Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Tuesday, October 16, 2018

Cerita Rakyat Asal-Usul Kota Surabaya

Asal seruan nama kota Surabaya sampai sekarang masih menjadi perdebatan dikalangan para sejarahwan. Ada yang menyebutkan bahwa nama Surabaya berasal dari legenda ikan sura (hiu) dan buaya, ada pula yang menyebut bahwa nama surabaya berasal dari gabungan kata sura yang berarti selamat dan baya yang berarti ancaman (Surabaya = selamat dari bahaya). Terlepas dari itu semua, kali ini kisah asal usul akan membahas ihwal cerita rakyat yang sangat terkenal ihwal asal usul kota Surabaya. Berikut ini kisahnya:

 sampai sekarang masih menjadi perdebatan dikalangan para sejarahwan Cerita Rakyat Asal-Usul Kota Surabaya

Dahulu kala, di lautan nan luas (tepatnya di Laut Jawa), hiduplah 2 binatang buas yang sama-sama arogan dan tak mau kalah. Kedua binatang tersebut yaitu ikan hiu sura dan seekor buaya. Karena tinggal berdampingan, dua binatang tersebut sering berselisih dan sabung ketika memperebutkan makanan. Karena sama-sama kuat, tangkas, ganas, dan sama-sama cerdik, perkelahianpun terus berlangsung lantaran tidak ada yang bisa menang dan tidak ada yang bisa kalah. Pada akhirnya, kedua binatang tersebut merasa bosan dan lelah jikalau harus terus berkelahi. Menyadari hal itu keduanya kemudian sepakat mengadakan perjanjian ihwal pembagian area kekuasaan.

"Hai Buaya, lama-lama saya bosan sabung denganmu." kata ikan hiu Sura. "Hmm, Aku juga, Sura. Lalu, apa yang mesti kita lakukan supaya perkelahian kita ini bisa berhenti?" tanya Buaya.
"Untuk mencegah terjadinya perkelahian lagi di antara kita, alangkah baiknya jikalau kita membagi kawasan ini menjadi 2 kawasan kekuasaan. Aku berkuasa di dalam air dan hanya bisa mencari mangsa di dalam air, sedang engkau barkuasa di daratan dan dengan begitu mangsamu harus pula yang ada di daratan. Lalu, sebagai batasnya, kita tentukan lebih dulu yaitu tanah yang sanggup dicapai air bahari pada ketika pasang surut!"
"Oke, saya setujui dengan gagasanmu itu, Sura!" kata Buaya sambil mengangguk.


Dengan adanya perjanjian tersebut, untuk beberapa ketika ikan hiu Sura dan buaya tak pernah sabung lagi. Keduanya sepakat untuk saling menghormati wilayah kekuasaannya masing-masing. Namun, sehabis waktu berselang begitu lama, ikan-ikan yang menjadi mangsa hiu sura mulai habis dilautan. Sebagian ikan yang tersisa justru bermigrasi ke arah muara sungai Brantas lantaran takut dimangsa si hiu Sura. Menyadari hal itu, ikan hiu sura terpaksa dengan sembunyi-sembunyi mulai mencari mangsanya di muara sungai semoga tidak tertangkap tangan oleh buaya. Namun tanpa disadari si buaya ternyata mengetahui tingkah si hiu sura dan pribadi menyerangnya.
cerita rakyat asal usul Surabaya
" Sura, kenapa kau melanggar perjanjian yang sudah kita berdua sepakati? Kenapa kau berani-beraninya memasuki wilayah sungai yang yaitu kawasan kekuasaanku?" tanya si Buaya.
"Eits... Aku melanggar perjanjian? Ingatkah engkau akan suara perjanjian kita? Bukankah sungai ini berair? Dan lantaran ada airnya, jadi sungai ini juga termasuk kawasan kekuasaanku, bukan?" Kata Sura mengelak.
"Apa maksudmu Sura? Bukankah sungai itu berada di darat, sedang kawasan kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu termasuk kawasan kekuasaanku!" jawab Buaya ngotot.
"Ohh... Tidak bisa. Bukankah saya tidak pernah sekalipun menyampaikan kalau air itu hanya air laut? Bukankah pula air sungai itu ait" jawab Hiu Sura.
"Hmm... Rupanya sengaja kau mencari gara-gara denganku, Sura?" hentak Buaya.
"Tidak!! Ku kira alasanku sudah cukup berpengaruh dan saya ada dipihak yang benar!" elak Sura.
"Kau memang benar-benar sengaja mengakaliku Sura. Aku tidaklah sebodoh yang engkau kira!" jawab Buaya mulai marah.
"Aku tak peduli kau pandai atau bodoh, yang terang sungai dan bahari merupakan kawasan kekuasaanku!" serang Sura tak mau mengalah.


Adu verbal antara Sura dan Baya pun berakhir dengan perkelahian yang sengit. Perkelahian kali ini menjadi sangat seru dan dahsyat lantaran keduanya merasa sama-sama tidak salah. Mereka saling menggigit, menerjang, memukul, dan menerkam. Dan dalam waktu sekejap, air sungai disekitarnya tempat perkelahian itu menjadi merah lantaran darah yang keluar dari luka kedua binatang itu. Mereka bertarung dengan mati-matian. Buaya menerima gigitan Sura di ujung ekor sebelah kanan, sehingga ekor tersebut selalu membengkok ke kiri. Sedangkan Sura tergigit ekornya sampai nyaris putus. Karena sama-sama sudah terluka parah, keduanya kemudian berhenti berkelahi. Ikan surapun menyerah dan akibatnya kembali ke laut. Buaya yang menahan sakitnya pun merasa puas lantaran sudah bisa mempertahankan kawasan kekuasaannya.
cerita rakyat asal usul Surabaya
Tak berselang usang diketahui bahwa kedua binatang tersebut ternyata mati lantaran luka yang cukup parah dari bekas perkelahian. Dan untuk mengenangnya, penduduk sekitar menyatakan  untuk memberi nama Surabaya pada kawasan disekitar tempat perkelahian antara ikan Sura dan Buaya tersebut.
 cerita rakyat asal usul Surabaya
Demikianlah cerita rakyat asal usul Surabaya. Semoga dari cerita tersebut, kita sanggup mengambil pesan yang tersirat bahwa peperangan dan perkelahian tidaklah bisa menuntaskan problem dan malah justru akan menjadikan problem baru. Oleh karenanya, kita perlu cerdik dan bijaksana dalam menuntaskan segala problematika kehidupan. Terimakasih.

Previous
Next Post »

Post a Comment