Mengenal dan Memahami Budaya Indonesia, upacara adat, pelet, wayang, mitos dan legenda, rumah adat, pakaian adat, Asal Usul Sejarah Borobudur, Nenek Moyang, Tari Rumah Adat, Hindu, Budha, Islam, Majapahit, Merah Delima, Pusaka, Pocong, Kuntilanak, Nyi Roro Kidul

Wednesday, March 28, 2018

Cerpen Cinta - Pertemuan Yang Singkat

Cerpen Cinta - Hari ini yaitu hari ketujuh sesudah kepergian orang yang sangat kusayangi, Sekarang saya hanya tinggal sendiri dan mengurus semuanya sendiri. Bagaikan dunia ini hanya ada saya saja.

Namun pagi ini saya harus berangkat ke sekolah, Dengan cita-cita sanggup mendapat hasil foto yang bagus untuk kujual dan mendapat uang, Aku bersiap siap menyandang tas dan mengambil kamera. Lalu berangkat ke sekolah.

Di perjalanan Tiba tiba ada pesan masuk.
‘Grasiela Cepat tiba kesekolah, Ada yang perlu difoto’ pesan dari kepala sekolah.
‘Oke bu.’ balasku kemudian bergegas berjalan kesekolah.

Tak beberapa menit kemudian saya pun hingga di sekolah, jam 06.50, Aku pribadi berlari keruang kepala sekolah.
“Pagi buk..” ucapku sambil membuka pintu.
“Pagi siela..” jawab ibu kepala sekolah.
“Apa yang perlu difoto?” tanyaku sambil menstel kameraku.
“Nanti kan ada pertandingan basket jadi ibu minta kau buat foto foto waktu mereka main, Nanti di post di IG jikalau banyak like ibu akan ikut kan kau lomba fotografer.” jawab ibu kepala sekolah.
“It’s okey.., Tapi pertandingannya di mana?” tanyaku.
“Di sekolah lain jadi nanti siela berangkat bareng tim basket, Ibu sama pelatih.” jawab ibu kepala sekolah.

Tiba tiba ada yang masuk.
“Pagi bu..” sapanya cowok, kapten tim basket, kevin dan ia lebih renta dariku saya kelas 7 sedangkan ia kelas 8.
“Pagi kevin.. ada apa?” jawab ibu kepala sekolah.
“Jadi berangkatnya kapan?” tanya kevin.
“Nanti jam 08.00” jawab ibu kepala sekolah.
“Oke, Dia siapa bu?” tanyanya sambil menunjukku. Aku hanya membisu saja.
“Ooo… ia bakal jadi yang foto kalian waktu main basket.” jawab ibu kepala sekolah sambil tersenyum.
“Ooo… gue kevin.” ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk salaman.
“Gak usah pake perkenalkan diri, semua orang udah tau nama lo.” jawabku datar tidak melihatnya hanya sibuk dengan kameraku yang dari tadi ku pengang.
“Ooo.. oke. Dan kini nama lo siapa?” balasnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong.
“Grasiela. Buk saya kekelas dulu..” balasku sambil berjalan keluar dari ruang kepala sekolah. Tak ada jawaban namun saya menghiraukannya, banyak sahabatku yang bilang kalau saya itu sudah berubah derastis semejak mamaku meninggal 7 hari yang lalu, ada yang bilang saya dingin, cuek, pendiam dan lain lain Namun itulah orang yang akan selalu berubah setiap dikala dan setiap waktu.

Baru saja saya hingga di kelas.
“Grasiela…” panggil seseoarang membuatku menghentikan langkahku membalikkan badan. Aku hanya memandangnya ia sifa, sahabatku.
“Ada apa?” tanyaku datar.
“Lo bawa kamera kan hari ini?” tanyanya.
“Bawa, emang kenapa?” jawabku.
“Mau nengok hasil foto kemarin.” balasnya sambil tersenyum. Aku tak menjawab hanya memberi kameraku pada sifa dan berjalan ke bangku duduk dan memang saya sebelahan sama sifa. Aku duduk kemudian membisu menatap ke luar jendela.

