Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Friday, March 29, 2019

Cerita Rakyat - Sangkuriang

Berikut ini yaitu sebuah cerita rakyat asal jawa barat yang cukup familiar di indonesia yang mengandung pesan moral sebagai refleksi diri bagi kita semua.

Awalnya diceritakan di kahyangan ada sepasang yang kuasa dan dewi yang berbuat kesalahan, maka oleh Sang Hyang Tunggal mereka dikutuk turun ke bumi dalam wujud hewan. Sang dewi berubah menjadi babi hutan (celeng) berjulukan celeng Wayung Hyang, sedangkan sang yang kuasa berubah menjadi anjing berjulukan si Tumang. Mereka harus turun ke bumi menjalankan eksekusi dan bertapa mohon pengampunan semoga sanggup kembali ke wujudnya menjadi dewa-dewi kembali.

Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara tengah pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring (keladi hutan), dalam versi lain disebutkan air kemih sang raja tertampung dalam batok kelapa. Seekor babi hutan betina berjulukan Celeng Wayung Hyang yang tengah bertapa sedang kehausan, ia kemudian tanpa sengaja meminum air seni sang raja tadi. Wayung Hyang secara absurd hamil dan melahirkan seorang bayi yang cantik, alasannya yaitu intinya ia yaitu seorang dewi. Bayi manis itu ditemukan di tengah hutan oleh sang raja yang tidak menyadari bahwa ia yaitu putrinya. Bayi wanita itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang amat manis jelita. Banyak para raja dan pangeran yang ingin meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima.

Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas permintaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Ketika sedang asyik menenun kain, torompong (torak) yang tengah dipakai bertenun kain terjatuh ke bawah bale-bale. Dayang Sumbi alasannya yaitu merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, beliau berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya, jikalau wanita akan dijadikan saudarinya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Akibat perkataannya itu Dayang Sumbi harus memegang teguh persumpahan dan janjinya, maka ia pun harus menikahi si Tumang. Karena malu, kerajaan mengasingkan Dayang Sumbi ke hutan untuk hidup hanya ditemani si Tumang. Pada malam bulan purnama, si Tumang sanggup kembali ke wujud aslinya sebagai yang kuasa yang tampan, Dayang Sumbi mengira ia bermimpi bercumbu dengan yang kuasa yang ganteng yang sebenarnya yaitu wujud orisinil si Tumang. Maka Dayang Sumbi risikonya melahirkan bayi pria yang diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang besar lengan berkuasa dan tampan.

Suatu dikala Dayang Sumbi tengah mengidamkan makan hati menjangan, maka ia memerintahkan Sangkuriang ditemani si Tumang untuk berburu ke hutan. Setelah sekian usang Sangkuriang berburu, tetapi tidak nampak binatang buruan seekorpun. Hingga risikonya Sangkuriang melihat seekor babi hutan yang gemuk melarikan diri. Sangkuriang menyuruh si Tumang untuk mengejar babi hutan yang ternyata yaitu Celeng Wayung Hyang. Karena si Tumang mengenali Celeng Wayung Hyang yaitu nenek dari Sangkuriang sendiri maka si Tumang tidak menurut. Karena kesal Sangkuriang menakut-nakuti si Tumang dengan panah, akan tetapi secara tak sengaja anak panah terlepas dan si Tumang terbunuh tertusuk anak panah. Sangkuriang bingung, kemudian alasannya yaitu tak sanggup binatang buruan maka Sangkuriang pun menyembelih badan si Tumang dan mengambil hatinya. Hati si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, kemudian dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya yaitu hati si Tumang, suaminya sendiri, maka kemarahannya pun memuncak serta-merta kepala Sangkuriang dipukul dengan sendok yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga terluka.

Sangkuriang ketakutan dan lari meninggalkan rumah. Dayang Sumbi yang meratapi perbuatannya telah mengusir anaknya, mencari dan memanggil-manggil Sangkuriang ke hutan memohonnya untuk segera pulang, akan tetapi Sangkuriang telah pergi. Dayang Sumbi sangat murung dan memohon kepada Sang Hyang Tunggal semoga kelak dipertemukan kembali dengan anaknya.

Untuk itu Dayang Sumbi menjalankan tapa dan laris hanya memakan tumbuh-tumbuhan dan sayuran mentah (lalapan). Sangkuriang sendiri pergi mengembara mengelilingi dunia. Sangkuriang pergi belajar kepada banyak pertapa sakti, sehingga Sangkuriang sekarang bukan bocah lagi, tetapi telah tumbuh menjadi seorang perjaka yang kuat, sakti, dan gagah perkasa. Setelah sekian usang berjalan ke arah timur risikonya sampailah di arah barat lagi dan tanpa sadar telah datang kembali di daerah Dayang Sumbi, ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenali bahwa putri manis yang ditemukannya yaitu Dayang Sumbi - ibunya. Karena Dayang Sumbi melaksanakan tapa dan laris hanya memakan tumbuhan mentah, maka Dayang Sumbi menjadi tetap manis dan infinit muda.

Dayang Sumbi pun mulanya tidak menyadari bahwa sang ksatria ganteng itu yaitu putranya sendiri. Lalu kedua manusia itu berkasih mesra. Saat Sangkuriang tengah bersandar mesra dan Dayang Sumbi menyisir rambut Sangkuriang, tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang yaitu putranya, dengan tanda luka di kepalanya, bekas pukulan sendok Dayang Sumbi. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi sekuat tenaga berusaha untuk menolak. Maka ia pun bersiasat untuk memilih syarat pinangan yang tak mungkin dipenuhi Sangkuriang. Dayang Sumbi meminta semoga Sangkuriang mengembangkan bahtera dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya.

Maka dibuatlah bahtera dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung ukit Tanggul. Rantingnya ditumpukkan di sebelah barat dan menjadi Gunung Burangrang. Dengan santunan para guriang (makhluk halus), bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi memohon kepada Sang Hyang Tunggal semoga niat Sangkuriang tidak terlaksana. Dayang Sumbi menebarkan helai kain boeh rarang (kain putih hasil tenunannya), maka kain putih itu bercahaya bagai fajar yang merekah di ufuk timur. Para guriang makhluk halus anak buah Sangkuriang ketakutan alasannya yaitu mengira hari mulai pagi, maka merekapun lari menghilang bersembunyi di dalam tanah. Karena gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi, Sangkuriang menjadi gusar dan mengamuk. Di puncak kemarahannya, bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat ajaran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan berubah menjadi menjadi Gunung Manglayang. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi Gunung Tangkuban Perahu.

Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang lari menghindari kejaran anaknya yang telah kehilangan nalar sehatnya itu. Dayang Sumbi hampir tertangkap oleh Sangkuriang di Gunung Putri dan ia pun memohon kepada Sang Hyang Tunggal semoga menyelamatkannya, maka Dayang Sumbi pun berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Adapun Sangkuriang sesudah hingga di sebuah daerah yang disebut dengan Ujung berung risikonya menghilang ke alam mistik (ngahiyang).

--- THE END ---

artikel terkait :
cerita rakyat - lutung kasarung
cerita rakyat - asal usul kota banyuwangi

Previous
Next Post »

Post a Comment