Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Wednesday, November 14, 2018

Cerita Legenda Asal Ajakan Ajibarang

Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal Cerita Legenda  Cerita Legenda Asal Usul Ajibarang
Scud Story yaitu Portal Edukasi yang memuat artikel ihwal Cerita Legenda Asal Usul Ajibarang berdasarkan banyak sekali sumber, Cerita Rakyat Banyumas Jawa Tengah, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Alkisah, Kala itu Negeri Galuh Pakuan sedang dilanda cobaan berat. Musim kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan kesengsaraan rakyat. Wabah penyakit dan tindak kriminal meningkat. Sementara punggawa dan hulu balang belum bisa menghadapinya. Arya Munding Wilis yang menjadi Adipati kala itu memang sedang diuji. Belum selesai mengatasi kesulitan yang satu timbul dilema yang lain. dalam kesedihan menghadapi negeri yang sedang terancam itu, isterinya yang sedang hamil menginginkan daging kijang berwarna putih. demi cintanya kepada Sang Isteri, berangkatlah Sang Adipati Munding Wilis dengan Kuda Dawuk Ruyung kesayangannya. Hanya ditemani dua pengawalnya, berhari-hari Sang Adipati tak mengenal lelah dalam mencari buruannya itu. Namun sudah hingga sebulan belum juga nampak hasilnya.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Ketika mereka berburu kearah timur menyusuri Sungai Citandui sampailah Sang Adipati beserta dua pengawalnya di suatu grumbul. ternyata Adipati beserta dua pengawalnya itu hingga di sebuah perkampungan para brandal yang sering mengacau di seluruh kadipatennya. di Grumbul Gunung Mruyung tersebut sang adipati terpojok dan dirampok oleh dedengkot grumbul itu yaitu Abulawang. seluruh bawaan bahkan kuda sang Adipati dirampas dan sang dedengkot mengancam akan merampok dan menghancurkan kadipatennya. Adipati yang sedang kecewa sebab tidak menerima buruannya pulang dengan kesedihan yang lebi mendalam ke kadipatennya.

Sampainya di kadipaten, kesedihan sang Adipati terobati sebab putera yang ditungu tungu sudah lahir kedunia. Semakin gembiralah ia sesudah ditunjukkan adanya tanda hitam di lengan kiri bayi itu, yang konon merupakan "toh wisnu". Artinya bayi ini kelak akan menjadi seorang yang besar yang berbudi luhur dan bijaksana.

Ternyata kegembiraan di Kadipaten itu tak berlangsung lana. Pada malam keempat kelahiran sang jabang bayi. Perampok gerombolan dari gunung mruyung dedengkot abulawang bener bener tiba dan menghancurkan Kadipaten. Prajurit dan pengawal tidak bisa melawan gerombolan tersebut. Semua barang dirampok dan Kadipaten dibakar.

Untunglah sang Adipati dan Gusti putri selamat. namun nasib bayi yang ditunggui oleh dua orang emban tidak demikian. bayi itu dibawa oleh salah seorang perampok ke Gunung Mruyung tempat markas mereka. Adipati dan gusti putri lemas, bahkan gusti putri pingsan.

Suatu Ketika, adipati Munding Wilis dan istrinya menyamar sebagai petani kecil, pergi meninggalkan Kadipaten. semula mereka bertekad ke gunung mruyung, tempat perkampungan para perampok pemberontak untuk mencari bayinya. Namun niatnya diurungkan sebab terlalu bahaya, merekapun berjalan ke arah lain.

Bayi yang masih merah itu, sudah sampi di Gunung Mruyung. Bertahun tahun Bayi tersebut tumbuh menjadi cowok gagah dan tampan, sifatnya baik berbeda dengan orang renta angkatnya yang perampok. cowok itu dinamai Jaka Mruyung. Karena tidak bahagia dengan perilaku dan tingkah laris orang tuanya makadia pergi meninggalkan Gunung Mruyung.