“Bagus kali balasannya fotonya.” ucapnya.
“Benarkah?” tanyaku datar masih mematap keluar jendela.
“Iya bagus banget.” pujinya lagi.
“Biasa saja.” jawabku datar tak memalingkan pandanganku.
“Jawaban lo selalu begitu saja gak pernah berubah selalu benarkah, kemudian biasa saja.” balas sifa, Aku memandangnya kemudian berdiri.
“Nanti kalau udah kasih ke gue kameranya.” ucapku sambil berjalan keluar kelas dan tegak diteras memandang kejauhan yang menurutku sangat menarik.

Tak beberapa usang kemudian.
“Siela kameramu.” panggil sifa sambil menawarkan kameraku, saya mengambilnya kemudian memainkan lensanya dengan lincah Dan mengambil beberapa foto pemandangan di sekitar sekolah.

Bel pun berbunyi semua siswa dan siswi berbaris di depan kelas. Lalu masuk ke dalam kelas dan pelajaran pun dimulai.

Tak beberapa usang kemudian sekitar jam 07.56.
“Permisi bu.” ucap seseorang.
“Iya.. ada apa?” tanya guru yang lagi mengajar di kelasku.
“Mau cari grasiela dinantikan di ruang kepala sekolah.” ucapnya.
“Grasiela, dipanggil keruang kepala sekolah.” panggil guru.
“Iya saya lupa.” ucapku dalam hati sambil berjalan membawa kamera ke luar kelas.
“Permisi bu.” ucapku.
“Lo lupa!!” hardik kevin. Aku hanya membisu saja sibuk menatap hasil foto di kameraku.
“Woi gue bicara sama lo!!” bentaknya lagi.
“Iya gue tau.” jawabku datar tidak melihat ke arahnya.
“Jawablah.” katanya lagi.
“Emang gue harus jawab apa?” tanyaku.
“Apalah gitu, sorry, atau saya lupa.” balasnya. Aku hanya membisu saja dan terus berjalan ke ruang kepala sekolah.

Sesampainya di ruang kepala sekolah disana sudah ada tim basket, Mereka semua menatapku. Aku hanya membisu dan kembali melihat kamera.
“Yuk kini kita masuk ke bus.” ajak kepala sekolah, Aku pribadi berjalan duluan meninggalkan yang lain.
Sesampainya di bus saya pribadi duduk dekat jendela dan menunggu yang lain naik.

Setelah usang saya duduk di bus saya melihat kevin berbicara sama timnya. Satu persatu anggota tim naik dan belum ada yang duduk di sebelahku. Tiba tiba kevin duduk di sebelahku.
“Cie… cie…” ejek timnya kevin. Aku hanya membisu saja.
“Lo yaitu cewek pertama yang dingin sama kapten kami.” teriak salah satu anggota timnya kevin.
“Emang gue musti ngapain?” tanyaku datar.
“Secarakan kapten kami itu cogan, biasanya pribadi gandeng gandeng kalau enggak natap natap gak terperinci gitu.” jawab salah satu anggota tim basket.
“Emangnya gue serendah itu mengejar genjar pemuda yang banyak diincar hanya buat mencari dilema aja.” jawabku datar sambil menatap kameraku.
“Maksud lo gue itu pemuda yang mendatangkan dilema gitu!!” bentaknya sambil menatapku, Aku berusaha menghindar hingga kepalaku kena ke beling jendela bus ia masih terus mendekat.
“I..i..ya..” jawabku. Dia menjauhkan mukanya dari mukaku.
Tiba tiba bus jalan dan menciptakan semua anggota kaget. Aku hanya membisu saja.

