Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Thursday, October 23, 2014

Mengenang Kembali Wayang Beber

Wayang beber hanyalah satu dari sekian banyak jenis kebudayaan peninggalan masa kemudian yang masih tersisa. Dari sekian jenis wayang yang kini masih ada, terlestarikan dan dikembangkan di masysrakat, mungkin wayang beber hanyalah sebagai tambahan sejarah saja. Mengapa? Mungkin alasannya ialah dari bentuk fisik dan ciri khasnya, sehingga wayang ini sulit untuk sanggup berkembang dan bertahan menyerupai jenis wayang lainnya.

Wayang beber orisinil dan satu-satunya yang masih ada hanya terdapat di Kabupaten Gunung Kidul dan Pacitan, Jawa Timur. Dan salah satunya ialah milik Nyi Rubiyem, penduduk Desa Bejiharjo, Dusun Gelaran, Kecamatan Karangmojo, Gunung Kidul.

Bentuk fisik wayang beber ini tak lebih dari lukisan pada sebuah lembaran menyerupai kain kanvas dengan ukuran panjang kurang lebih 2,5 meter dan lebar 70 Cm. Kanvas itu terbuat dari lulup, semacam serat yang diambil dari batang pohon melinjo atau waru.

Karena zaman dulu belum ada kain kanvas maupun cat pabrikan menyerupai sekarang, maka materi inilah satu-satunya yang dipilih. Kanvas alami itu kemudian digambari dengan pewarna warna-warni alami juga.

Hebatnya, meski wayang beber itu terbuat dari materi serba alami, ketahanan dan keawetan lukisan itu sampai kini masih relatif bagus. Inilah bukti sebuah karya seniman masa kemudian dengan materi serba alami. Konon, usia pembuatannya sudah sekitar 5 era yang lalu.

Yang hebatnya lagi, tentu saja proses pembuatannya dan cara pengawetannya yang sangat diam-diam itu dan sudah diwariskan dari generasi ke generasi oleh sang empu yang telah menemukan metode atau cara ini dengan melewati laris prihatin.

Salah satu kisah dari wayang beber ialah dongeng romantika perjalanan asmara Panji Asmarabangun dan Dewi Candrakirana pada zaman kerajaan Jenggala/Kediri.

Kenapa di sebut wayang beber? Mungkin alasannya ialah dalam setiap tampil atau pentas harus dengan membuka gulungan lembaran (beber : Jawa), sampai jadinya sebutan itu menempel menjadi nama wayang yang dimaksud.

Setelah membeberkan wayangnya barulah sang dalang mengisahkan apa yang ada dalam gambar itu, lembar demi lembar sampai selesai. Setelah usai pentas, lembaran itu digulung kembali sebagaimana wayang kulit atau golek dan disimpan dalam kotak yang khusus.[]

Previous
Next Post »

Post a Comment