Jaka mRuyung pergi dengan Kuda Dawuk Ruyung,yang dimiliki orang renta angkatnya, kuda tersebut bekerjsama yaitu kuda milik ayah kandungya adipati Wilis. Jaka Mruyung tiba disuatu kampung di daerah "Dayeuhluhur" dan bertemu seorang kakek. Ternyata kakek tersebut bukan kakek sembarangan. Dia yaitu Ki Meranggi, seorang bekas prajurit sakti Kerajaan Majapahit dan sekarang menjadi seorang MRanggi (pembuat rangka keris). Jaka mruyung mengabdi di rumah Ki Meranggi, dan selama pengabdiannya beliau banyak menerima pengalaman yaitu baca, tulis, menciptakan keris dan ilmu keprajuritan serta kedigdayaan. semua ilmu dikuasainya dalam empat tahun. Pada tahun ke enam, Jaka Mruyung seolah menerima Ilham biar meneruskan perjalan ke Timur, dan disana beliau menermukan pohon pakis aji dan kelak hutan pakis aji tersbut ditebangi dan dijadikan negeri. Jaka mruyung pun pamit dan berpesan pada Ki Meranggi biar pedukuhan ini sepeninggalnya kelak diberi nama Dukuh Penulisan sebab ditempat inilah beliau berguru menulis.

Setelah menempuh perjlanan jauh, sampailah beliau di perbatasan Kadipaten Kuta negara. Ditempat itu iapun melepas lelahnya. Sambil memuji Kebesaran TUhan ia menyaksikan keindahan lam sekitarnya. Si Dawuk Ruyung, kudanya yang sudah renta itu makan rumput sekenya-kenyanya. Jaka mruyung memandang rumput hijau itu bagaikan permadani yang Gumelar (digelar dalam bahas Jawa). Tempat itu kemudian nantinya disebut DUkuh Gumelar. Di tempat ini beliau bertemu dengan cowok dari Dukuh Cilangkap. Dari cowok ini beliau akhirnya tahu letak Hutan Pakis Haji yang ada dalam ilhamnya. Stelah beliau melaksanakan prjalanan dan singgah sejenak di Dukuh Cilangkap, beliau terus memburu keluar, ke Hutan Pakis Aji. Hutan tersebut ternyata berada di Selatan Kuta negara dan sebelah timur Dukuh Cilangkap.

Sementara itu, perjalanan Adipati Munding Wilis dan istrinya yang menyamar menjadi Ki Sandi tiba di DUkuh Penulisan, Daerah Daeyuhluhur . Kebetulan keduanya singgah pula di rumah Ki Meranggi. Mereka bertukar pengalaman. Langkah gembiranya kedua tamu mendengar dongeng Ki Meranggi, merka yakin yang diceritakan Ki MEranggi itu ciri-ciri anaknya( dengan Toh WIsnu di Tanggannya). mereka semakin bangga sebab Ki Meranggi juga menyampaikan kemana arah peginya anak mereka Jaka Mruyung. Semenjak Pergi dari Negerinya Galuh Pakuan, Adipati Wilis dan Istrinya memang selalu bedoa biar bisa dipertemukan dengan anaknya. Dan Memang sudah digariskan mereka berdua pun hingga di Dukuh Cilangkap dan bertemu dengan orang renta Tlangkas ,pemuda yang pernah memperlihatkan petunjuk kepada Jaka Mruyung.

Ki Sandi alias Adipati Wilis pun tambah bangga sebab harapanya semakin bersahabat terkabul. Sedang Jaka Mruyung sekarang sudah hingga di kaki bukit sebelah barat Hutan Pakis Aji. di sebelah situ ia terus ke Selatan dan menyebarangi Kali yang airnya Racak-racak, kali itu kemudian dinamai Kali Racak. dipinggir bukit itu ia melihat pohon yang berbuah sangat banyak, kemudian ia bertanya pada orang yang lewat, Apa nama buah itu pak??orang itu malah menjawab dengn basa sunda, "Ie mah Gondangamis" artinya ini buah gondang yang manis. Kelak tempat itu menjadi Desa Gondangamis.