“Kevin namanya siapa?” tanya salah satu anggota tim.
“Kalau lo gak mau buat gue aja, tidak mengecewakan cantik.” ucap salah satu anggota. Aku hanya membisu aja menghiraukan semua yang mereka ucapkan.
“Gila lo..” balas kevin. Aku hanya sibuk pada kameraku.
“Lo tau kapten kami ini gres pertama kali bela cewek, Apa lagi cewek yang hirau taacuh sama dia.” kata salah satu anggota tim basket. Aku tak menjawab.

Akhirnya bus pun hingga di daerah pertandiangan ‘sekolah lain’. Kami turun, saya berjalan bersama ibu kepala sekolah.
“Nanti yang paling banya kau foto itu kevin jangan yang lain.” ucap ibu kepala sekolah.
“Iya.” jawabku.
Lalu kami masuk ke dalam sekolah itu, Ibu kepala sekolah dan instruktur duduk, sedangkan saya sibuk mencari titik bagus untuk memfoto.
Tak beberapa usang kemudian pertandingan pun dimulai. Setelah usang banyak gambar yang telah kuambil dengan kameraku.

Pertandingan pun berakhir pertandingannya dimenangkan oleh sekolahku, Aku kembali memutar lensa kameraku dengan lincah dan mengambil gambar.
“Petandingan telah selesai pihak sekolah dipersialan kembali ke sekolah masing masing, terima kasih atas partisipasinya.” kata juri lomba basket. Aku berjalan ke arah ibu kepala sekolah.
“Buk udah siap kita balik ke sekolah lagi yuk.” ajakku.
“Iya sabar ya siela.” jawab ibu kepala sekolah. Aku berjalan meninggalkan ibu kepala sekolah. Aku tegak di sebelah bus kemudian mencari titik yang cocok untuk kufoto.

“Woi, lo mau balik gak?!” panggil seseorang, Kevin. Aku membalikkan tubuh dan menatap sebentar kemudian berjalan kearahnya.
“Lo ngapain sih?!” tanyanya sedikit marah.
Aku hanya membisu saja dan masuk ke bus yang sudah penuh dengan anggota tim.
“Woi gue bicara sama lo!!” bentaknya.
“Gue tau!!” jawabku sedikit kasar.
“Terserah lo!!” balasnya sambil duduk di sampingku. Aku tidak sedikit pun menoleh ke arahnya, hanya sibuk memandang ke arah jendela. Bus pun jalan, Aku tak menghiraukannya.

“Woi lo kok membisu aja?” tanyanya. Aku tak menjawab.
“Lalu saya musti ngapain?” tanyaku balik.
“Gak ada komfirmasi ke gue gitu?” tanyanya balik.
“Enggak..” jawabku datar.
“Sini gue mau lihat hasil foto lo.” ucapnya sambil menarik kamera dari tanganku.
“Lo sanggup pake gak?” tanyaku.
“Tenang gue bisa, gue kan orangnya pro..” ucapnya sombong. Lalu diam.

“Gimana kalau kita makan, sekaligus buat rayakan menangnya tim basket?” tawar ibu kepala sekolah.
“Setuju.” teriak beberapa anggota tim basket.
“Hasil foto lo bagus banget.” ucapnya.
“Benarkah?” tanyaku balik.
“Iya bagus lantaran selama ini yang foto kami niscaya fotonya melenceng.” jawabnya sambil tersenyum menatapku.
“Biasa saja.” jawabku datar sambil melepas karet rambutku dan memurunkan beling jendela mobil, Membiarkan rambutku bermain dengan angin. Aku menoleh ke arahnya.
“Sudah, kameraku?” tanyaku.
“Nih.” jawabnya sambil menawarkan kameranya kepadaku dan saya mengambilnya mengarahkan ke arah jendela menggerakkan lensa dengan cepat dan megambil beberapa foto. Lalu saya menatap foto itu.

Tak beberapa menit kumudian.
“Anak anak kita sudah hingga ditempat makan.” kata ibu kepala sekolah. Kami turun, Aku sibuk melihat sekeliling yang banyak pergunungan dan mulai mengerakkan lensa dan megambil beberapa foto.
“Hei!! lo gak mau makan?” panggil seseorang.
“Masuk aja dulu, nanti saya nyusul.” jawabku tampa menoleh kearahnya. Aku membiarkan rambutku tergerai oleh angin yang bertiup.

