologi kebineka tunggal ikaan, artinya menuju pada ketunggalan keyakinan, ketunggalan ide, ketunggalan senasib dan sepenanggungan, dan ketunggalan iedeologi akan tetapi tetap diberi ruang gerak kemerdekaan budaya bagi wilayah-wilayah negeri se Nusantara dalam menyebarkan kebahagiaan dan kesejahteraannya masing-masing. 

Dari sisi enerji Sumpah Palapa dianugerahi enerji Ketuhanan Yang Maha Dasyat lantaran tanpa enerji tersebut tak mungkin Gajah Mada berani mencanangkan sumpah tersebut. Sumpah Palapa akan menjadi sangat menarik lagi apabila dikaji dengan pendekatan komunikasi. Pertanyaan-pertanyaan menyerupai : Kepada siapa Sumpah Palapa diucapkan, dalam lingkungan apa (situasi, kondisi, iklim, dan suasana) Sumpah Palapa dicanangkan, dengan target apa dan siapa Sumpah Palapa dideklarasikan, mengapa atau apa perlunya Gajah Mada mengumumkan Sumpah Palapa, dan manfaat apa yang mau dicapai yaitu pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab secara seksama. Betapapun Sumpah Gajah Mada itu kontekstual. Tidak semua pertanyaan-pertanyaan tersebut akan di jawab di sini, namun pertanyaan manfaat apa yang mau dicapai, kiranya perlu dijawab kini dengan lebih cermat. 

Menurut pemahaman aku Gajah Mada mempunyai kesadaran penuh wacana kenegaraan dan batas-batas wilayah kerajaan Majapahit, mengingat Nusantara berada sebagai negara kepulauan yang diapit oleh dua samudra besar yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, di samping diapit-apit oleh lautan Cina Selatan dan Lautan Indonesia (Segoro Kidul). Dari kesadaran yang tinggi terhadap keberadaan Nusantara, Gajah Mada meletakkan dasar-dasar negara yang kokoh, sebagaimana terungkap dalam perundang-undangan Majapahit (Slamet Mulyana, 1965 : 56 - 70; 1979 : 182 - 213). 

Uraian singkat tersebut dimaksudkan untuk memberi citra bahwa kerajaan Majapahit khususnya saat berada dalam penguasaan Gajah Mada telah berorientasi jauh ke depan, kalau istilah kini mempersiapkan diri sebagai negara yang modern, kuat, dan tangguh.

Dari beberapa pengertian diatas maka tak hiperbola kiranya bila sumpah / amukti palapa itu mempunyai dimensi spiritual artinya tidak main-main. Oleh alasannya yaitu itu tidak berlebihan, apabila dikatakan bahwa Sumpah Palapa itu sakral.

Previous
Next Post »

Post a Comment