Dari situ beliau terus menyusuri pinggiran hutan ke timur. ternyata tempat yang disinggahinya banyak dihuni burung Jalak. tempat Itu nantinya diberi nama Pejalakan. kemudian beliau hingga dibelokan kali datar, beliau menemukan sebuah kedung, diatasnya banyak burung serwiti, Kedung itu kemudia di beri Nama Kedung Serwiti. sesudah mengelilingi Hutan Pakis aji, sampailah beliau dipinggiran utara, ia melihat orang-orang sedang menciptakan tambak ikan. Jaka Mruyung segera meminta Bantuan orang-irang untuk bersam-sama membabat hutan Pakis Aji. Kelak Dusun itu menjadi Dusun Tambakan.

Di tengah hutan muncul Ular Raksasa, namun berhasil dibunuh oleh Jaka Mruyung dan orang-orangnya dan dibakar. namun akhirnya hutan Pakis aji menjadi terbakar, kebakaran begitu hebatnya sehingga menciptakan gundah kadipaten Kutanegara. Jaka Mruyung sang biang keladi pun ditangkap dan dieksekusi disekitar Kadipaten. Pada Masa hukumannya itu ternyata Jaka Mruyung yang tampan, sopan, baik hati di sukai oleh putri kedua sang Adipati yaitu Putri Pandanayu. sesudah beberapa lama,Jaka Mruyung pun dibebaskan.

Kemudian beliau mengikuti sayembara di Kadipaten Kutanegara tersebut. Sayembara itu untuk mencari Senopati Utama yang baru. Jaka mruyung ikut sayembara, dengan kesaktiannya beliau memenangkan banyak pertarungan dan pada akhirnya beliau harus melawan musuh terkuat yaitu Duta dari Kadipaten Kutaliman, bernaman Ki Kentol. Perseteruan antara Jaka Mruyung dan Ki Kentol Yang berlarut larut, nantinya menjadi momok yaitu siapa saja Pejabat yang tiba ke Kutaliman niscaya akan lengser. Jaka Mruyung yang memenangkan sayembara dijadikan Senopati Utama dan dinikahkan dengan putri kedua Adipati yaitu Pandanayu.

Berita tersebut ahirnya hingga ke Tlangkas dan orang tuanya. dan kemudian hingga ke pendengaran tamu mereka Ki Sandi yang tak lain yaitu Adipati Munding Wilis ayah Jaka MRuyung., Raja atau Adipati Besar dari Galuh Pakuan. Adipati kemudian membuka jati dirinya. dan menemui Adipati Kutanegara. Betapa senangnya Adipati Kuta negara, ternyata calon mantunya yaitu anak Adipati Besar dari Galuh Pakuan.

Haru dan Bahagia pun berkecamuk diantara mereka. Acara Pernikahan segera dilakukan, namun di dikala berlangsung nya komitmen nikah terjadi kehebohan. Hal ini kaerna putri pertama Adipati Kutanegara yaitu Dewi Pandansari minggat, sebab aib telah dilangkahi. DIa bertapa disebuah kali, beliau bertapa merendam, yang tentu saja tubuhnya yang indah itu tidak ditutupi oleh apapun. Tidak Heran Banyak Lelaki berdatangan ingin melihat i. Putri kemudian berkata pada biyung embannya biar disampaikan ke ayahnya, supaya Kali tersebut dinamai Kali Luwih laki, yang kemudian menjelma Kali Wilaki. Dewi Pandansaru, maaf Pandansari itupun meninggal dikali, dan dikuburkan disawah. Kuburan itu populer dengan sebutan Kuburan Pandansari.

Bertahun tahun dari bencana itu, Adipati Kutanegara, Adipati Nglangak itupun semakin lanjut usia. Jaka mruyung pun menggantikannya dan diangkat sebagai adipati Kuta negara. Namun Jaka Mruyung yang tinggal di Kadipaten Kutanegara itu tidak Kerasan di kadipaten Kutanegara. Dia Menginginkan pindah, kemudian beliau pun teringat inspirasi yang diperolehnya dikala beliau muda. Dia kemudian pindah ke Hutan yang telah ia Babat yaitu Hutan Pakis Aji. Hutan yang sekarang menjadi Ibukota Kadipaten Kutanegara itupun kemudian disebut AJIBARANG dan Kadipaten tersebut disebut Kadipaten AJIBARANG.