Tak beberapa usang kemudian saya berjalan masuk, Rambut poniku menutupi sebelah mataku, dan berjalan memcari dimana mereka duduk. Lalu Aku menemukan mereka, Aku melihat sebentar ternyata hanya ada satu sisa bangku duduk yaitu di sebelah kevin. Aku duduk disebelahnya kemudian meletakkan kamera menung sebentar, Lalu engeluarkan hp.
“Woi!! makan lagi.” bentaknya sambil menarik hpku dan memasukkan ke dalam kantong celananya.
“Balikkan Hp gue!!” bentakku, dan semua yang ada dimeja makan menatap kami.
“Ah..!! bad mood gue!!” ucapku sambil berdiri. Kevin pribadi menarik tanganku hingga saya terduduk kembali. Aku menatapnya sebentar, Lalu mengambil sedikit nasi dan sedikit gulai. Lalu makan dengan cepat.

Mungkin sekitar 10 menit saya sudah selesai makan, bangun mengambil kamera dan berjalan ke arah pintu belakang yang ada di rumah makan itu.
“Woi!! lo mau ke mana?” tanya kevin.
“Menurut lo?” tanyaku balik. Dia diam, lalau saya mempercepat langkahku dan di sana saya menemukan sebuah kolam ikan yang cukup besar yang di tengahnya ada jembatan dari semen tapi dengan goresan motif kayu di atasnya, Aku mengambil beberapa foto.
“Mungkin gue suka sama lo kevin, tapi gue gak sanggup ngungkapinnya, Biar pun nanti lo yang duluan ngungkapin tapi gue udah kesepakatan sama mama gak akan pacaran selama sekolah.” gumamku. Lalu menung menatap kolam.

“Woi!!” panggil seseorang mengejutkanku.
Lalu membalikkan tubuh ke arahnya.
“Apa?” tanyaku. Dia berjalan memdekatiku dan tegak di sebelahku. Aku kembali menatap kolam, dan membiarkan rambutku menutupi muka.
“Lo kok diam?” tanyanya. Aku tak menjawab.
“Lo murka ya sama gue?” tanyanya lagi.
“Enggak.” jawabku datarn
“Nih hp lo.” ucapnya sambil menawarkan hpku. Aku mendongakkan kepala keatas dan menatapnya sebentar seentara rambut poniku menutupi sebelah mataku.
“Nih hp lo.” ucapnya lagi. Aku mengambil hpku dari tangannya kemudian kepalaku sedikit menunduk. Aku mencicipi kalau ia menatapku, Tiba tiba ia merapikan rambutku yang menutupi mataku menyematkan di telinga.
“Gini lebih cantik.” ucapnya sambil tersenyum, Aku kembali menatapnya.

“Gue suka sama lo.” ucapnya lagi, Aku tak menjawab hanya menatapnya.
“Gue mau lo jadi pacar gue.” ucapnya.
“Maaf saya gak bisa.” jawabku.
“Kenapa?” tanyanya sambil menatapku.
“karena saya udah kesepakatan sama mamaku untuk tidak pacaran sebelum tamat sekolah.” ucapku.
“Kalau gitu kita sahabatan saja.” ucapnya.
“iya.” jawabku.
Lalu ia menggenggam tanganku dan berjalan keluar dari kolam belakang dan berjalan ke bus.

Ternyata di bus sudah masuk semua tinggal kami.
“Cie… cie…” ejek yang ada di bus kami menjadi aib namun kevin masih mengenggam tanganku.
“bersahabat lebih baik dari pada pacaran lantaran akrab tidak akan terpisahkan, sedangkan pacaran sanggup menjadikan benci.” gumanku.

The End

Cerpen Karangan: Winne Chintia
Facebook: winne chintia

Previous
Next Post »

Post a Comment