Versi Lain Asal Usul Nama Ajibarang

Perjalanan Dari Mataram
Diawali dari mangkatnya Raden Mas Rangsang yang bergelar Panembahan Agung Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman atau yang masyhur disebut dengan Sultan Agung Hanyakrakusuma pada tahun 1645, sempurna enam tahun sesudah berhasil menaklukan Blambangan tahun 1939. Sultan Agung telah berhasil melaksanakan perluasan ke deluruh daerah di Jawa dan Madura (kecuali Banten dan Batavia) dan beberapa daerah luar Pulau Jawa, menyerupai ; Palembang, Jambi dan Banjarmasin. Mangkatnya Sultan Agung menciptakan sang putra mahkota Pangeran Arum didaulat untuk memimpin Mataram, dengan gelar Sunan Amangkurat I. Sejak kepemimpinannya, wilayah Mataram berangsur-angsur menyempit sebab aneksasi yang dilakukan oleh Belanda. Perpecahan tersebut disamping atas tugas Belanda, juga akhir adanya kegusaran masyarakat atas perluasan yang dilakukan oleh Mataram yang menjelang mangkatnya Sultan Agung. Pemberontakan-pemberontakan terhadap kekuasaan raja banyak dilakukan, antara lain dari ; keturunan Sunan Tembayat, keturunan Kadilangu, Wangsa Kajoran, keturunan Panembahan Rama dan Panembahan Giri.

Atas gencarnya agresi pemberontakan tersebut, mengakibatkan posisi Sunan Amangkurat I terpojok (yang dalam versi ini diindikasikan menjalin kerjasama dengan VOC - Verenidge Indische Oast Compagnie, sebuah organisasi monopoli perdagangan milik Belanda di Batavia) sehingga ia berinisiatif untuk menyelamatkan diri dan hendak meminta bala sumbangan kepada Gubernur Jenderal De Cock.

Penamaan Ajibarang
Perjalanan Sunan Amangkurat I dikawal para prajurit keratin dengan mengambil route perjalanan Kedu-Banyumas-Tegal untuk kemudian singgah di Kadipaten Carbon atau Caruban atau Cirebon. Singkat cerita, sesampainya di suatu daerah barat Banyumas, Rombongan Gusti Sunan kehabisan perbekalan. Kemasygulannya bertambah sesudah ia harus mendapatkan kenyataan bahwa ia harus kehilangan puluhan prajuritnya yang ma ti akhir jarak tempuh perjalanan secara infanteri dengan medan yang berat dan sangat jauh.

Di daerah tersebut, abdi setia Sunan Amangkurat I, berjulukan Kyai Pancurawis yang juga bertindak sebagai sais kereta kencananya, kemudian berusaha menjual barang-barang bawaan yang masih tersisa demi untuk kemudian ditukar atau dibelikan kembali dengan bahan-bahan makanan pokok sebagai perbekalan untuk meneruskan perjalanan yang masih jauh. Usaha Kyai Pancurawis beserta para Ponggawanya ternyata berhasil. Baik barang yang mempunyai nilai jual tinggi ataupun rendah semuanya terjual dan tertukar habis sehingga berhasil mendapatkan perbekalan yang dikehendaki.
Bukan main senangn ya hati Gusti Sunan melihat perjuangan abdi-abdinya. Sebagai wujud rasa syukurnya, ia menamakan daerah tersebut dengan AJIBARANG, yang berarti barang apapun yang dijual didaerah tersebut “ana ajine” atau ada harganya.
Scud Story memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan dongeng dan dongeng, mencakup unsur Intrinsik yaitu mencakup Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Demikian tadi Cerita Legenda Asal Usul Ajibarang yang bisa kami sajikan, semoga bermanfaat dan atas segala kekurangan dan kekurang akuratannya kami mohon maaf.

Previous
Next Post »

Post a Comment